25 radar bogor

Program Covax WHO Terdesak Tipisnya Stok Vaksin

Program Covax

RADAR BOGOR – Negara-negara kurang mampu, terancam tidak bisa melanjutkan program vaksinasinya. Itu karena vaksin Covid-19 yang didapatkan dari program Covax sudah menipis.

Di lain pihak, pandemi justru kian tidak terkendali. Negara-negara Afrika misalnya. Mereka saat ini sedang mengalami penularan gelombang ketiga.

Covax merupakan program yang dibentuk untuk memastikan vaksin terdistribusi merata. Negara-negara kaya membantu dengan mensubsidi pembelian vaksin untuk negara miskin dan berkembang.

Mereka telah membagikan 90 juta dosis vaksin Covid-19 pada 131 negara. Namun jumlah itu masih jauh dari kata cukup. Terlebih penyebaran virus SARS-CoV-2 masih masif.

’’Dari 80 negara berpenghasilan rendah di program Covax, setidaknya separonya tidak memiliki cukup vaksin untuk mempertahankan program vaksinasi mereka saat ini,’’ terang Penasihat Senior WHO Dr Bruce Aylward Senin (21/6) seperti dikutip BBC.

Uganda, Zimbabwe, Bangladesh serta Trinidad dan Tobago adalah yang sudah melaporkan kehabisan vaksin.

Aylward menegaskan bahwa situasi di lapangan mungkin lebih buruk lagi. Negara-negara yang mulai kekurangan vaksin itu sudah meminta tambahan stok.

Tapi barangnya kosong. Beberapa negara akhirnya terpaksa membuat aturan ketat. Yaitu mendahulukan mereka yang membutuhkan hingga yang ingin divaksin harus membayar mahal.

Saat ini mayoritas vaksin yang siap digunakan memang dikuasai oleh negara-negara kaya. Itu karena mereka mampu membeli dan bahkan memberikan uang lebih dulu ketika vaksin masih dalam tahap penelitian.

Banyak pihak meminta agar negara-negara kaya berhenti menguasai vaksin untuk diri mereka sendiri. Salah satunya adalah Presiden Afrika Selatan (Afsel) Cyril Ramaphosa. Hanya ada 40 juta dosis vaksin yang didistribusikan ke Benua Afrika. Itu kurang dari 2 persen populasi di benua tersebut.

Covax sempat membuat target untuk menyediakan 2 miliar dosis vaksin ke penjuru dunia pada akhir 2021. Namun target itu sepertinya bakal sulit terpenuhi. Covax berharap bisa mendistribusikan cukup vaksin untuk melindungi setidaknya 20 persen populasi dunia.

Saat ini total angka vaksinasi global mencapai 2.621.055.106 dosis. Itu setara dengan 33,6 dosis per 100 orang. Uni Emirat Arab, Inggris, Israel, Cile, Bahrain dan Malta angkanya sudah di atas 100 dosis. Itu artinya mayoritas penduduknya sudah divaksin dan kini masuk tahap dosis kedua. Rata-rata vaksin Covid-19 membutuhkan dua dosis.

Sejatinya beberapa negara sudah menyatakan akan mendonasikan vaksin mereka yang berlebih. Misalnya saja negara-negara anggota G7 yang berjanji mendonasikan 1 miliar dosis. AS juga memberikan lebih dari 100 juta dosis di luar yang dijanjikan G7. Inggris, Tiongkok, Rusia juga berkomitmen. Tapi itu semua belum cukup. Masih belum ada kesepakatan untuk berbagi “resep” vaksin, agar bisa diproduksi massal.

Sementara itu, di Filipina angka partisipasi penduduk dalam program vaksinasi Covid-19 justru rendah. Presiden Filipina Rodrigo Duterte sampai mengancam agar warganya mau disuntik. Yang tidak mau maka akan dibui. Dia menyebut penduduknya keras kepala.

’’Anda bisa memilih. Divaksin atau dikirim ke penjara,’’ tegasnya dalam pidato Senin malam seperti dikutip Al Jazeera. Tak cukup sampai di situ, dia juga mengancam akan menyuntik warganya dengan suntikan yang diperuntukkan bagi babi.

Itu tentu saja bukan ancaman pertama Duterte. Sebelumnya dia menegaskan akan menembak siapapun yang melanggar kebijakan lockdown. Ancaman itu tentu bukan isapan jempol belaka. Sebab ada beberapa kasus mereka yang melanggar benar-benar ditembak oleh otoritas setempat.

Filipina saat ini memang tengah bergulat melawan penyebaran varian Delta yang berasal dari India. Ada lebih dari 1,3 juta kasus Covid-19 di negara tersebut dan 56 ribu di antaranya masih aktif. Total korban meninggal mencapai lebih dari 23.700 jiwa. Terkait vaksinasi, dari 110 juta populasi penduduk, 6,2 juta menerima dosis pertama. Sedangkan yang sudah divaksin penuh baru 2,15 juta orang saja. (sha/bay)