25 radar bogor

Kisahku Berakhir di Matahari Taman Topi

Eli Hasanah
Eli Hasanah

AKU tak menyangka, Matahari terlelap seperti kisahku. Padahal, di sanalah aku menjadi sesosok perempuan bodoh, setiap tahun. Ketika Idul Fitri menjelang, sekitar tiga atau dua hari lagi, aku terbiasa membeli baju baru di sana. Bukan untukku, bukan untuk orang tuaku, bukan untuk kakakku. Apalagi adikku.

Satgas Gencar Sosialisasikan Prokes Jelang PON Papua

Aku memakai uang dan kartu member Matahari milikku untuk memanjakan keluarga yang tak ada hubungan darah apapun denganku. Ya, sebut saja nama lelakiku itu, Dino. Ia sering mengajakku ke Matahari untuk membelikan ia dan keluarganya pakaian yang akan digunakan di Hari Raya. Aku bagai ATM berjalan. Yang harus siap sedia ketika ia membutuhkan uangku. Lima tahun berturut aku begitu.

“Sayang, Matahari yuk?”

“Mau belanja baju sekarang? Tapi THRku belum cair”

“Oh, yaudah nanti aja pas THR kamu udah cair ya biar belanja sekalian”
(Maksudnya agar belaja pakai uang aku?)

Dan, Matahari itu menjadi saksi bisu betapa dulu aku amat mencintainya. Uang-uang yang mengalir ke meja kasir adalah salah satu bukti tentang cintaku. Namun apalah daya. Lelaki tak tahu diri itu kini pergi meninggalkanku.

Pernah suatu ketika, ia ingin membeli sebuah celana jeans. Tapi aku sedang lelah karena jika membeli sesuatu, ia sangatlah lama. Dan akhirnya, aku ditinggalkannya. Ia belanja pakai uangku dan aku harus pulang sendiri di angkot hijau itu. Mungkin berpisah dengannya memang jalan terbaik. Biarlah Matahari Taman Topi, berlalu membawa kisahku yang pilu.(*)

Eli Hasanah
Cigudeg, Kabupaten Bogor
Penulis merupakan alumni STKIP Muhammadiyah Bogor, yang tidak sengaja menenggelamkan diri pada dunia perpuisian. (*)