25 radar bogor

WHO Yakin Virus Korona Berasal dari Peternakan Satwa Liar di Tiongkok

Anggota tim investigasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Peter Daszak, mengungkapkan bahwa peternakan satwa liar di Tiongkok selatan adalah sumber pandemi Covid-19 yang paling kuat. (YouTube)
Anggota tim investigasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Peter Daszak, mengungkapkan bahwa peternakan satwa liar di Tiongkok selatan adalah sumber pandemi Covid-19 yang paling kuat. (YouTube)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Seorang anggota tim investigasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa peternakan satwa liar di Tiongkok selatan adalah sumber pandemi Covid-19 yang paling kuat. Tiongkok telah menutup peternakan satwa liar itu pada Februari 2020.

Peter Daszak, ahli dari WHO di bidang Ekologi Penyakit dari EcoHealth Alliance dan anggota delegasi WHO yang melakukan perjalanan ke Tiongkok, menemukan bukti baru bahwa peternakan satwa liar tersebut memasok hewan ke pedagang di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Wuhan.

Daszak mengatakan kepada NPR bahwa tanggapan pemerintah adalah sinyal kuat bahwa pemerintah Tiongkok menganggap peternakan itu adalah jalur paling mungkin bagi virus Korona pada kelelawar di Tiongkok selatan untuk lompat ke manusia di Wuhan.

Peternakan satwa liar tersebut, termasuk yang ada di wilayah Yunnan, adalah bagian dari proyek unik yang telah dipromosikan oleh pemerintah Tiongkok selama 20 tahun terakhir. “Mereka mengambil hewan eksotis, seperti musang, landak, trenggiling, anjing rakun, dan tikus bambu, dan membiakkannya di penangkaran,” kata Daszak.

Badan tersebut diharapkan merilis temuan investigasi tim dalam dua minggu ke depan. Sementara itu, Daszak menyoroti hasil temuan tim NPR. “Tiongkok mempromosikan pertenakan satwa liar sebagai cara untuk mengentaskan penduduk pedesaan keluar dari kemiskinan,” kata Daszak.

Pertanian dan peternakan membantu pemerintah memenuhi tujuan ambisius untuk menutup kesenjangan desa-kota, seperti yang dilaporkan NPR tahun lalu. “Program itu memang sangat sukses,” kata Daszak. “Pada 2016, mereka memiliki 14 juta orang yang bekerja di peternakan satwa liar, dan itu adalah industri senilai USD 70 miliar,” katanya.

Kemudian pada 24 Februari 2020, tepat ketika wabah di Wuhan mereda, pemerintah Tiongkok membuat perubahan total tentang strategi pertanian dan peternakan. “Saat itu, Tiongkok mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka akan menghentikan pertenakan satwa liar untuk makanan,” tegasnya.

Pemerintah memtuskan menutup peternakan. Tiongkok mengirimkan instruksi kepada para peternak tentang cara membuang hewan dengan aman, mengubur, membunuh atau membakarnya agar tidak menyebarkan penyakit.

Mengapa pemerintah Tiongkok melakukan ini? Sebab, menurut Daszak, peternakan tersebut bisa jadi tempat penyebaran, dimana virus Korona melompat dari kelelawar ke hewan lain lalu ke manusia. “Saya pikir SARS-CoV-2 pertama kali menyerang orang-orang di Tiongkok Selatan. Tampaknya seperti itu,” katanya.

Ada beberapa alasan yang membuat peneliti yakin. Pertama, banyak peternakan terletak di atau sekitar provinsi selatan, Yunnan, dimana ahli virologi menemukan virus kelelawar yang secara genetik 96 persen mirip dengan SARS-CoV-2, virus Korona yang menyebabkan penyakit Covid-19. Kedua, peternakan tersebut membiakkan hewan yang diketahui membawa virus Korona, seperti musang dan trenggiling.

Terakhir, selama misi WHO ke Tiongkok, Daszak mengatakan tim menemukan bukti baru bahwa peternakan tersebut memasok pedagang di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Wuhan, tempat wabah awal Covid-19 terjadi. Pasar ditutup pada 31 Desember 2019, setelah dikaitkan dengan kasus yang kemudian digambarkan sebagai penyakit mirip pneumonia misterius. Hal senada juga diungkap oleh peneliti dari Singapura.

“Ada penularan besar-besaran yang terjadi di pasar itu,” kata seorang ahli virus yang mempelajari virus kelelawar di Duke-NUS Medical School di Singapura, Linfa Wang.

Dia juga bagian dari tim investigasi WHO. Wang mengatakan bahwa setelah wabah di Pasar Huanan, ilmuwan Tiongkok pergi ke sana dan mencari virusnya. “Di bagian hewan hidup, hewan itu memiliki banyak sampel positif,” kata Wang. “Tiongkok bahkan memiliki dua sampel yang dapat mengisolasi virus hidup,” imbuhnya.

Sumber: JawaPos.Com
Editor: Alpin