25 radar bogor

Pengasuh Ramah Anak, Benteng Radikalisme

RADAR BOGOR – Tak sampai satu Minggu, peristiwa terorisme kembali terjadi di negeri kita tercinta. Minggu, 28 Maret aksi teroris meledakkan diri di Gereja Katedral Makassar dengan pelaku bom bunuh keluarga muda (manten baru/suami istri) yang baru menikah kira-kira satu bulan.

Rabu, 31 Maret 2021 kembali terjadi aksi terorisme yang terbilang super nekat, karena kali ini teroris menyerang Mabes POLRI. Dalam video yang beredar di medsos tampak sempat terjadi baku tembak antara teroris dan aparat kepolisian, dimana akhirnya teroris yang berjenis kelamin perempuan itu tewas ditempat dilingkungan Mabes POLRI.

Jika kita baca surat wasiat para teroris ini ada kesamaan pesan kepada keluarga, utamanya kepada Ibu, Ayah, Kakak dan Adik-adiknya, diawali dengan permintaan maaf, pesan untuk tidak meninggalkan Sholat.

Pesan berikutnya, para teroris ini berpesan agar berhenti berurusan dengan bank, karena bank tidak diridoi Allah. Pesan yang lain agar tidak ikut Pemilu, hindari Demokrasi, tidak mengikuti Pemerintah Thogut.

Nah, pesan terakhir mereka baik teroris Makassar dan Mabes POLRI berharap nanti bertemu keluarga di Surga. Hal tersebut mengindikasikan ada irisan antara peristiwa Makassar dan Mabes POLRI.

Mereka para teroris ini menurut pandangan penulis merupakan korban indoktrinasi ajaran agama yang salah dan menyesatkan. Bisa jadi mereka ini awalnya merupakan kelompok yang haus akan nilai-nilai agama, nah bisa jadi karena kurangnya informasi dan kurangnya komunikasi dengan orang tua/keluarga akhirnya mereka mencari informasi melalui medsos dan media digital lainnya, yang kemudian mendapatkan pemahaman tentang Islam dari kelompok radikalis yang justru bertentangan dengan ajaran Islam yang sesungguhnya.

Walau pelaku terorisme di Makassar dan Mabes POLRI bukan lagi berusia anak, penulis berpandangan para orang tua perlu meningkatkan perhatian kepada anak-anaknya dengan lebih maksimal, karena bisa jadi mereka para teroris sudah terpapar virus radikalisme sejak remaja atau saat masih anak-anak. Tidak menutup kemungkinan mereka terpapar radikalisme disebabkan kurangnya komunikasi dengan kedua orang tua atau bahkan bisa jadi mereka korban kekerasan dari orang tua, yang kemudian mencoba mencari jalannya sendiri yang pada akhirnya terperosok masuk jaringan teroris.

Jika analisa di atas benar, maka salah satu alternatif cara membentengi anak agar tidak terpapar radikalisme adalah Pengasuhan Ramah Anak. Apa itu Pengasuhan Ramah Anak? Adalah pengasuhan tanpa kekerasan dan diskriminasi.

Yakni pengasuhan dengan penuh kasih sayang, pengasuhan dengan memperkuat komunikasi antara anak dan kedua orang tua, pengasuhan dengan penuh keterbukaan antara anak dengan orang tua, pengasuhan dimana kepentingan terbaik bagi anak menjadi tujuan utama.

Sejak kapan pengasuhan ramah anak harus kita lakukan, sejak usia 0 (nol) tahun bahkan sejak dalam kandungan hingga anak menjelang dewasa.

Dengan pengasuhan yang ramah anak maka kita sebagai orang tua akan tahu, dengan siapa dia bergaul, bagaimana dia cara memahami agama, apa yang mereka akses di media digital, apa yang ia inginkan, siapa yang diidolakan, bagaimana pandangannya kepada pemerintah jika mereka sudah mulai remaja dan lain-lain.

Dengan demikian jika ada gejala atau tanda-tanda yang mencurigakan atau mengkhawatirkan maka orang tua bisa segera mengingatkan dan meluruskan, sehingga anak tidak sampai terjerumus masuk ke jaringan teroris yang jelas-jelas merusak masa depan anak dan membahayakan bangsa dan negara.

Untuk itu demi kepentingan terbaik bagi anak, dan dalam rangka memberikan perlindungan terhadap anak, menurut penulis perlu kita bangun kesadaran bersama gerakan deradikalisasi sejak dini melalui keluarga, dengan pendekatan Pengasuhan Ramah Anak.

 

Oleh: Waspada

(Wakil Ketua KPAD Kabupaten Bogor)