25 radar bogor

Endang S Thohari Minta Semua Stakeholder Berkontribusi Aktif Memperkuat Petani dan Peternak Lokal di Jawa Timur

RADAR BOGOR, Indonesia mempunyai peluang besar dalam peningkatan nilai tambah komoditas kakao, melalui kebijakan hilirisasi, sebagai salah satu upaya meningkatkan daya saing industri pengolahan kakao di kancah global, dan menjadi sektor yang berkelanjutan.

Hal itu disampaikan anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Partai Gerindra, Hj. Endang S Thohari (A-84) Dapil Jawa Barat III yang meliputi Kota Bogor dan Kabupaten Cianjur, saat melakukan kunjungan kerja Masa Reses Komisi IV DPR RI masa sidang II TS 2021-2022 ke Provinsi Jawa Timur, Jumat (17/12/2021).

Seiring upaya memacu pengembangan industri pengolahan kakao di dalam negeri, Hj. Endang juga menyampaikan, agar semua pihak harus turut aktif mendorong peningkatan produktivitas biji kakao dan konsumsi produk kakao olahan.

Indonesia merupakan produsen kakao olahan terbesar ketiga dunia setelah Belanda dan Pantai Gading. Kekuatan ini ditopang dari 11 industri pengolahan kakao dengan total kapasitas terpasang mencapai 739 ribu ton per tahun.

Potensi tersebut, didukung ketersediaan bahan baku di dalam negeri. Hj. Endang menuturkan, menurut International Cocoa Organization (ICCO) 2018/2019, produksi biji kakao Indonesia sebesar 220 ribu ton. Indonesia sebagai penghasil biji kakao terbesar keenam di dunia.

Hj. Endang menyampaikan, “Di tengah dampak pandemi Covid-19, industri pengolahan petani kakao, jagung dan petani pisang cavendhis di tanah air mampu memberikan kontribusi signfikan dan peluang pasar ekspor bagi petani khususnya di Jawa Timur”.

Blitar, kata Hj Endang, adalah salah satu Kota di Jawa Timur yang memiliki potensi wisata cukup tinggi. Salah satu objek wisata yang sedang banyak digandrungi oleh masyarakat Blitar adalah Kampung Coklat.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Kota Blitar memiliki banyak kebun coklat. Sebab inilah pihak Pemerintah setempat memiliki inisiatif untuk mendirikan sebuah objek wisata yang dinamai Kampung Coklat yang bertujuan sebagai tempat rekreasi dan juga sarana edukasi.

Sistem Pengembangan Agrobisnis yang mampu mengungkit tata kelola usaha perkebunan kakao dimulai dari training, panen, fermentasi, pengeringan, sorting, roasting, winnowing (pemisahan biji dengan cocoa shell), grinding / refining, tempering/molding, dan wrapping.

Salah satu cara menjaga pasokan kakao secara optimal, yaitu dengan meningkatkan produksi kakao yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Oleh sebab itu, perlu kemitraan industri pengolahan kakao dengan petani kakao. Kemitraan yang terjalin di antara industri dan petani dapat memperkuat industri kakao di dalam negeri dan memajukan kesejahteraan para petani kakao sekaligus perekonomian Indonesia

“Komisi IV DPR RI meminta berbagai pihak untuk berkontribusi aktif bagi penguatan dan pemberdayaan para petani kakao lokal, serta aktif memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup,” minta Hj. Endang.

Terkait peluang pasar ekspor pisang cavendish bagi petani Jawa Timur, Hj Endang mengatakan, karena memiliki pasar potensial yang cukup besar di luar negeri, sejumlah pemerintah daerah di Jawa Timur mendorong para petani untuk menanam pisang cavendish.

Salah satunya Pemerintah Kabupaten Blitar, Jawa Timur yang mendorong petani setempat untuk terus membudidayakan tanaman Pisang Cavendish.

“Mengingat potensi penjualan buah pisang ini cukup besar terlebih lagi untuk ekspor, Komisi IV DPR RI meminta pemerintah daerah untuk lebih giat lagi mendorong para petani untuk mengembangkan agar produksi pisang Cavendish terus meningkat”. Saat ini yang sudah lama jalan dan telah ada kemitraan dengan petani termasuk di beberapa kecamatan, salah satunya di Kecamatan Gandusari. tambah Hj. Endang.

Beberapa daerah pengembangan lainnya berlokasi di Kecamatan Gondangwetan, Doko, Selopuro, dan Kesamben dengan potensi pengembangan lahan sekitar 80 – 100 hektare. Ke depan, diharapkan bisa lebih besar lagi hingga 140 hektare.

Keuntungan menanam pisang cavendish juga dialami sejumlah petani merasakan saat panen, buah pisang cavendish lebih cepat dan lebih lebat dibandingkan pisang biasa.

“Saya merasakan nyata setelah menanam pisang cavendish. pertumbuhan tanamannya relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan jenis pisang lokal. Kalo pisang cavendish masa panennya cukup membutuhkan sekitar 8 sampai 9 bulan usia masa tanam. Sedangkan pisang lokal, masa panennya membutuhkan waktu antara 1 hingga 1,5 tahun,” dituturkan salah seorang petani.

Bibit pisang cavendish diperoleh dengan harga Rp 15.000 untuk setiap pohon dan bisa dipanen pertama kali, waktu itu 10 bulan.

