25 radar bogor

29 Jenis Ular Ditemukan di Area Kampus IPB, Ini Kata Pakarnya

IPB University
IPB University telah mengambil langkah-langkah penanganan terkait hilangnya mahasiswa IPB di Pulau Sempu Malang.
Fenomena ular di Kampus IPB Darmaga
Fenomena ular di Kampus IPB Darmaga

BOGOR-RADAR BOGOR, Fenomena ular di Kampus IPB Dramaga, belakangan jadi perbincangan hangat pasca kasus mahasiswanya yang meninggal karena diduga digigit ular.

Baca Juga : Mahasiswa IPB Ditemukan Tewas Di Area Kampus, Diduga Digigit Ular

Dari hasil monitoring Uni Konservasi Fauna (UKF) IPB University  sejak tahun 2016 hingga 2021, sebanyak 29 jenis ular yang ditemukan di area kampus IPB University.

“Dari temuan tersebut, hanya ada tujuh jenis ular yang berpotensi membahayakan manusia apabila tergigit. Jadi sebenarnya tidak perlu takut berlebihan. Tapi waspada memang penting,” kata salah satu aktivis UKF IPB University, Imam.

Ia juga menekankan, agar selalu mengikuti standar operasional prosedur (SOP) lapangan sebagai upaya perlindungan diri.

Dosen IPB University dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Dr Mirza Dikari Kusrini, turut memberikan penjelasan terkait fenomena ular di area Kampus IPB Darmaga.

Menurutnya, meskipun IPB University dikenal sebagai kampus biodiversitas, jenis ular yang ada di IPB University tidak berbeda jauh dengan ular yang ada di permukiman di luar kampus, bahkan di permukiman di area perkotaan sekalipun.

Baca Juga : Mahasiswa IPB Tewas Akibat Gigitan Ular Berbisa, Ini Imbaun Pihak Kampus

“Memang ada beberapa jenis ular di Kampus IPB Dramaga yang mungkin susah ditemukan di permukiman, tetapi kebanyakan dan beberapa ular yang dianggap berbahaya itu, sebenarnya bisa ditemukan di permukiman juga,” terang Dr Mirza.

Dosen IPB University itu mencontohkan, ular piton dan kobra juga bisa ditemukan di permukiman. Ia menyebut, banyak orang yang belum paham bahwa ular seperti kobra maupun piton, itu bisa bertahan di perkotaan.

Pasalnya, ular jenis ini bisa berada di permukiman karena mampu beradaptasi dengan lingkungan permukiman. Oleh karenanya berpotensi menimbulkan konflik dengan manusia.

“Jadi tidak aneh kalau di kampus IPB Dramaga Bogor ada ular. Di kampus mana pun atau tempat-tempat mana pun yang memiliki kebun maupun taman, pasti akan ditemukan ular,” ungkap ahli herpetofauna yang kepakarannya telah diakui dunia internasional ini.

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa sebetulnya tidak mudah untuk menemukan ular, terlebih sampai dipatok ular. Menurutnya, ular bukan tipe hewan yang menyerang, tetapi ular ini cenderung untuk lari menghindar.

“Kalau ada getaran, ular akan kabur. Beberapa jenis ular akan mempertahankan sarangnya jika diganggu,” tambah Dr Mirza.

Dosen IPB University dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) ini menegaskan, hal yang perlu diperhatikan adalah kita harus memahami bahwa ada satwa liar di sekitar kita, sehingga perlu berhati-hati.

Tidak hanya itu, ia menekankan supaya tetap memakai pelindung diri ketika pergi ke kebun, hutan maupun area yang masih banyak terdapat satwa liar.

Terkait kasus mahasiswa IPB University yang meninggal karena diduga digigit ular, ia menyebut, pengalaman ini dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat untuk lebih mengenali gigitan ular serta penanganannya setelah tergigit ular.

Sementara itu, Nathan Rusli dari Herpetofauna Indonesia menyampaikan, ular akan menggigit apabila terancam seperti diinjak maupun dipukul.

Oleh karena itu, ia menyarankan supaya mengedukasi seluruh mahasiswa tentang bagaimana cara menghadapi ular, baik di dalam maupun di luar ruangan.

Di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, selain UKF ada juga kelompok pemerhati Herpetofauna, Himpunan Profesi Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) yang aktif melakukan monitoring rutin herpetofauna selama lebih dari 10 tahun di kampus.

Organisasi kemahasiswaan dan Komunitas-komunitas ini memiliki data penyebaran ular di kampus sehingga mereka bisa melakukan kampanye-kampanye edukatif untuk warga IPB University dan sekitarnya. (*/ysp)