25 radar bogor

Maba IBI Kesatuan Digembleng Pendidikan Radikalisme, Rektor: Penting Untuk Menjaga Kebhinekaan Indonesia

Kegiatan pendidikan radikalisme IBI Kesatuan menyambut maba.

BOGOR-RADAR BOGOR, Institut Bisnis dan Informatika Kesatuan atau IBI Kesatuan mengadakan kuliah perdana bertajuk Membangun Sikap Anti Radikalisme bagi mahasiswa baru pada Sabtu (18/9/2021).

Kegiatan webinar dengan menyasar mahasiswa baru itu dilakukan secara hybrid sekitar 743 peserta via daring untuk Mahasiswa Baru TA 2021/2022, serta dosen dan peserta yang mengikuti secara offline sebanyak 60 orang.

Rektor IBI Kesatuan Prof Moermahadi Soerja Djanegara menyampaikan tindakan radikalisme dapat dilakukan siapapun dan dimanapun, salah satunya sikap intoleran terhadap perbedaan.

“Pendidikan anti radikalisme ini penting diperkenalkan kepada mahasiwa baru karena sikap anti radikalisme merupakan pondasi penting dalam menjaga Kebhinekaan Indonesia,” kata Prof Moermahadi, di Kampus IBI Kesatuan, Sabtu (18/9/2021).

Karenanya, IBI Kesatuan merupakan kampus yang dibangun oleh orang-orang berbagai agama, suku, dan budaya.

“Ibi Kesatuan sangat menjungjung toleransi,” tegasnya.

Sementara itu, Komisaris Utama PT. Taspen (Persero) Komjen. Pol. (Purn) Suhardi Alius mengajak seluruh mahasiswa dalam mengantisipasi berkembangnya terorisme di Indonesia untuk mendalami masalah kebangsaan yang tidak hanya menggunakan akal dan logika, tetapi juga hati.

Karena, kata dia, hati merupakan akumulasi dari kejujuran kultur, nafas spiritual, serta empati, dan juga sebagai unsur untuk mengendalikan diri.

“Peran signifikan ada pada pemimpin. Untuk mahasiswa yang akan menjadi calon pemimpin,” kata Suhardi yang juga Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) periode 2016-2020.

“Mari selalu asah knowleage dan skill kita. Tidak akan ada perubahan bila tidak dimulai dari diri kalian sendiri. Mari berperang untuk mampu membuat network dengan stake holder,” sambungnya.

Suhardi juga menjelaskan faktor-faktor penyebab berkembangnua radikalisme terorisme di dunia pendidikan, serta ciri-ciri orang yang terpapar paham radikalisme.

Ia menyebut, beberapa ciri yang mencolok diantaranya anti sosial, mengungkapkan kritik yang berlebihan terhadap masyarakat secara umum, serta kritis pada ulama dan organisasi moderat.

Ditempat yang sama, Dosen IBI Kesatuan dan Master of Ceremony mengatakan, perkuliahan perdana ini merupakan agenda rutin dan menjadi syarat wajib saat kelulusan sebagai bekal awal menjadi mahasiswa baru.

Untuk saat ini, kata dia, temanya membangun sikap anti Radikalisme, agar mereka dapat mencegah dan mengantsipasi sejak dini.

“Alhamdulillah narasumbernya kompeten dan memang mantan Kepala BNPT, dan hari ini dari kampus senang kedatangan narasumbernya. Materinya dalam, sehingga mahasiswa akhirnya engeh serta anti radikalisme menjadi PR bersama,” katanya.

Dikatakanya, point yang diberikan kepada mahasiswa yakni wawasan kebangsaan, pemahaman teori anti radikalisme secara umum.

“Kemudian apa yang dilakukan semasa menjabat BNPT, dan ternyata setelah pensiun masih tetap tergabung dalam kegiatan anti radikalisme,” ucapnya.

“Pemahaman itu yang memang sangat sesuai untuk mahasiswa. Dan untuk dosen, dapat banyak masukan,” katanya.

Untuk diketahui, IBI Kesatuan rencananya akan memulai pembelajaran tatap muka pada awal Oktober mendatang.

Reporter: Dede
Editor: Rany