25 radar bogor

Catat, Tidak Semua Anak Bisa Divaksinasi Covid-19

ilustrasi vaksinasi
ilustrasi vaksinasi

Eskalasi vaksinasi terus digenjot pemerintah. Selain orang dewasa, anak usia 12–17 tahun juga masuk kelompok penerima vaksin per 29 Juni lalu. Lantas, apakah semua anak bisa mendapatkan vaksin?

MENURUT Ellen Wijaya, dokter spesialis anak di RS Pondok Indah, Puri Indah, Jakarta Barat, salah satu upaya untuk menghentikan persebaran infeksi Covid-19 ialah melindungi diri dan masyarakat dengan vaksinasi. Hingga bulan ini, ada 98 vaksin yang diuji klinis terhadap manusia. Sebanyak 32 vaksin sudah mencapai uji klinis tahap akhir.

Jenis vaksin yang sudah mendapat izin edar di Indonesia, antara lain, Pfizer-BioNTech (Amerika dan Jerman), Moderna (Amerika), Sinovac (Tiongkok), Oxford-AstraZeneca (Inggris dan Swedia), serta Sinopharm (Tiongkok). Ellen menuturkan, perbedaan tiap vaksin itu adalah isinya. Ada empat kategori vaksin yang perlu diketahui. Yakni, virus utuh, subunit protein, viral vector, dan asam nukleotida (RNA-DNA) yang memengaruhi cara kerja tiap vaksin.

Lantas, vaksin apa yang terbaik untuk anak? Menurut dia, vaksin yang sudah melewati tahap uji klinis atau age de-escalation strategy diberikan lebih dulu kepada orang dewasa yang sehat. Kemudian, perlahan vaksin itu diberikan kepada anak yang lebih muda. Tujuannya, memastikan vaksin aman dan dapat menimbulkan kekebalan. ’’Jika terbukti aman dan meningkatkan kekebalan, bisa dilanjutkan ke kelompok target terakhir. Yakni, kelompok bayi,’’ paparnya.

Ada dua rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait pemberian vaksin Covid pada anak dan remaja. Pertama, memulai imunisasi pada anak usia 12–17 tahun dengan vaksin CoronaVac. Sementara itu, anak umur 3–11 tahun masih menunggu kajian. Kedua, dosis yang diberikan sebesar 3 µg (0,5 ml) secara IM di deltoid lengan atas, dua kali dengan jarak satu bulan.

Namun, tidak semua anak mendapat lampu hijau untuk divaksin. Ada beberapa kondisi yang membuat anak tidak bisa divaksin. Di antaranya, defisiensi imun primer penyakit autoimun yang tidak terkontrol, pengidap sindrom Guillain-Barre, mielitis transversa, acute demyelinating dan encephalomyelitis, anak kanker yang menjalani kemoterapi/radioterapi, sedang mendapat pengobatan imunosupresan/sitostatika berat, demam, sembuh dari Covid kurang dari tiga bulan, pascaimunisasi lain kurang dari sebulan, hamil, hipertensi dan diabetes tak terkendali, serta penyakit kronis atau kelainan.

Tidak Bisa Vaksin Covid-19, Tetap Patuh Prokes

Sebelum tiba di depan vaksinator, anak akan menjalani skrining dengan ketat. Dokter Ellen menuturkan, hal itu untuk memastikan anak dalam keadaan sehat dan tidak ada kontraindikasi pemberian vaksin.

Bagi anak yang alergi debu atau dingin, jika dalam keadaan sehat, tetap diperbolehkan mendapat vaksin Covid-19. Namun, jika anak memiliki alergi tertentu yang sampai memicu sesak napas, vaksinasi harus ditunda. Tidak boleh dipaksakan.

Ellen menjelaskan, anak yang sedang mengalami sesak napas merupakan kondisi yang tidak optimal. Anak memerlukan evaluasi dan perawatan sehingga belum diperbolehkan mengikuti vaksinasi.

