25 radar bogor

JNE Penyelamat UMKM Dari Badai Pandemi Covid-19

BANGGA : Farida memperlihatkan grow kit yang sudah dipesan pelanggannya.
BANGGA : Farida memperlihatkan grow kit yang sudah dipesan pelanggannya.

BOGOR – Pandemi Covid-19 menjadi “kiamat” bagi para pelaku bisnis. Tak sedikit, perusahaan bangkrut. Namun, hal tersebut tak berlaku bagi Farida Nur Fitriana dan Prahana Mahawan Putra.

Di tengah badai serangan virus mematikan tersebut, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang dirintis pasangan suami istri ini justru mampu bertahan bahkan mengalami kemajuan.

Ya, awalnya Farida dan Prahana bekerja di salah satu unit bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB). Namun, keduanya keluar dari zona nyaman dan memilih untuk menjalankan usaha sendiri yang diberi nama Kebun Senja.

Memanfaatkan ilmu yang didapat selama kuliah di IPB, Farida dan suami menjual perlengkapan berkebun hingga bibit tanaman. Berkat promosi secara daring dan pengiriman ekspedisi JNE yang mudah kini setiap hari mereka “dibanjiri” pesanan dari berbagai daerah sehingga mampu keluar dari krisis ekonomi selama pandemi Covid-19.

Kamis (16/12/2021), sekitar pukul 09:45 WIB Farida bersama dua orang pegawainya tampak sibuk mengemas sejumlah barang pesanan pelanggan. “Alhamdulillah, pesanan sedang ramai,” ucap Farida kepada Radar Bogor.

Ia mengatakan, saat hamil anak pertama di awal tahun 2019 memutuskan mengundurkan diri dari kantornya. Tak ingin berpangku tangan, Farida dibantu suami membuka toko online.

SEMANGAT : Farida menunjukkan berbagai pot yang terbuat dari tanah liat.

“Awalnya ngobrol santai dengan suami. Kami tak bisa selamanya bekerja di orang lain. Saat itu, belum banyak toko pertanian yang menjual pot tanah liat dengan desain lukisan yang unik. Maka, tercetuslah Kebun Senja,” tutur ibu satu ini.

Tak hanya itu, hobi fotografi sang suami membuahkan hasil karena bisa mempromosikan berbagai produk di media sosial maupun toko online.

TELITI : Salah satu pegawai Kebun Senja sedang mengemas paket yang akan dikirim ke pelanggan melalui JNE.

“Setiap pot yang datang difoto suami, lalu kami upload ke beberapa marketplace. Alhamdulillah, dalam sehari selalu ada pesanan,” kata perempuan berhijab tersebut.

Sejak saat itu, Kebun Senja mulai dikenal para pecinta tanaman. Tak butuh waktu lama pot tanah liat menjadi primadona di toko miliknya.

Pot yang dijual merupakan karya pengrajin keramik dan gerabah yang ada di Kasongan, Yogyakarta. “Kami sengaja mencari produsen langsung agar dapat harga lebih murah dengan kualitas terbaik,”  kata Ida.

Maret 2020, pandemi Covid-19 mulai menghantam Indonesia. Namun, bencana itu tak lantas membuat Ida dan suami terpuruk justru usahanya makin maju. Pelanggan makin bertambah dan pesanan barang mencapai dua kali lipat.

“Biasanya hanya dua hingga tiga pesanan dalam sehari, awal pandemi lebih banyak lagi,” kata dia.

Untuk memenuhi permintaan konsumen, keduanya membagi tugas yaitu Farida menyiapkan pesanan, sedangkan suaminya mengemas selepas pulang kerja.

Memasuki April 2020, pesanan makin banyak hingga kewalahan. Akhirnya, Juni 2020 mereka memutuskan merekrut pegawai.

