25 radar bogor

Lomba Bogorku Bersih Berhasil Kurangi Produksi Sampah

RADAR BOGOR – Jurnalis berperan besar dalam mengubah lingkungan terkecil hingga dunia. Pernyataan ini sangat terasa di Kota Bogor, betapa perjuangan wartawan tak hanya menuangkan ide dan gagasan melalui tulisan, tapi juga mengimplementasikan gagasan tersebut ke masyarakat.

Ya, lomba Bogorku Bersih adalah gagasan dari wartawan yang sangat peduli terhadap lingkungan di Kota Bogor.

Berawal dari persoalan sampah di Kota Bogor yang harus membuang sampah dari masyarakat Kota Bogor sebanyak 600 ton perhari ke tempat pembuangan akhir (TPA) Galuga di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.

Dampaknya warga di sekitar TPA Galuga Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor sering protes atas pembuangan sampah dari Kota Bogor terjadi 2005 hingga 2016 .

Tak heran bila Komisi A DPRD Kabupaten Bogor pada 2005 ‘mengancam’ menolak Pemkot Bogor membuang sampah di TPA Galuga, bila Pemkot Bogor tidak segera merealisasikan aspirasi warga sekitar yakni Pemkot Bogor agar memperhatikan kondisi kesejahteraan warga, selain itu juga melakukan pembangunan jalan, menyediakan air bersih, dan sanitasi bagi warga setempat.
Adalah para wartawan di Harian Radar Bogor setelah berdiskusi dengan dosen IPB University, Kamir S Brata berkeinginan agar masalah sampah ini tuntas ini dari lingkungan terkecil masyarakat.

Diskusi ini bagaimana mengedukasi masyarakat mengurangi masalah sampah ini mulai dari rumah,yakni memisahkan sampah organik dan anorganik.

Masyarakat diajari untuk menyiapkan dua tempat sampah yang berbeda di rumah, yakni tong sampah organik dan tong sampah anorganik.

Kamir S Brata adalah penemu teknologi biopori untuk membuat resapan air hujan. Ternyata lubang biopori juga dapat menjadi tempat untuk pembuatan pupuk kompos dari sampah organik.

Berdasarkan penelitian Kamir S Brata, sampah organik ini bisa dimasukkan ke lobang biopori untuk menjadi pupuk kompos. Butuh waktu sekitar tiga bulan untuk memanen kompos dari biopori.

Sampah organik juga bisa diolah menjadi budidaya maggot. Maggot ini menjadi bahan baku alternatif pakan ikan yang memiliki protein tinggi dan sangat baik bagi pertumbuhan ikan.
Sementara sampah plastik, karet, kaca dan kaleng masuk ke dalam kategori sampah anorganik.

Harus ada pelatihan kepada masyarakat untuk mengolah anorganik ini agar memiliki nilai ekonomi. Beruntung di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor sudah melakukan pelatihan kepada masyarakat memanfaatkan sampah anorganik ini menjadi bermanfaat lagi dan memiliki nilai ekonomi, seperti pembuatan tas dari plastik bekas bungkus deterjen dan plastik bekas pewangi, serta bekas bungkus kopi.

Sampah anorganik yang tak bisa diolah tetap bisa mendatangkan uang dengan menjualnya di bank sampah. Nah, masyarakat juga harus diajari lagi untuk membuat bank sampah.

Jajaran DLH Kota Bogor sebenarnya sudah melakukan sosialisasi pembuatan bank sampah dan pelatihan pemanfaatan limbah anorganik ini kepada masyarakat di Kota Bogor.

Sayangnya greget masyarakat untuk membuat bank sampah dan ikut pelatihan dan mengimplementasikan hasil pelatihan masih sangat rendah.

Peran wartawan di Harian Radar Bogor pada 2015 silam yakni mengusulkan kepada Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto untuk membuat lomba kebersihan yakni Bogorku Bersih.