Orang tua pun perlu memahami perbedaan vaksinasi dan imunisasi. Ellen menerangkan, imunisasi merupakan proses untuk menimbulkan kekebalan. Imunisasi terbagi menjadi dua, yaitu aktif dan pasif. ’’Imunisasi aktif berisi antigen yang menginisiasi respons imun untuk pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit (aktif). Imunitas yang terbentuk membutuhkan waktu lebih lama, namun bertahan lebih lama,” jelasnya.

Sebaliknya, imunisasi pasif berisi antibodi yang tidak menginisiasi respons imun (pasif). Imunitas terbentuk segera, tapi tidak bertahan lama. Hanya beberapa minggu. Pada imunisasi aktif, terjadi proses infeksi alamiah atau melalui vaksinasi.

Ada beberapa jenis vaksin. Yakni, vaksin hidup dan vaksin mati. Tiap jenis vaksin memiliki kandungan yang berbeda serta mekanisme pembentukan respons kekebalan dan respons terhadap anak yang tidak sama. ’’Misal, ada anak yang tidak demam setelah divaksin. Tapi, ada juga yang demam. Tidak masalah, tidak perlu khawatir,” paparnya.

Vaksinasi untuk anak usia 12–17 tahun direkomendasikan dua kali dengan interval satu bulan. Ellen menyatakan, belum ada panduan untuk pemberian dosis ketiga. Tim medis mengikuti rekomendasi dari hasil uji klinis dan observasi sebelumnya. Menurut dia, dengan dua dosis vaksin, perlindungannya sudah baik.

Lalu, bagaimana jika anak tidak bisa mendapatkan vaksin Covid? Ellen menuturkan, ada hal sederhana yang dapat dilakukan. Yakni, patuh protokol kesehatan (prokes). Langkah itu berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kasus Covid-19. Terutama di klaster keluarga.

Misalnya, anak sudah tetap di rumah. Tidak pernah keluar rumah. Namun, ternyata orang tua masih sering keluar karena ada urusan kerjaan. ’’Pulang ke rumah, jangan langsung peluk anak. Cuci tangan dulu, ganti baju, bersihkan benda yang dibawa,” tutur Ellen.

Anak juga perlu dibentengi dengan makanan bergizi dan bervitamin. Mulai sayuran hingga buah. Untuk suplemen tambahan, karena sifatnya tambahan, tidak perlu diberikan setiap hari.

Karena tidak boleh ke mana-mana, bukan berarti anak tak bisa aktif bergerak atau berolahraga. Ellen mengatakan, olahraga sangat penting. Orang tua bisa mengajak anak keliling depan rumah. Tetap pakai masker dan hindari kerumunan.

Sementara itu, Dokter Dominicus Husada SpAK menilai demam setelah vaksin merupakan hal wajar. Orang tua bisa memberikan parasetamol hingga mengompres anak. Kemudian, berikan asupan air yang cukup.

Di sisi lain, Faridah Hariani, 34, sempat waswas ketika buah hatinya akan divaksin. Dia sempat berkonsultasi dengan tiga dokter anak sekaligus untuk menanyakan keamanan anaknya. ’’Namanya orang tua. Si kakak ini takut sama jarum kan,” terangnya.

Setelah vaksin, Farida mengungkapkan, anaknya tidak merasakan demam. Dia telah mencatat berkali-kali suhu tubuh anaknya. Paling tinggi 36,4. Selebihnya, suhu tubuhnya 34–36 derajat Celsius. (jpc)

YUK, BERANGKAT VAKSINASI COVID-19

– Berikan wawasan kepada anak mengenai vaksinasi. Orang tua tidak boleh menakut-nakuti anak.

– Makan dengan gizi seimbang. Terutama asupan sayur dan buah untuk anak.

– Jaga tubuh anak agar tidak dehidrasi. Pastikan kebutuhan air minumnya cukup.

– Tidur cukup, jangan begadang. Usahakan tidur malam delapan jam.

– Jangan lupa sarapan sebelum berangkat vaksinasi.

– Siapkan masker dobel dan hand sanitizer.

– Selesai divaksin, protokol kesehatan tetap diterapkan. Tidak boleh dikendurkan.