25 radar bogor

Warga Sukabumi Diteror Ular Tanah, Satu Orang Meninggal Dunia

Ular-Kobra
Ilustrasi Ular Kobra
Ular-Kobra
Ilustrasi

SUKABUMI-RADAR BOGOR, Warga di Kampung Bojongsoka, Desa Limusnunggal, Kecamatan Bantargadung, Kabupaten Sukabumi diteror ular gibuk atau ular tanah. Bahkan korban digigit ular mencapai sekitar 20 orang dan satu di antaranya meninggal dunia dan satu orang cacat.

Infromasi dihimpun Radar Sukabumi, warga digigit ular rata-rata enggan berobat ke rumah sakit lantaran biaya untuk membeli serum anti bisa ular (Sabu) dinilai cukup mahal. Sehingga, mereka memilih berobat ke pawang ular di wilayahnya.

Korban terakhir digigit ular, Amir (41) mengatakan, dirinya digigit ular pada Kamis 3 Juni 2021 lalu. Saat itu, dirinya tengah memotong rumput di rumah milik tokoh masyarakat Kampung Bojongsoka, Maman Surachman. Tiba-tiba saat rumput itu hendak dipindahkan, tangannya digigit ular.

“Lagi bersihin rumput di kebun. Awalnya saya kira terkena duri, ternyata ketika dilihat ada bekas gigitan ular. Saya langsung bergegas ke rumah pawang ular dan balik lagi mencari ular, namun sudah tidak ada,” bebernya.

Tak lama kemudian, tangan Amir mengalami pembengkakan dan dibawa oleh adik pemilik rumah, Edi Mulyana (61) ke Rumah Sakit Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.

“Empat jari tangan saya bengkak yang satu lagi mah tidak. Ada rasa pegal-pegal dan langsung dibawa ke rumah sakit. Sesampainya di sana, langsung diperiksa, cek lab darah dulu, kemudian diberi infusan dan dua vial Sabu,” ucap Amir.

Ia menyebut, sudah banyak korban warga di kampungnya. Tetutama petani yang digigit ular. Bahkan satu orang ustadz bernama Surya meninggal dunia karena tidak sempat dibawa ke rumah sakit.

“Banyak! Setahun ini kurang lebih ada 20 orang (digigit ular). Satu orang meninggal dunia, satu lagi cacat. Sekarang sudah agak mendingan, meski masih ada rasa pengal atau kebas dibagian tangan bekas gigitan ular,” imbuh Amir.

Sementara itu, adik pemilik rumah Edi Mulyana (61) menambahkan, pegawainya itu digigit ular sekitar pukul 11:00 WIB. Lalu membawanya ke pawang ular dan rumah sakit. Saat di rumah sakit, ia mengaku diminta untuk membeli 2 vial Sabu dengan nilai yang terbilang cukup mahal.

“Pegawai rumah sakit itu bilang kalau yang langsung ke pihak rumah sakit tetap harus bayar Rp2,2 juta (untuk 2 vial). Kwitansinya ada kata dia gitu. Kata dia ini di saya ada satu, teman saya ada satu jadi dua. Cuma saat itu belum memberikan harga, ketika mau pulang baru dia kasih harga asalnya dua vial itu Rp2 juta,” bebernya.

Menurut Edi, harga itu juga bisa ditawar, bahkan ada dua harga yang ditawarkan berbeda. “Pegawai yang nanganin kasih harga Rp1 juta, yang bagian pembayaran kasih harga Rp1,1 juta satu vialnya. Saya sempat berdebat, akhirnya harganya jatuh menjadi Rp700 ribu.

Hanya katanya enggak pakai kwitansi hanya ada surat resep saja. Katanya kalau pakai kwitansi harganya Rp1,1 juta,” paparnya.

Masih kata Edi, banyak warga di kampungnya yang menganggap harga vial serum itu mahal meskipun Rp700 ribu. Apalagi saat ini warga sangat butuh penanganan medis cepat. Sejak awal tahun ini, sudah ada 20 orang warga yang menjadi korban patukan ular. Di antaranya memilih berobat ke pawang.

“Kalau menurut saya, harga segitu kemahalan kalau sampai Rp1,1 juta. Rata-rata tidak dibawa ke RS, karena mahal setelah tahu harganya akhirnya memilih ke pawang ular,” tukasnya.

Kepala Desa Limusnunggal, Rusman membenarkan warganya banyak yang digigit ular. Dirinya menduga penyebab banyaknya ular itu, semenjak adanya perkebunan jenis jati emas.

“Kami bukan menyangka ke perkebunan jati, tetapi setelah adanya pohonan jati di wilayah Desa Limusnunggal sekarang ini banyak ular gibuk. Bahkan warga kami pun dari tahun ke tahun selalu ada korban termasuk beberapa waktu lalu ada yang digigit juga,” tegasnya.

Ia berharap, pemda dapat mengadakan sabu, minimal di Puskemas Bantargadung. Hal ini untuk mengantisipasi jika ada warga yang digigit ular, karena jarak ke rumah sakit cukup jauh.

“Setelah adanya ular ini, warga yang ingi ke kebun takut dan waspada. Kami juga mengimbau kepada seluruh masyarakat Desa Limusnungga, khusunya petani ketika berangkat ke kebun agar memakai perlengakapn pertaian. Misalnya sepatu bot dan sebagainya,” pungkas Rusman.

Keresahan maraknya warga yang digigit ular dan mahalnya harga vial Sabu ini pun sebelumnya dikeluhkan Tokoh masyarakat Desa Limusnunggal, dalam unggahan di media sosial Facebook.

Melalui akun media sosial miliknya ‘Putra Pasundan’, Tokmas bernama Maman Surachman itu juga menceritakan soal sudah ada beberapa petani yang dipatuk ular, bahkan ada seorang ustaz yang meninggal dunia karena patukan ular. Unggahan Maman juga ditujukan kepada Bupati Sukabumi.(cr1/t)

Sumber: Radar Sukabumi
Editor: Alpin