25 radar bogor

Kadisbudpar Ungkap Penyebab Aksi “Getok” Harga di Puncak, Ulah Wisatawan Sendiri

PeduliLindungi belum berlaku di Puncak
Aplikasi PeduliLindungi belum berlaku di Puncak

BOGOR-RADAR BOGOR, Aksi “getok” harga yang dilakukan oleh sejumlah oknum pedagang di Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor dinilai akibat dari ulah wisawatan sendiri.

Aksi “Getok” Harga, Warung di Puncak Sepi Pengunjung 

Kadisbudpar Kabupaten Bogor, Deni Humaedi mengatakan, penyebab adanya “getok” harga dikarenakan wisatawan yang membeli kopi relatif lebih lama, sehingga membuat pedagang memberikan harga tinggi.

“Hal seperti ini perlu dilihat dari penyebabnya. Bisa saja cuma minum kopi dengan waktu relatif lama sehingga si pedagang merasa dirugikan karena tidak dapat menerima pengunjung berikutnya,” katanya kepada Radar Bogor Minggu (12/9/2021).

Menurutnya, pengunjung juga harus punya kalkulasi bisnis. Berandai juga kalau menjadi pedagang. Mungkin akan melakukan hal yang sama. “Yang sampai Rp100 ribu itu informasinya menginap di warung,” tuturnya.

Deni berharap Rest Area Gunungmas segera selesai dan diisi oleh para pedagang. “Sehingga akan lebih mudah melakukan pembinaan,” tukasnya.

Diberitakan sebelumnya, aksi “getok” harga yang dilakukan oleh oknum pedagang di Kawasan Puncak merugikan pedagang lain yang memberikan harga normal. Imbas dari oknum-oknum yang melakukan “getok” harga, membuat sejumlah warung di kawasan Puncak sepi.

Radar Bogor mencoba membeli kopi sobek di tiga warung berbeda yang di pinggirJjalan Raya puncak. Pada warung pertama, untuk secangkir kopi sobek, harganya Rp6.000. Paling mahal harganya Rp7.000 per gelas. Tergantung jenis kopi sobek yang diminta.

Sedangkan untuk di warung kedua harganya lebih murah, kopi mulai dari harga Rp5.000 untuk kopi sobek hitam.

Adapun di warung ketiga yang Radar Bogor sambangi harga kopi agak lebih mahal yakni Rp7.000 hingga Rp10 ribu per gelas.

Para penjual mengaku, harga segitu merupakan harga wajar. Mengingat para wisatawan singgah dengan waktu paling cepat satu jam.

“Iya, kalau saya segitu. Wajar, karena nongkrongnya kan lama,”ujar EN salah satu penjaga warung kopi di puncak Bogor kepada Radar Bogor Sabtu (11/9/2021) malam.

Namun ia tak menampik ada beberapa warung yang “getok” harga hingga berlipat lipat. Penyebabnya, adalah para wisatawan hanya memesan kopi, namun hingga berjam-jam. Bahkan sampai menginap di warung. “Kalau saya tidak mau ikut campur soal harga,” tuturnya.

Namun , ia berharap agar pedagang jangan “getok” harga berlebihan, karena berdampak bagi pedagang lain.”Iya berpengaruh. Sekarang walau Puncak macet terus, tapi yang ke warung sepi,” ujarnya. (all)

Editor : Yosep