Ini tak lain agar masyarakat memiliki semangat dalam mengelola sampah ini mulai dari lingkungan terkecil yakni rumah, lingkungan rukun tetangga/rukun warga (RT/RW) dan mendirikan bank sampah di setiap RT/RW.

Konsep penilaian lomba kebersihan antar RT ini yakni keindahahan dan keasrian lingkungan, inovasi dan kreativitas warga, pemanfaatan ruang secara efektif dan efisien serta kebersihan sanitasi lingkungan.

Begitu juga pengolahan sampah mandiri seperti, pemanfaatan lubang resapan biopori, membuat pupuk kompos, tempat pengolahan sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) dan bank sampah. Bank sampah ini memiliki bobot penilaian cukup besar dalam lomba ini, karena memang masyarakat diminta mendirikan bank sampah.

Wali Kota Bogor Bima sangat setuju dengan usulan wartawan di Harian Radar Bogor ini, dengan memasukkan lomba Bogorku Bersih pada 2016 silam, dalam rangkaian Hari Jadi Bogor (HJB) ke-534.

Lomba Bogorku Bersih ini juga merupakan ajang edukasi kepada masyarakat dalam mengelola lingkungan terutama sampah. Sebisa mungkin masyarakat di Kota Bogor mengelola sampah menjadi berkah.

Pertama berkah mendapatkan nilai ekonomi dan berkah kedua lingkungan menjadi asri serta nyaman. Butuh waktu untuk mengkampanyekan pengelola sampah ini mendapat apresiasi dan reward.

Tapi tujuan yang dicapai tentunya bukan reward atau hadiah, melainkan lingkungan bersih dari sampah yang paling utama.
Tak heran bila juri yang terdiri dari wali kota, wakil walikota, pimpinan dan anggota DPRD Kota Bogor, rektor dan dosen IPB, UIKA, Unpak, perwakilan dari DLH Kota Bogor, pemerhati lingkungan, tokoh agama, wartawan selalu memberikan edukasi tentang mengolah sampah yang benar kepada masyarakat di sela-sela penilaian lomba.

Lebih dari itu, lomba ini tujuannya mengurangi produksi sampah di Kota Bogor ke TPA Galuga. Ini sudah terbukti , sebelum ada lomba Bogorku Bersih produksi sampah mencapai 600 ton per hari dan setelah ada lomba ini selama tiga tahun berturut-turut tereduksi menjadi 480 ton per hari ke TPA Galuga.

Tak hanya itu pada 2019 Pemkot Bogor mendapatkan penghargaan sebagai satu dari 10 kota yang angkanya dinilai signifikan dalam mengurangi volume sampah dari 20 persen menjadi 16 persen pada 2019 dan pada tahun 2020 menjadi 14 persen. .

Bima Arya mengakui lomba Bogorku Bersih ini bukan lomba biasa karena memiliki dampak serius pada perilaku warga Kota Bogor dalam mengelola sampah.

Jumlah peserta lomba Bogorku Bersih juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sebelumnya ada ada 300 RT mendaftar, pada 2019 618 RT mendaftar.

Ini tak lain karena salah satunya hadiah dari lomba ini cukup menggiurkan sebesar Rp30 juta untuk juara satu, Rp20juta untuk juara kedua dan Rp15 juta untuk juara tiga.

Juara sebesar itu masing-masing untuk lomba antar RT, yakni kategori pemukiman teratur, pemukiman swadaya dan pemukiman tepi sungai.

Sedangkan kategori lainnya dalam lomba ini yakni kategori TPS3R, kategori bank sampah, kategori Mapolsek, kategori pasar, kategori pusat perbelanjaan, kategori restoran, kategori organisasi perangkat daerah (OPD), kategori hotel, kategori kelurahan, kategori kampung tematik, kategori sekolah dasar (SD), kategori SMP, kategori SMA. (*)

Oleh : Untung Bachtiar /Wartawan Harian Radar Bogor