25 radar bogor

Psikolog : Kekerasan Terhadap Anak Bisa Picu Korban Jadi Pelaku

Ilustrasi Santri di Tamansari Babak Belur, Polisi Ungkap Penyebabnya!
Ilustrasi Santri di Tamansari Babak Belur, Polisi Ungkap Penyebabnya!

BOGOR-RADAR BOGOR, Menyikapi kekerasan terhadap anak yang meningkat selama pandemi, Psikolog Keluarga Retno Lelyani mengaku prihatin kondisi tersebut.

Tekanan ekonomi merupakan hal utama yang menyebabkan kekerasan pada anak meningkat. “Kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, tingginya permintaan dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, disalurkan pada pemuasan nafsu seks. Kasus yang saya tangani di P2TP2A Kabupaten Bogor juga memprihatinkan, karena adanya peningkatan pelaku adalah ayah kandung atau ayah tiri,” ujarnya.

Selain itu, kata Retno, pandemi juga membuat kondisi belajar secara daring, menyebabkan setiap anak memiliki akses hp dengan internet yang on. Anak berselancar di dunia maya, nyaris tanpa pengawasan. “Akibatnya, kecenderungan anak mengakses game dengan muatan kekerasan dan pornograpi juga meningkat. Selain adiksi games, anak juga banyak membuka situs dewasa,” paparnya.

Akibatnya, anak menjadi ingin tahu, ingin merasakan. “Ini memicu tingginya sodomi pada anak,” tukasnya.

Sementara, kata Retno, banyak dampak negatif yang akan dialami anak yang mengalami kekerasan. Apakah itu, kekerasan seksual, verbal maupun fisik.

Pertama, anak mengalami gangguan tumbuh kembang. Misalnya, sulit makan, atau bahkan over makan, sulit tidur sehingga kesehatan fisik terganggu. Anak berisiko mengalami asma, obesitas bahkan menjadi pecandu alkohol.

“Kedua, anak juga mengalami penurunan konsentrasi, kemampuan kognitif bahkan penurunan fungsi otak. Hal ini bisa terjadi akibat kekerasan fisik maupun efek psikologis kekerasan fisik yang dialaminya,” tambahnya.

Kemudian, ketiga anak mengalami gangguan emosi, temperamental, mudah marah, rasa percaya diri rendah, insecure, self harm bahkan ada tendensi bunuh diri.

“Keempat, anak mengalami trauma akibat kekerasan yang dialaminya. Ia juga tidak mudah percaya pada orang lain, bahkan sering bereaksi curiga terhadap orang lain. Akibatnya, saat remaja atau dewasa, sulit mempertahankan hubungan dengan orang lain,” tuturnya. Yang menakutkan lagi, kata Retno, anak akan menyimpan kekerasan yang dialaminya, sehingga beresiko menjadi pelaku.

Lalu seperti apa cara agar kekerasan terhadap anak bisa dikurangi atau dicegah ? Menurut Retno, idealnya orangtua menciptakan kebersamaan dengan semua anggota keluarga.

Misal memperbanyak waktu bercanda, bertukar pikiran bahkan jika perlu bekerja bersama, untuk menanamkan konsep positif, melatih mind set positif agar anak tahu bagaimana mengelola waktu, mengarahkan rasa negatif akibat pandemi.

” Selain itu, penting mengajarkan pendidikan seks sejak dini, agar anak tahu bagaimana menjaga diri (self defens),” pungkasnya.

Sebelumnya, berdasarkan data KPAID Kota Bogor, kekerasan terhadap anak meningkat selama pandemi. Periode Januari hingga Agustus 2021 saja, ada 26 kasus yang ditangani pihak KPAID. 30 persen di antaranya adalah kasus kekerasan seksual. (pia)