Buahnya dalam kondisi bagus dan tidak cacat satu pohon bisa menghasilkan sampai 30 kilogram dengan harga jual masih mentah Rp 8.000 per kilogram.

Di berbagai wilayah desa di Jatim, komoditas tanaman jenis pisang cavendish atau yang biasa dikenal dengan sebutan pisang ambon putih saat ini juga telah menjadi primadona di kalangan petani pemula.

Estimasi pendapatan untuk lahan 1 hektar, bisa ditanami 350 bibit tanaman dengan harga pisang setiap tandannya 100 ribuan, bila dikalikan 350 pohon kan nantinya bisa mengantongi keuntungan kurang lebih 35 juta.

Dari segi pemasaran, buah kaya vitamin yang makin banyak digemari masyarakat di segala usia tersebut tidaklah sulit. Bahkan relatif mudah karena tengkulak yang biasanya langsung datang sendiri ke pemilik kebun.

Pasar luar negeri untuk komoditas pisang ini cukup besar. Misalnya di Arab Saudi. Pisang menjadi salah satu buah yang sering digunakan untuk melengkapi katering. Potensi penjualan Pisang Cavendish Jatim juga amat progresif.

Tahun 2019 total produksi mencapai 20 juta kwintal dengan luas panen 23 juta tanaman pisang. Kontribusi nasional mencapai 28,36 % dan hingga kini terus berkembang.

Hj. Endang mendorong, perhatian dari Kementerian Pertanian khususnya Ditjen Hortikultura dan Barantan RI, agar petani mendapatkan pendampingan terkait budi daya tanaman pisang ini. Sehingga memenuhi kualitas ekspor.

Jawa Timur dikenal memiliki resource hortikultura yang cukup besar dan menjadi penyangga kebutuhan nasional. Ke depannya, kemampuan digitalisasi segera diterapkan pada sistem korporasi petani hortikultura ini untuk kemudahan komunikasi, transparansi dan efisiensi.

Adapun pemilihan komoditas pisang canvendis ini dikarenakan beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Timur memiliki tanah yang subur dan kesesuaian agroklimat dalam mengembangkan Komoditas hortikultura.

Hj. Endang juga membahas mengenai pengadaan pakan ternak (jagung) Blitar.
Lonjakan harga pakan menambah runyam masalah peternak ayam petelur mandiri yang merugi akibat amblesnya harga telur.

Hj. Endang membeberkan, salah satu tuntutan peternak rakyat nasional, dalam demonstrasi 11 Oktober lalu adalah para peternak mempertanyakan ketersediaan jagung yang seolah-olah hilang dari pasar.

Kementerian Perdagangan, berkomitmen akan menanggung selisih harga sekitar Rp. 1.500 per kg, agar peternak bisa membeli jagug tetap di harga acuan Rp. 4.500 perkg.

Menteri Perdagangan menyiapkan anggaran Rp 45 miliar untuk subsidi, yang dialokasikan dari dana cadangan stabilitas harga pangan yang tersedia Rp. 1,5 triliun. Namun data stok ketersediaan jagung masih sulit diakses.

Dialog antara peternak dengan pihak ditjen Tanaman Pangan pada 21 Oktober 2021 pun tidak mencapai titik temu. Kedatangan peternak ke Kantor Kementerian Pertanian sekaligus bertujuan menagih 30 ribu ton jagung yang dijanjikan Presiden Joko Widodo dalam pertemuan 15 September lalu.

Hj. Endang Anggota komisi IV DPR RI meminta agar Badan Litbang Pertanian dapat menghasilkan penelitian inovasi perangkat teknologi pengeringan jagung, mitigasi dan varietas benih jagung hibrida unggul.

Pola pengembangan program jagung ini dilaksanakan dalam bentuk kawasan dengan harapan tanaman jagung terintegritas dengan peternakan ayam.

Diharapkan setiap hektar bisa menghasilkan 6 sampai 7 ton. Dari seluruh Indonesia kita harapkan produksi jagung bisa mencapai surplus. Harga jagung saat ini sangat bagus, perlu terus dijaga keseimbangan harga jagung dengan harga pakan, agar petani dan peternak sama-sama untung,” tegas Hj. Endang.
Strategi usaha tani jagung hibrida yang perlu dilaksanakan petani adalah strategi agresif, dan kebijakan yang perlu dilaksanakan adalah memanfaatkan pengalaman berusaha tani dan informasi harga agar produksi dan pendapatan petani meningkat serta melakukan pengembangan usaha tani jagung hibrida dengan teknologi PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu).

Hj. Endang juga mendorong upaya meningkatkan produksi jagung nasional, agar bisa dilaksanakan program peningkatan indeks pertanaman (IP) sehingga bisa dilakukan tanam hingga tiga kali per tahun.

“Upaya konkret yang kita dilakukan untuk tercapainya peningkatan indeks pertanaman ini yakni penambahan alat mesin pertanian untuk percepatan olah tanah dan tanam, penggunaan bibit unggul, penyediaan sumur bor dan terjaminnya aliran air irigasi dari bendungan, bahkan penyediaan fasilitas dana kredit usaha rakyat (KUR) bagi petani,” tandas Hj. Endang.

Jagung yang dihasilkan itu akan diolah menjadi pakan ternak ayam, sehingga kelompok tani perlu dilatih dengan Bimtek dan diberikan alat pengolahan pakan ternak ayam. (*)