25 radar bogor

Pemerintah Waspadai Risiko Taper Tantrum Tahun Depan

ILUSTRASI. The Federal Reserve. (the Fed)
ILUSTRASI. The Federal Reserve. (the Fed)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Dinamika ekonomi global memengaruhi perekonomian Indonesia. Sebagai negara berkembang yang menjadi emerging market, Indonesia mewaspadai wacana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu menyatakan bahwa pemerintah tidak hanya menyoroti dampak ekonomi pandemi Covid-19. Namun, pemerintah juga memperhatikan potensi taper tantrum yang bisa terjadi pada tahun depan.

Febrio menjelaskan bahwa inflasi AS masih terus meningkat sampai sekarang. Pada April, inflasi di Negeri Paman Sam itu mencapai angka 4,2 persen.

Kondisi tersebut akan berdampak pada kebijakan suku bunga The Fed. Jika inflasi meningkat, kemungkinan suku bunga akan naik juga besar.

“Ekspektasi inflasi ini yang kita waspadai dan mulai membuat pasar khawatir. Meski mulai membaik, inflasi bisa mendorong The Fed menaikkan suku bunga,” jelas Febrio pada akhir pekan lalu.

Senada, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro BKF Kemenkeu Hidayat Amir menyatakan bahwa pemerintah memang perlu mewaspadai naiknya suku bunga The Fed.

“Saat suku bunga rendah, berarti situasi sedang tidak normal. Nah, nanti saat kembali normal pasti berbalik. Itu yang dikhawatirkan,” tuturnya.

Naiknya suku bunga The Fed bisa mendorong aliran modal asing keluar dari pasar keuangan Indonesia. Kondisi itu berpotensi menekan nilai tukar rupiah.

Menurut Hidayat, ada dua langkah untuk mengantisipasinya. Yakni, membuat kebijakan dengan pedoman forward looking dan mengirimkan sinyal kepada masyarakat. “Pemerintah melakukan signaling dengan mengomunikasikan kepada publik tentang ketidakpastian tersebut,” ujarnya.

Kendati demikian, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memandang bahwa saat ini Indonesia sudah lebih siap menghadapi dinamika ekonomi. Itu terlihat dari langkah pemerintah dalam menangani pandemi dan menerapkan kebijakan pemulihan ekonomi nasional.

Kebijakan yang tepat, menurut Josua, akan membuat investor tetap berminat menanamkan modal di Indonesia. Sementara itu, fleksibilitas APBN dengan prinsip yang prudent akan memitigasi risiko taper tantrum.

“Kita harapkan dengan menjaga fundamental, kita bisa memitigasi risiko taper tantrum. Bagaimana indikator rasio utang, likuiditas inflasi, stabilitas rupiah, hingga cadangan devisa. Dengan indikator yang terjaga, investor akan cenderung percaya,” jelasnya.

Sumber: JawaPos.Com
Editor: Alpin