Ketika itu, proses pengerjaan pemesanan masih dilakukan di rumahnya di kawasan Griya Melati Bogor. ”Anak kami masih bayi, jadi kamar dijadikan gudang perlengkapan, dan teras rumah sebagai tempat pengemasan,” ucap Farida.

Pandemi masih belum berakhir di Indonesia, pesanan makin banyak. Juni hingga Desember 2020, permintaan mencapai 25 hingga 30 pesanan dalam sehari. Farida kembali membuka lapangan kerja lagi. “Agustus 2020, suami saya juga resign dari pekerjaan agar bisa fokus dalam usaha kami,” ungkapnya.

Oktober 2020, Farida memutuskan untuk menyewa rumah di kawasan Green View Residence, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor untuk toko offline.

Tak hanya pot tanah liat dengan beragam design, Ida juga melengkapi tokonya dengan aneka pot plastik, media tanam, hingga pupuk.

Kini, mereka juga mengembangkan bingkisan perlengkapan menanam (hampers dan grow kit) yang terdiri dari media tanam dan benih.

Pesanan hampers yang semakin membludak, terpaksa dibatasi karena Ida dan tim kewalahan. “Sampai ada yang kirim pesan langsung agar tetap dibuatkan hampers,” lanjutnya.

Kini toko miliknya makin stabil. Dalam sehari Ida dan tim mampu mengemas 20 – 30 pesanan. Saat ini, produk yang menjadi primadona ialah grow kit. Dengan Rp10.000, konsumen mendapatkan perlengkapan menanam yang sudah dikemas rapih. “Kebanyakan dijadikan souvenir ulang tahun anak-anak untuk mengajarkan menanam sejak dini,” jelasnya.

Ia mengakui, peranan ekspedisi JNE dalam usahanya sangat besar. Ia menuturkan, ekspedisi menjadi bagian tak terpisahkan dari usaha miliknya. “Ekspedisi penting banget karena ekspedisi merupakan pihak yang mengantarkan produk kami ke tangan konsumen dengan selamat,” tambah wanita yang berusia 33 tahun ini.

Farida mengungkapkan, PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) merupakan mitra dalam membuka dan mengembangkan usaha Kebun Senja. “Semoga dengan adanya program #JNE31tahun, #JNEMajuIndonesia dan #jnecontentcompetition2021 kondisi kita akan lebih baik,” ujarnya.

Menurutnya, JNE adalah pionir dalam ekspedisi, terutama awal munculnya generasi online. “Setiap toko online biasanya mengaktifkan JNE karena cabangnya ada di mana-mana, sehingga memudahkan dalam proses pengiriman. Saya pun demikian,“ jelasnya.

Ida mengaku, sangat terbantu berkat ekspedisi JNE. Produk tokonya sudah dikirim hampir ke seluruh Indonesia. Pot tanah liat yang dijual Rp4.000 hingga Rp180.000 pun dapat tiba ke tangan konsumen dengan aman.

Di tempat berbeda, Pemilik toko mainan edukasi anak Rawkstar, Fina Sofiana mengaku, setia menggunakan jasa JNE karena permintaan para konsumen yang memesannya melalui Daring. “JNE memiliki brand yang kuat dan konternya ada di mana-mana,” ucapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, pandemi Covid-19 tak memengaruhi usahanya yang berlokasi di kawasan Bogor Tengah tersebut, bahkan terus berkembang. “Produk yang kami jual merupakan mainan edukasi. Anak bisa bermain sambil belajar,” tuturnya.

Fina menambahkan, usaha miliknya menjual mainan kategori mainan montessori berupa geometri puzzle, do it yourself (DIY) patung lukis, safari sensory tray, dan perlengkapan menggambar anak. “Biasanya konsumen membeli produk kami untuk souvenir ulang tahun anak,” paparnya.

Sedangkan, salah satu penjual produk kecantikan dan kesehatan, Dian Irfana menjelaskan, selama menjadi penjual online selalu menggunakan JNE Trucking (JTR). “Saya banyak menggunakan JTR selalu lancar dan aman,” kata ibu dua anak itu.

