25 radar bogor

Harga Mangga Anjlok ke Titik Terendah, Petani Harap Solusi Pemerintah

harga

BALI- RADAR BOGOR, Panen raya rupanya tak membuat petani mangga di wilayah Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng sumringah. Mereka justru kelimpungan, lantaran harga manga anjlok hingga Rp 1.500 per kilogram. Tak pelak, banyak petani merugi lantaran biaya operasional tak sebanding dengan hasil panen. Mereka pun berharap pemerintah turun tangan mengatasi persoalan tahunan ini.

Baca juga : Gelar MUBES Ke- II, Pengurus Mapala Wanarga Ummul Quro Al-Islami Harus Lebih Berkualitas

Keluhan itu datang dari koordintaor Kelompok Tani Tirta Giri Suci, I Made Jelada. Petani sekaligus pemilik Ambara Furit di Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan ini menuturkan seolah menjadi “nyanyian” tahunan, jika setiap bulan November-Desember harga Mangga anjlok sampai ke titik terendah. Pihaknya pun bersama petani mangga lainnya tak bisa berbuat banyak.

Kondisi ini diperparah dengan cuaca buruk yang beresiko membuat kualitas buah mangga cepat busuk. Belum lagi banyaknya varian buah, sehingga konsumen memiliki beragam pilihan untuk dibeli.

Derita para petani mangga kian paripurna ditambah kondisi Pandemi Covid-19. Tak pelak, membuat daya beli masyarakat turun drastis. Menurutnya, konsumsi mangga di pasar lokal sangat stagnat. Itu disebabkan karena sudah tidak ada momen hari raya.

Bahkan, panen raya yang terjadi di wilayah Jawa juga semakin membuat petani mangga di Buleleng makin tak bisa berkutik. “Biasanya buah kami dikirim ke Jawa. Tapi di Jawa sekarang lagi panen raya juga, otomatis buah kami tidak terserap.Kadang sampai ber ton-ton buah mangganya busuk, karena tidak terserap,” keluhnya, Minggu (28/11).

Dikatakan Made Jelada, saat ini produksi buah mangga per hari yang masuk ke Gudang Ambara Furit dari petani sampai 25-30 ton. Buah tersebut berasal dari sekutar 60 hektar lahan yang dimiliki oleh 40 kelompok petani. Jenis mangganya seperti Arumanis, Lalijiwa, Brasilia dan Manalagi.

“Sekarang yang panen raya itu mangga jenis Arumanis, Manalagi. Wilayah penghasilnya di Kecamatan Kubutambahan,” katanya.

Disinggung terkait harga, Jelada mengaku saat ini mangga yang dipanen anjlok dari Rp 1.500- Rp 3.000 per kilogramnya. Padahal, harga idelanya Rp 4.000/kg. Tak pelak, biaya produksi petani pun diklaimnya tidak tetutupi. Terlebih, ada ongkos petik, pengangkutan, hingga proses pengepakan mangga. Belum lagi biaya pestisida dan perawatan pohon mangga agar bisa berbuah.

“Hitung saja kalau kami laku jual Rp 3 ribu per kilogram. Jadi otomatis kami sudah merugi Rp 1000 per kilogram. Bila panen per hari bisa 30 ton, maka kerugiannya sampai Rp 30 jutaan,” paparnya.

Atas kondisi ini, ia pun berharap agar pemerintah turun tangan mencarikan solusi atas persoalan ini. Utamanya dalam hal distribusi buah, menjaga kestabilan harga dan penanganan pasca panen. Termasuk diberikan edukasi dalam hal pengolahan mangga agar bernilai ekonomis tinggi.

“Setahu saya, mangga bisa diolah menjadi frozen. Pernah juga mendengar bisa diolah menjadi tepung. Tapi itu baru informasi. Kami belum perna mencoba. Makanya kami berharap bantuan pemerintah, untuk mengatasinya,” pungkasnya. (jpg)