25 radar bogor

Jabat Direktur Olahraga Pakuan City, Ini Tugas Utama Jaino Matos

Jaino Matos (kanan) bersama CEO Pakuan City FC, Dodi Irwan Suparno. (Ruri/Radar Bogor)
Jaino Matos (kanan) bersama CEO Pakuan City FC, Dodi Irwan Suparno. (Ruri/Radar Bogor)

BOGOR-RADAR BOGOR, Pakuan City FC tidak main-main dalam kancah blantika sepak bola nasional. Klub berjuluk Kijang Siliwangi ini memiliki target untuk menjadi tim yang disegani di Indonesia.

Salah satunya mendatangkan Jaino Matos sebagai Direktur Olahraga Pakuan City FC. Sosok pria asal Brasil itu bukan sembarang orang. Ia merupakan salah satu pendiri Diklat Persib Bandung yang melahirkan banyak pemain berkaliber nasional.

Sebut saja Febri Haryadi, Gian Zola, Beckham Putra hingga Asnawi Mangkualam Bahar. Jaino juga adalah anak dari Jairo Matos, pemain asing pertama di Indonesia pada akhir 1970an. Sang ayah merupakan legenda klub legendaris Sumatera Utara, Pardedetex yang mentas di Liga Sepak Bola Utama atau Galatama.

“Saya tertarik bergabung bersama Pakuan City FC karena sama-sama memiliki pemikiran untuk mengembangkan pemain muda. Tim ini juga punya konsep dan target yang jelas,” ujar Jaino dalam keterangannya kepada awak media di Collaborate Cafe di Jalan Pandu Raya, Kelurahan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Kamis (28/10/2021).

Jaino mengaku ingin membangun sepak bola Kota Bogor, khususnya Pakuan City. “Usia muda harus dibangun secara sistematis. Bangun dulu karakter pemainnya, bagaimana output mereka. Baru bicara soal latihan sepakbolanya,” imbuh eks pelatih Persiba Balikpapan itu.

Sementara itu, CEO Pakuan City FC, Dodi Irwan Suparno menjelaskan alasan merekrut Jaino sebagai direktur olahraga Kijang Siliwangi.

Visi Pakuan City FC dan Jaino sama. Yakni ingin membangun sepak bola (sebagai olahraga industri), bukan hanya ingin berkompetisi semata.

“Ada karakter yang harus dibangun. Bukan perkara soal menang atau kalah. Di mana komitmen harus dibuat dulu,” tegasnya.

‘Ingin menjadi klub besar harus punya pondasi dulu. Kalau karakter, komitmen dan integritas (sepak bola) sudah terbentuk, baru bicara soal skill pemain.’

“Percuma misalnya menerapkan taktik tiki taka ala Barcelona, tapi etika pemain kurang. Di sini pentingnya membangun karakter. Kalau skill bisa diasah, bisa dilatih asal mau bekerja keras,” tukas Dodi. (rur)