radar bogor

Temukan Terowongan Kuno, Pemkot Bogor Gandeng Unpak dan IPB

TELITI : Wali Kota Bogor, Bima Arya saat memeriksa terowongan kuno.

 

TELITI : Wali Kota Bogor, Bima Arya saat memeriksa terowongan kuno.

RADAR BOGOR – Wali Kota Bogor, Bima Arya mengecek terowongan peninggalan zaman kolonial Belanda, di area Stasiun Bogor tepatnya di bawah saluran air atau drainase di sekitaran Jalan Nyi Raja Permas, Kecamatan Bogor Tengah.

Terowongan itu, mulanya diketahui oleh tim pemeliharaan Dinas Pekerjaan Umum dan penataan ruang (PUPR).

Bima mengatakan, saluran diduga cukup luas sehingga orang bisa berjalan di dalam. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan fungsi saluran, apakah saluran air atau memiliki fungsi-fungsi lain.

Menurutnya, Pemkot Bogor akan bekerjasama dengan perguruan tinggi untuk melakukan pemetaan, luasan, panjang dan fungsinya, dengan menggandeng Universitas Pakuan (Unpak) dan IPB.

Selain ingin memastikan fungsi saluran, Bima Arya juga menginginkan agar dilakukan kajian agar dapat diketahui, apakah saluran bawah tanah tersebut memungkinkan untuk direvitalisasi dan digunakan kembali.

Dia menyebut, tahun 2016 Kota Bogor sudah memiliki masterplan drainase. Karenanya saluran bawah tanah yang ditemukan harus disesuaikan, mengingat lokasi penemuan termasuk dalam kawasan yang akan ditata pembangunan Alun-alun, Masjid Agung dan pengembangan Stasiun Bogor.

“Jadi otomatis drainasenya harus rapi,” ujar Bima Arya didampingi Kepala Dinas PUPR Kota Bogor, Chusnul Rozaqi dan Kepala Bappeda Kota Bogor, Rudy Mashudi, Sabtu (28/8).

Lebih lanjut ia mengatakan, posisi saluran berada di kedalaman tiga meter di bawah permukaan jalan, dan tepat di atas bangunan itu terdapat saluran air Kota Bogor yang dibangun sekitar tahun 90-an.

“Tadi saya coba tusuk pakai linggis, kemungkinan lebih dalam juga, sekitar 2 meter. Bisa saja orang berdiri disitu. Bisa saja orang jalan disitu. Kalau dilihat sedimentasinya,” kata Bima usai melakukan pengecekan.

Selain melakukan pemetaan, Bima menyebut akan melakukan pengerukan dan mengangkat sedimentasinya. Apabila saluran itu memungkinkan masih bisa dipergunakan maka akan dilakukan revitalisasi.

“Saya ingin sedimentasinya digali dan dikeruk secara bertahap sampai sejauh mana dan apakah bisa difungsikan kembali sebagai saluran air, kita akan lihat fungsinya untuk apa,” paparnya.

Dilihat dari struktur, lanjut Bima, bisa saja saluran itu dibangun pada tahun 1880 atau sebelum Stasiun Bogor Berdiri pada 1881 dan melihat bentangannya bisa saja saluran itu bisa menempuh atau tersambung ke beberapa tempat.

Bima menegaskan, sebagai langkah awal yakni melakukan pemetaan. Hal itu, karena berkaitan dengan pengemabangan kawasan staiun dimana tengah dibangun alun-alun, Masjid Agung, juga perluasan stasiun.

Ia menambahkan, bangunan dari saluran secara kasat mata memiliki kemiripan dengan yang ada di Sukabumi, Klaten dan Bekasi.

Sementara, berdasarkan informasi salah satu petugas Dinas PUPR yang mengeruk sedimentasi, pada titik yang lokasinya dekat dengan dipo Stasiun Bogor ini, saluran yang ditemukan memiliki seperti ruang yang mirip bak kontrol dengan lebar dua meter, panjang 10 meter dan tinggi sekitar 1 meter.

Sementara itu, Kepala Humas Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kemenhub, Supandi mengatakan, dugaan tersebut bisa jadi benar karena kejadian serupa pernah terjadi di Bekasi.

“Bisa jadi, biasanya zaman belanda stasiun dilengkapi dengan saluran air, kayak di Stasiun Bekasi saat dibongkar ditemukan semacam saluran air gini mengarah ke sungai tapi sudah tak berfungsi,”  pungkasnya.(ded/c)