25 radar bogor

Vaksin Nusantara Belum Bisa Dilanjutkan ke Fase Kedua

ilustrasi vaksin merah putih
ilustrasi vaksin merah putih
ILUSTRASI: Vaksin Nusantara. Foto: Dery Ridwansah/ JawaPos.com

JAKARTA-RADAR BOGOR, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak mau berspekulasi terkait Vaksin Nusantara. Saat ini lembaga tersebut hanya menunggu respons dari peneliti.

Kepala BPOM Penny K. Lukito menegaskan bahwa penilaian uji klinis fase satu Vaksin Nusantara belum bisa dilanjutkan ke fase kedua. ”Sebab, ada temuan dan koreksi yang harus ada perbaikan kalau ingin ke uji klinis fase kedua,” ungkap Penny saat mengunjungi PT Bio Farma di Bandung kemarin (16/4).

BPOM telah memberikan hasil penilaian uji klinis fase satu kepada tim peneliti Vaksin Nusantara. Karena itu, Penny tak mau lagi berkomentar. Menurut dia, tugas BPOM saat ini sudah selesai. Tinggal menunggu perbaikan dari hasil penilaian fase satu. ”Vaksin ini merupakan produk advance teknologi yang ada aspek yang harus dipenuhi,” ujarnya.

Semua tahap ilmiah tersebut harus diikuti. Tidak bisa dilewati salah satunya. Kalau tetap bandel, akan kembali ke awal. Temuan BPOM, Vaksin Nusantara tidak menggunakan uji praklinis.

Sebagaimana laporan tertulis BPOM, peneliti vaksin tersebut beralasan bahwa platform yang digunakan Vaksin Nusantara sudah pernah digunakan sebelumnya, yakni untuk kanker.

Namun, BPOM menjelaskan bahwa uji tersebut diperlukan karena dalam calon vaksin Covid-19 itu ditambahkan zat lain. ”Praklinis ini harus dilalui karena terkait perlindungan terhadap subjek penelitian yang melibatkan manusia,” ucapnya.

Penny menegaskan, hal itu terkait keamanan dan menghindari hal yang tidak diinginkan. Selain itu, pada tahap praklinis juga dapat melakukan profiling dari prototipe vaksin.

Evaluasi dalam penelitian obat dan vaksin, kata dia, merupakan hal yang biasa. ”Apa yang terjadi sekarang di luar kewenangan BPOM,” ungkap Penny. Dia menegaskan, seluruh vaksin Covid-19 mendapat perlakuan yang sama.

Kemarin Jawa Pos mencoba menghubungi Terawan Agus Putranto yang termasuk yang menginisiatori penelitian Vaksin Nusantara. Sayang, pesan yang dikirim melalui aplikasi pesan WhatsApp tak mendapat respons.

Begitu pula salah seorang peneliti uji klinis fase kedua Vaksin Nusantara Kolonel CKM dr Jonny SpPD-KGH yang urung muncul dalam sebuah diskusi kemarin. Jonny tak bisa dihubungi hingga diskusi dimulai.

Dalam kesempatan sebelumnya, Jonny menjelaskan bahwa pengembangan Vaksin Nusantara terus berlanjut. Pengambilan sampel darah merupakan bagian dari prosesnya.

Jonny mengakui bahwa proses itu memang berbeda dengan vaksinasi menggunakan vaksin lain yang langsung disuntik ke dalam tubuh. ’’Karena vaksin ini diambil dari sel tubuh sendiri. Kemudian, sel darah putih kami biarkan selama lima hari dan setelah lima hari kami kenalkan kepada protein seperti yang dipunyai oleh protein virus,’’ jelasnya.

Melalui proses itu, lanjut Jonny, sel darah putih memiliki memori terhadap virus Covid-19. Dengan begitu, apabila virus itu mencoba masuk setelah vaksinasi dilakukan, tubuh penerima Vaksin Nusantara sudah siap.

Vaksin Nusantara juga diklaim minim reaksi atau efek samping. ’’Bisa meminimalkan reaksi alergi,’’ katanya. Sebab, vaksin itu diproses dari darah yang diambil dari tubuh penerima vaksin.

Jonny menyebutkan, total ada 180 orang yang ikut andil dalam uji klinis tahap kedua Vaksin Nusantara. Jumlah itu termasuk rombongan dari DPR yang turut mendukung uji klinis vaksin tersebut. Lewat uji klinis tahap kedua, mereka mencari dosis yang paling optimal untuk memberikan perlindungan kepada penerima vaksin dari serangan Covid-19.

Vaksin Merah Putih

Kemarin BPOM mengunjungi PT Bio Farma yang menjadi salah satu industri farmasi yang melakukan hilirisasi pengembangan vaksin Merah Putih dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. BPOM juga mendatangi Institut Teknologi Bandung yang juga mengembangkan penelitian vaksin Covid-19.

Pengembangan vaksin Merah Putih dilakukan dengan berbagai jenis platform oleh enam institusi. Yaitu, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Universitas Airlangga, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, dan Institut Teknologi Bandung.

’’Pengembangan vaksin Merah Putih dengan berbagai platform akan memberikan pengayaan pengalaman dan juga peningkatan kemampuan peneliti Indonesia untuk penguasaan teknologi vaksin di masa depan,” ungkap Penny.

Dia menegaskan bahwa lembaganya memberi dukungan lewat percepatan akses dan pengawalan pengembangan vaksin. Penny optimistis awal tahun depan Indonesia sudah bisa memproduksi vaksin Covid-19.

Sumber: JawaPos.Com
Editor: Alpin