25 radar bogor

P2G Sebut Masalah Paling Lazim dari PJJ Adalah Gap Digital

Ilustrasi kuota data internet gratis
Ilustrasi kuota data internet gratis
ILUSTRASI: Sejumlah pelajar melakukan registrasi kartu perdana untuk belajar online yang dibagikan di SMK Negeri 8 Jakarta, Kamis (3/9/2020). (SALMAN TOYIBI/JAWA POS)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim menuturkan bahwa kesenjangan digital menjadi persoalan paling lazim ditemui pada saat pembelajaran jarak jauh (PJJ). Poin ini yang membuat kendala PJJ seakan tidak selesai.

“Persoalan PJJ yang paling jelas adalah gap digital antara Aceh sampai Papua. Kita tahu semua tersentra di Jakarta atau pulau Jawa,” ungkapnya dalam acara daring Peringatan Hardiknas, Pendidikan Era New Normal, Bisalah atau Masalah?, Rabu (5/5).

Kesenjangan tidak hanya ditemui pada wilayah terluar saja. Bahkan, di Bogor yang notabene merupakan kota besar mengalami kendala digital dalam pelaksanaan PJJ.

“11 persen sekolah di Bogor itu skemanya masih guru kunjung apalagi Nusa Tenggara Timur, Papua dan seterusnya,” imbuhnya.

Mengantisipasi kegagalan PJJ, akhirnya pemerintah memutuskan pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas. Akan tetapi, permasalahan tetap saja muncul.

Sebab, PTM terbatas masih mengandung esensi PJJ. Jadi, masih tetap ada gap digital. Satriwan juga mengakui bahwa pembelajaran yang dikenal dengan metode campuran atau blended learning itu memiliki tantangan tersendiri.

Apalagi jika mengingat guru tak memiliki pengalaman dalam menggelar PTM dan PJJ secara bersamaan. “Ketika kita sekolah di LPTK, metode belended learning itu tidak diberikan. Kita kan hanya disiapkan untuk tatap muka, bukan tatap muka sekaligus tatap maya,” pungkasnya.

Sumber: JawaPos.Com
Editor: Alpin