25 radar bogor

Kemendikbudristek Bantah PTM Jadi Klaster Covid

Suasana PTMT di SMAN 1 Cibinong.
Suasana PTMT di SMAN 1 Cibinong. Nelvi/Radar Bogor

RADAR BOGOR, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas mulai diterapkan sebagian sekolah di Indonesia.

Para siswa sebagian mulai kembali ke sekolah dan mengikuti kelas belajar mengajar seperti sedia kala saat sebelum pandemi Covid-19 melanda.

Tegas, Pejabat Kena Sekat Ganjil Genap Puncak!

Seiring mulai diberlakukannya PTM terbatas, mencuat kabar terkait munculnya klaster penularan Covid-19 di tengah upaya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengembalikan para siswa kembali ke sekolah.

Sebelumnya diberitakan, terjadi klaster penularan Covid-19 setelah 1.296 sekolah pasca pembukaan sekolah untuk PTM.

Kemendikbudristek mencatat sejauh ini sudah ada 1.296 sekolah yang melaporkan klaster Covid-19 pasca pembukaan sekolah untuk PTM terbatas, total ada 11.615 siswa positif Covid-19.

Hal ini disampaikan oleh Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (Paud Dikdasmen) Kemendikbudristek, Jumeri yang menyebut data ini didapatkan dari 46.500 sekolah yang sudah melakukan PTM terbatas per tanggal 20 September 2021.

Namun ternyata, informasi yang disampaikan oleh Jumeri dibantah sendiri oleh pihak Kemendikbudristi, dan kemudian disebut merupakan miskonsepsi.

Menurut keterangan terbaru dari Kemendikbudristek, Angka 2,8 persen satuan pendidikan itu bukan data klaster Covid-19 melainkan data satuan pendidikan yang melaporkan adanya warga sekolah yang pernah tertular Covid-19.

Miskonsepsi kedua adalah terkait 2,8 persen klaster satuan pendidikan dari pelaksanaan PTM terbatas.

Lewat infografis klarifikasi yang dilansir dari laman Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), ternyata angka tersebut bukan berdasarkan laporan satu bulan terakhir melainkan 14 bulan terakhir sejak Juli 2020.

Yang juga menjadi sorotan adalah terkait PTM terbatas menjadi tempat penularan Covid-19. Dalam hal ini, Kemendikbudristek membantah, bahwa belum tentu penularan Covid-19 terjadi di satuan pendidikan.

Sebab, data dikatakan diambil dari 46.500 satuan pendidikan baik yang sudah melakukan PTM terbatas maupun yang belum.

Terakhir, miskonsepsi yang diklarifikasi adalah 15.000 siswa dan 7.000 guru positif Covid-19.

Kemendikbudristek menyebut bahwa laporan yang berasal dari 46.500 satuan pendidikan itu belum diverifikasi sehingga masih berpotensi ditemukan kesalahan.

Meski disebut bahwa PTM terbatas berpotensi menjadi tempat penularan Covid-19, menanggapi hal tersebut, Mendikbudristek Nadiem Makarim mengaku akan terus melakukan pemantauan hal tersebut.

Eks bos Gojek itu menyampaikan kalau penularan Covid-19 di sekolah bukan berarti PTM dihentikan atau diundur.

’’Itu terus kita monitor temuannya, bukan berarti PTM akan diundur, jadi masih harus jalan,” ujar Nadiem di Gedung DPR, Jakarta belum lama ini.

Nadiem mengatakan, jika ada sekolah melaporkan adanya penularan Covid-19, maka untuk sementara waktu sekolah tersebut ditutup sampai dengan situasi aman. ’’Tapi kalau sekolahnya masing-masing kalau ada klaster ya harus ditutup segera,” katanya. (Jawapos)