Ia menerangkan, untuk pengiriman dalam jumlah besar JTR menjadi pilihan utama. “Untuk pengiriman di atas 10 kilogram, JTR terjangkau sekali. Pengiriman Jabodetabek hanya dikenakan Rp25.000 per sepuluh kilogram,” lanjut perempuan yang beralamat di Taman Dramaga Pratama, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor itu.

ANDALAN : JTR selalu dimanfaatkan oleh Dian saat mengirimkan produk yang dipesan oleh para pelanggannya di luar kota.

Pengiriman JTR, biasanya dilakukannya ke berbagai kawasan seperti Bandung hingga Medan. Perempuan yang akrab disapa Dian ini, dalam seminggu paling sedikit melakukan tiga kali pengiriman menggunakan JTR. “Sekali pengiriman bisa mencapai 50 kg, menggunakan JTR lebih murah untuk penjual UMKM seperti saya,” ungkap Dian.

“Banjir” Promo, UMKM Dominasi Pengiriman

Konsistensi JNE dalam mendukung pertumbuhan UMKM dan pemulihan ekonomi nasional dibuktikan dengan promo hari bebas ongkir (harbokir). Promo harbokir ini, senantiasa dilakukan setiap tahun dari tahun 2016 hingga saat ini.

Salah satu pemilik konter JNE, Erri Dwi menuturkan, promo tersebut selalu ditunggu oleh para pelaku UMKM. Penjual yang memiliki akun di beberapa marketplace akan memanfaatkan promo yang diadakan pada 26 hingga 27 November di tahun 2021.

“Ada 20 hingga 50 paket yang dikirimkan setiap harinya. Dari total keseluruhan pelanggan yang datang ke konter saya 90 persen merupakan pelaku UMKM,” ungkap ayah dua anak ini.

Erri menjelaskan, JNE masih menjadi pilihan pelaku UMKM karena cabangnya yang sudah tersebar di berbagai tempat. “Pelaku UMKM mengaku ongkos kirim yang ditawarkan JNE lebih terjangkau dibanding ekspedisi lainnya,” jelasnya.

VP of Marketing JNE, Eri Palgunadi mengatakan, JNE bersyukur sampai di usia 31 tahun, masih dapat berbagi kebahagiaan kepada pelanggan setia.

“Sejak diadakan pertama kali dalam perayaan HUT JNE Ke-26 pada tahun 2016 lalu, Harbokir langsung mendapatkan antusiasme yang tinggi dari masyarakat. Terlebih di masa pandemi kali ini, Harbokir kembali dihadirkan dengan harapan JNE dapat  membantu para Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk tetap berinovasi dan meningkatkan penjualannya,” jelasnya.

Menurut Eri, Harbokir dapat kembali mendorong minat orang untuk berbelanja online. “Harbokir dapat dirasakan manfaatnya tidak hanya oleh online seller tapi juga para pembeli,” ungkapnya.

Ia menambahkan, Harbokir telah menjadi salah satu momen peak season bagi JNE seperti halnya Harbolnas, Lebaran, Hari Natal dan Tahun baru sehingga jumlah pengiriman meningkat rata – rata sekitar 20 persen – 30 persen atau bahkan lebih, dibanding pada hari – hari biasa.

Seperti diketahui, JNE terus memperluas jaringannya ke seluruh kota besar di Indonesia. Sementara, untuk titik-titik layanan JNE telah mencapai diatas 6.000 lokasi dan masih terus bertambah, dengan jumlah karyawan lebih dari 40.000 orang.

Tak hanya itu, lebih dari 150 lokasi JNE telah terhubungkan dengan sistem komunikasi on-line, dikawal oleh sistem dan akses situs informasi yang efektif serta efisien bagi konsumen dalam upaya mengetahui status terkini pengiriman paket atau dokumen. (luc)