25 radar bogor

244 SD di Kota Bogor Diverifikasi Faktual, PTM Terbatas Hanya Kelas 4-6

Hanafi soal antisipasi hepatitis misterius
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor, Hanafi menjelaskan soal antisipasi hepatitis misterius.

BOGOR-RADAR BOGOR, Sebanyak 244 SD di Kota Bogor masih menjalani verifikasi faktual agar dapat melaksanakan uji coba PTM Terbatas gelombang kedua yang rencananya dilakukan kembali Senin (25/10/2021) pekan depan.

36 SD PTM Terbatas Hari Ini, Bima Arya : Semua Siswa Antusias

Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor Hanafi mengatakan, pada gelombang pertama sebanyak 36 sekolah telah memenuhi verifikasi faktual dari total 280 SD yang ada di Kota Bogor, terdiri dari 211 SD Negeri dan 69 SD swasta.

“Pekan depan sebanyak 36 SD lagi, dan bertahap hingga semuanya bersekolah, tetapi hanya kelas 4, 5, dan 6. Uji coba istilahnya,” ujar Hanafi Senin (18/10/2021).

Sedangkan untuk kelas yang berada di bawahnya yakni kelas 1, 2, dan 3 masih melihat perkembangan kasus Covid-19. Tentunya, ketika memungkinkan maka akan melakukan penyesuaian untuk melakukan PTM Terbatas.

Saat disinggung setiap kelas dibatasi, Hanfi mengaku dalam melaksanakan PTM Terbatas masih mengacu pada SKB 4 Menteri yang menyebut kapasitas siswa hanya 50 persen dari total siswa per kelas untuk menghindari kerumunan.

“Ya, kan di SKB 4 Menteri maksimal sebanyak-banyaknya 50 persen, sisanya hybird bagi sekolah yang memiliki, tetapi jika yang tidak punya menyesuaikan,” katanya.

SD PTM Terbatas
Wali Kota Bogor Bima Arya saat meninjau pelaksanaan PTM Terbatas di SDN Mardi Waluya, Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Senin (18/10/2021). Foto : Dede Supriadi

Ke depan, Pemkot Bogor akan mengupayakan untuk sekolah agar memiliki peralatan hybird agar ketika guru mengajar di sekolah siswa yang di rumah bisa ikut menyaksikan.

Meski demikian, Hanafi menegaskan tidak selamanya efektif melakukan sistem pembelajaran secara hybird.

Hanafi menekan agar orangtua turut membantu dalam kesuksesan PTM Terbtas, karena saat ini ketika anak-anak berada di sekolah harus menyesuaikan prokes. Sebab, saat ini mereka tidak dapat beraktivitas normal kembali.

“Anak TK berbeda permasalahanya, SMA berbeda lagi, bisa diatur tetapi kepulanganya belum tentu. Anak SD mereka diantar ke sekolah, tapi jangan sampai orang tuanya menunggu,” ucapnya.

“Di SDN Harjasari tidak ada tadi (orang tua menunggu), artinya ada komunikasi sekolah dengan orang tua. Kita harapkan sekolah berkomunikasi aktif dengan orang tuanya,” tukasnya. (ded/mg2)

Editor : Yosep