CIBINONG, RADAR BOGOR-Pertandingan persahabatan digelar di Stadion Mini Cibinong, Sabtu (10/4/2021). Laga bertajuk friendly match Muslim Auk Cup 2021 itu mempertemukan RS PMI Bogor FC dan Selebriti Minang FC Jakarta.
Pertandingan tersebut sekaligus demi mengenang pesepakbola legendaris nasional era 1950-an, Muslim Auk.
Menurut Ketua Pelaksana, Nancy Sovira, semua pemain masih berkaitan keluarga dan kerabat dengan sang legenda. Ia menyebutkan, dirinya sebagai perwakilan cucu dan lawannya, Selebriti Minang FC Jakarta merupakan anak dari Muslim Auk atau paman Nancy.
“Kami di RS PMI Bogor ada Perhimpunan Olahraga dan Seni (Porseni). Diantara cabang olahraganya, yakni sepak bola, futsal, dan bulu tangkis. Sebelum pandemi, kita sering mengadakan event,” terangnya usai laga.
Kakeknya, Muslim Auk, pertama kali meniti karir di dunia kulit bundar sebagai pemain PSP Padang, 1950 silam. Ia menjalani perannya di tengah lapangan hijau selama 10 tahun. Berlanjut pada tahun 1970, ia pun mengarsiteki PSP Padang.
“Alhamdulillah banyak pemain handal yang telah diorbitkan oleh Muslim Auk, seperti Suhatmam Imam (mantan pelatih semen Padang), Oyong Liza, M Havid, Ikrar Dinata, Dendy, Yeniwardin, termasuk pelatih PSSI Indra Sjafri,” papar Ketua Porseni RS PMI Bogor ini.
Meskipun hanya bertajuk pertandingan silaturahmi, namun Nancy tak menutup kemungkinan bakal menggelar event lebih besar. Bisa saja dengan menggandeng beberapa klub profesional untuk berkompetisi. Hal itu agar menghidupkan kembalu sepak bola dan kenangan terhadap sang kakek, Muslim Auk.
“Untuk hari ini sebagai pilot project aja. Kami berharap, kegiatan ini juga bisa ikut kontribusi dalam memajukan sepak bola Indonesia. Kami merasa penting mengenang sejarah kakek, karena dengan sejarah kita bisa menata masa depan,” imbuhnya lagi.
Perwakilan Selebriti Minang FC Jakarta, Rinanda menyimpan harapan untuk membangun Sekolah Sepak Bola (SSB). Itu lantaran dirinya lahir dari seorang pesepakbola legendaris. Kehadiran SSB tentu akan membangkitkan semangat dunia sepak bola. (*)
Editor : Muhammad Ruri Ariatullah
