25 radar bogor

Bogor Mengaji, Membimbing Warga Bisa Baca Al-Quran

BOGOR-RADAR BOGOR, Adalah kenyataan, masih banyak muslim yang belum mengenal huruf hijaiyah sehingga belum bisa membaca Al Quran. Untuk membantu mereka mampubaca Al Quran, Pemerintah Kota Bogor mengemas program Bogor Mengaji. Program ini digelar serentak di 68 kelurahan dan menyasar 2.000 orang pralansia sebagai peserta.

Menurut Kabag Kesejahteraan Masyarakat,Setda Kota Bogor, Asep Kartiwa, gerakan ini sementara masih bersifat swadaya masyarakat sehingga tidak menggunakan APBD.

Menurutnya, program ini merupakan gerakan masyarakat yang diinisiasi jajaran pimpinan pemkot. Oleh karenanya, “Kalau ada yang ingin berinfaq dan shodaqoh membantu program Bogor Mengaji bisa disalurkan melalui Baznas Kota Bogor,” katanya.

Dalam kaitan itulah beberapa waktu lalu, KORPRI Kota Bogor membantu program ini dengan menyalurkan bantuan kepada Baznas Kota Bogor,

“Korpri memiliki peran dan tanggung jawab untuk mengarahkan seluruh anggota dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan serta pengabdian masyarakat dalam berbagai bidang,” unkap Dody Ahdiat, Ketua Dewan Pengurus Korpri Kota Bogor.

Pada kesempatan yang sama, Sekda Kota Bogor, Syarifah Sofiah juga menyalurkan zakat mal untuk mendukung Bogor Mengaji. Di dalam pelaksanaannya, di setiap kelurahan dibuat dua kelas belajar.

Masing-masing kelas terdiri dari 15 orang untuk laki-laki dan perempuan dengan sasaran utama pralansia yang akan dilaksanakan selama 6 bulan. “Untuk waktu pelaksanaannya diserahkan ke wilayah masing-masing,” lanjut Asep seraya menjelaskan pralansia sebagai sasaran program ini.

Menurutnya pengajian bagi anak-anak masih banyak tempat dan pilihan. Tapi tidak demikian untuk pralansia atau para lansia, sehingga ia berharap melalui program ini para pralansia dan lansiadi Kota Bogor bisa lebih semangat lagi belajar Al-Quran.

Lalu seperti apa yang terjadi di masyarakat? Berdasarkan pengamatan Camat Tanah Sareal, Sahib Khan, di beberapa kelurahan yang masuk wilayahnya, warga antusias mengikuti program ini.

Sekitar 80% dari target peserta sudah tercapai untuk belajar 2 kali pertemuan dalam sebulan. Para pengajar pun sudah melaksanakan tugasnya.

Antusiasme khususnya ditunjukan para ibu-ibu. Sedangkan di kalangan bapak-bapak “Masih slow response,” katanya. Sahib menilai, bahwa program ini terkendala oleh minat para bapak yang tampaknya masih enggan mengikuti kegiatan belajar mengaji.

Padahal, “Saya yakin masih ada diantara bapak-bapak yang belum bisa membaca Al Quran tapi dengan berbagai hambatan mereka masih enggan ikut program ini,” tuturnya.

Sahib menduga, para bapak kesulitan ikut program ini karena juga masalah waktu, sehingga perlu ditawarkan waktu yang pas bagi mereka. Tetapi juga ada kemungkinan diantara mereka masih malu untuk ikut belajar.

Untuk mengatasi hambatan itu, maka menarik apa yang terjadi di Masjid Al Madinah, Perumahan Mutiara Bogor Raya, Katulampa. Di masjid ini justru program belajar mengaji diawali oleh peserta yang semuanya kaum bapak.

Awalnya di masjid ini kegiatan belajar mengaji diselenggarakan pengurus DKM untuk peserta anak-anak. Belakangan anak-anak itu diminta untuk mengajak bapak-bapaknya ikut belajar. Lambat laun beberapa orang bapak mulai tergerak untuk ikut belajar yang dibimbing imam masjid.

“Sebelum pandemi, kami para bapak mulai terbiasa kumpul di masjid, belajar membaca Al Quran bada Subuh dilanjut sarapan pagi dan olahraga bersama, alhamdulilah banyak yang tertarik,” ungkap Adi, Ketua DKM Al Madinah.

Selain itu, beberapa pengurus melakukan pendekatan pribadi untuk mengajak warga lainnya ikut belajar. Sekarang memang sudah tidak bisa lagi sarapan dan olah raga bersama, tetapi kegiatan belajarnya tetap berlanjut. Sejak bergulir pada tahun 2016, sekarang ada sekitar 40 warga yang aktif ikut belajar.

Sekitar 10 orang diantaranya tergolong sudah mampu baca Al Quran dengan baik dan benar. “Kepada mereka kami menawarkan untuk nantinya bergantian menjadi imam shalat,” lanjutnya.

Sedangkan bagi pemula disediakan kelas khusus dan kini ada sekitar 10 orang pesertanya. Kegiatan ini berlangsung secara swadaya. Pengurus DKM hanya mengeluarkan Rp 600 ribu per bulan untuk mendukung kegiatan dan selebihnya merupakan infaq dan sedekah para peserta.

Dengan adanya program Bogor Mengaji, kini giliran kaum ibu yang tergerak aktif. “Alhamdulillah pesertanya mencapai target, bahkan ada sekitar 10 orang yang masuk waiting list,” kata Adi.

Kepada mereka rencananya akan dibantu melalui program mandiri yang dikelola DKM. Kelas ibu-ibu ini direncanakanakan tetap berlanjut, kendatipun program Bogor Mengaji nanti sudah selesai. “Tapi saya berharap Bogor Mengaji bisa terus berlanjut karena pengajarnya berkualitas dan metode yang dipakai juga bagus,” katanya.

Harapan yang sama disampaikan oleh Sahib. Bahkan ia mengusulkan agar program ini didukung APBD, karena program ini merupakan stimulan supaya warga kelak bergerak secara mandiri. “Kedepan program ini juga perlu didukung dengan melibatkan pesantren atau lembaga dakwah dalam hal pengadaan pengajarnya atau pelayanan belajar privat bagi mereka yang memerlukan,” katanya.

Ia yakin banyak pihak yang memiliki sumberdaya memadai untuk membantu dan mendukung gerakan mengajak warga mau belajar baca Al Quran.
Lebih lanjut Sahib mengingatkan, “Ini gerakan amal jariyah, sehingga selayaknya didukung oleh siapapun agar kedepan tidak ada lagi kaum muslim yang tidak bisa baca Al Quran.” Di ranah ini, segala sesuatunya memang tidak bisa ditangani sendiri oleh pemerintah. Maka mari beramal dengan mendukung Bogor Mengaji berjalan sukses! (Advertorial)