25 radar bogor

Kata Dokter Soal Azithromycin dan Oseltamivir yang Dianggap Obat COVID-19

Ilustrasi Obat Tradisional berbahaya
Ilustrasi Obat Tradisional berbahaya
Ilustrasi Obat G
Ilustrasi Obat

RADAR BOGOR, Selain ‘susu beruang’ yang laris, obat antioksidan dan vitamin juga diburu karena kasus COVID-19 yang terus melonjak. Masyarakat pun kembali mengalami panic buying sehingga berbondong-bondong menyetok persediaan obat dan vitamin untuk menjaga imun.

Obat yang kini susah ditemui dan harganya melambung tinggi adalah Azithromycin dan Oseltamivir. Masyarakat meyakini obat tersebut cukup ampuh, setidaknya untuk mencegah virus Corona dan menjaga imun.

Dokter Spesialis Paru yang juga menangani pasien COVID-19 di RS Khusus Infeksi (RSKI) Universitas Airlangga (Unair), dr Wiwin Is Effendi SpP menjelaskan manfaat kedua obat tersebut. Azithromycin sendiri, kata Wiwin, sebenarnya obat antibiotik. Dalam penanganan pasien COVID-19, obat tersebut sebagai antioksidan.

“Tetapi dia (Azithromycin) di sini (untuk COVID-19) digunakan bukan sebagai efek antibiotiknya, tapi sebagai antioksidan. Kalau kita tahu kan biasanya ada radikal bebas, zat-zat yang bisa merusak dan memicu kerusakan di tubuh. Nah, dia sifatnya melawan itu, dia juga punya fungsi Imunomodulator. Artinya dia bisa menguatkan imunitas tubuh. Jadi kenapa dia digunakan untuk penanganan COVID-19,” kata Wiwin melansir detikcom, Selasa (6/7/2021).

Sementara terkait obat oseltamivir, Wiwin menjelaskan bahwa obat ini merupakan antivirus. Akan tetapi oseltamivir tidak spesifik untuk virus COVID-19.

“Itu (oseltamivir) adalah antivirus, meskipun sebenarnya virus SARS-CoV-2 itu belum ada antivirus yang spesifik. Ibaratnya kalau kita nembak yang pas untuk antivirusnya belum ada. Kedua obat itu memang sifatnya antivirus, tapi tidak spesifik untuk virus Corona,” jelasnya.

Wiwin yang juga sebagai Anggota Satgas COVID-19 RS Unair mengatakan dalam penanganan COVID-19, kedua obat tersebut tidak dianjurkan untuk pasien OTG. Melainkan untuk pasien dengan gejala ringan hingga berat.

“Menurut panduan Depkes dan organisasi profesi, mulai perhimpunan dokter paru, hingga penyakit dalam, kedua obat ini digunakan untuk pasien yang gejala ringan hingga berat. Kalau OTG nggak perlu, cukup minum vitamin,” ujarnya.

Selain itu, pasien yang ingin mengonsumsi dua obat tersebut harus sesuai dengan resep dari dokter. Sebab obat Azithromycin dan Oseltamivir tidak dijual bebas tanpa resep dokter.

“Seharusnya yang namanya antobiotik itu harus sesuai dengan resep dokter. Antibiotik dan antivirus nggak ada yang dibeli bebas. Cuma ini karena pandemi terjadi panic buying. Terus lihat tetangga sembuh karena minum obat tersebut jadi ikut-ikutan padahal kan nggak bisa. Takutnya, masyarakat kan juga nggak tau obat itu dipakai berapa lama. Karena kakau dikonsumsi terus bisa resistance atau kebal. Next kalau dia infeksi jadi udah kebal. Padahal Azithromycin umumnya digunakan cuma 5 hari, kalau Oseltamivir rata-rata digunakan 7 hari,” pungkas Wiwin.

Editor: Rany P Sinaga
Sumber: detiknews