25 radar bogor

Cerita Nuansa Romantisme Hingga Kisah Heroik Pejuang Bogor

SEMANGAT : Seri Legacy of History bertema tentang masa kolonial di Bogor.
SEMANGAT : Seri Legacy of History bertema tentang masa kolonial di Bogor.

BOGOR – Para pecinta wisata sejarah, wahana wisata Baik Heritage kembali membuka rute seri keduanya, “Legacy of History”. Seri kedua ini merupakan sambungan dari seri “The Lost Kingdom of Dayo Pakwan”.

Berbeda cerita dari seri pertama, seri Legacy of History bertema tentang masa kolonial di Bogor. Dimulai dari bangunan Kantor Pos di jalan Juanda yang dahulunya adalah sebuah gereja.

“Wajah toleransi beragama sudah tercermin dari keberadaan gereja ini dulunya. Jemaah Protestan dan Katolik bergantian dalam menggunakan gereja ini. Setelah akhirnya pemerintah Hindia Belanda membuatkan dua gereja terpisah yaitu Gereja Zebaoth dan Gereja Katedral,” papar Head Tour Leader Baik Heritage, Afro Indayana.

Setelah itu, peserta diajak melintas tanjakan Kacapi Paledang, ekstrim dan curam. Jalur tersebut, menguji nyali para pesepeda. Usai menuruni tanjakan Kacapi, ada sebuah Dam kecil buatan Belanda yang membelah aliran Kali Cipakancilan menjadi Kali Cidepit.

Nah, yang berbeda dari seri sebelumnya, para peserta diajak menilik sebuah situs bebatuan pada masa Megalitikum, Situs punden Berundak Gunung Batu. “Di area situs ini tampak tumpukan bebatuan berada di ketinggian. Diduga situs ini merupakan area peribadatan pada masa lampau,” ungkapnya.

Destinasi berikutnya, makam pejuang revolusi, Abdullah bin Nuh dan Kantor Makorem. Kedua spot tersebut, merepresentasikan perjuangan masa revolusi dan peninggalan Pemerintah Hindia Belanda.

Tak hanya itu, peserta diharuskan mengayuh sepedanya sejauh kurang lebih empat kilometer untuk melihat sebuah bangunan dengan arsitektur khas Jawa. “Diberi nama Svarna Bhumi, sebuah bangunan Joglo, yang pernah didiami mantan Wakil Presiden RI kedua, Sri Sultan Hamengkubuwono IX bersama istrinya, Norma Musa,” jelas Afro.

Bangunan ini seolah menjadi saksi bisu bukti cinta mereka saat di Bogor. Beranjak dari kisah romansa, sejauh empat kilometer harus ditempuh, peserta akan dijamu oleh megahnya Alun – Alun Kota Bogor yang bersebelahan dengan Stasiun Bogor.

Di sini, peserta wajib mengabadikan momen Before – After (sebelum – sesudah) tampilan Stasiun Bogor dengan menggunakan gambar tempo dulu.

Kemudian dilanjutkan dengan tur singkat ke dalam area Stasiun Bogor. Afro menambahkan, di seri ini rute berakhir di kawasan penelitian Taman Kencana. Kawasan tersebut merupakan salah satu tempat yang representatif menceritakan Bogor sebagai kota riset.

“Sekaligus memperkenalkan seri ketiga Baik Heritage dengan tema “Bogor Residence of Science” yang menceritakan tentang Bogor sebagai kota yang memiliki banyak pusat penelitian dari zaman dahulu hingga sekarang,” terang Afro.

Salah satu peserta, Riski mengaku, puas mengikuti kegiatan Baik Heritage. Karena selain hanya gowes tapi juga isa mengenal sejarah – sejarah Bogor di berbagai tempat.

“Gowesnya juga santai Alhamdulillah, karena memikirkan yang lain, jadi tidak terlalu cepat juga, sampai ini gowesnya aman, nyaman dan tenang,” tuturnya.

Ia menambahkan, karena VIP jadi bisa masuk ke tempat – tempat yang mungkin orang lain belum masuk.

“Ini keren banget, jadi semoga teman – teman yang lain bisa menyebar, mengajak teman-teman yang lain juga untuk bisa mengikuti kegiatan seperti ini,” ucapnya.

“Sejarahnya keren-keren banget, sesuatu yang baru bagi saya, walaupun saya orang Bogor tapi saya banyak baru tahu hari ini jadi silahkan dipertahankan,” terang Riski yang berprofesi sebagai guru tersebut. (mg)