25 radar bogor

Tak Peduli Pandemi Covid-19, Perokok Makin Aktif Merokok

Ilustrasi rokok ketengan
Ilustrasi rokok ketengan
Ilustrasi Rokok

JAKARTA-RADAR BOGOR, Perokok diyakini akan terdampak parah paru-parunya jika terinfeksi Covid-19. Badai sitokin atau peradangan yang terjadi bisa membuat kondisi menjadi lebih buruk. Namun, fakta itu tak menyurutkan minat para perokok untuk tetap aktif merokok.

Sebuah studi dari Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI-RSCM) mendapatkan hasil bahwa 44,5 persen responden melaporkan konsumsi alkohol, tidak berubah dibandingkan dengan sebelum pandemi Covid-19. Riset ini juga mendapatkan hasil bahwa tidak ada perubahan pola konsumsi rokok di masa pandemi terhadap 47,6 persen responden perokok.

Parahnya, bukannya berhenti, peminat rokok justru meningkat selama pandemi. Dari riset yang sama ditemukan fakta bahwa terdapat peningkatan konsumsi sebesar 25,7 persen pada orang yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan peningkatan 20,1 persen pada orang yang merokok.

“Perubahan perilaku ini patut diwaspadai untuk mengantisipasi peningkatan beban psikologis yang diakibatkan oleh kondisi saat ini,” kata sejumlah peneliti dari Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM, yaitu dr. Enjeline Hanafi, Sp.KJ; Dr. dr. Kristiana Siste, Sp.KJ(K); dr. Albert Prabowo Limawan; dr. Lee Thung Sen; dr. Hans Christian; dr. Belinda Julivia Murtani; dr. Adrian; dan dr. Levina Putri Siswidiani; serta peneliti dari Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya.

Jumlah responden dilakukan hingga 4.584 orang. Dan telah dipublikasi di jurnal internasional Frontiers in Psychiatry pada 2 Februari 2021.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Ari Fahrial Syam mengatakan pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan pada berbagai aspek kehidupan, termasuk pada kesehatan jiwa. Perubahan pola konsumsi alkohol dan rokok akan menjadi tantangan baru bagi praktisi kesehatan, terutama dalam bidang adiksi.

“Penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam penyusunan regulasi terkait upaya preventif dan intervensi konsumsi alkohol dan rokok,” ujar Prof Ari.

Pelbagai masalah psikologis dapat timbul dari kebijakan-kebijakan yang telah diberlakukan di Indonesia untuk mengatasi pandemi, salah satunya adalah penyalahgunaan zat adiktif seperti alkohol dan rokok.

Penelitian ini menggunakan sejumlah kuesioner seperti Alcohol Use Disorders Identification Test (AUDIT), Cigarette Dependence Scale (CDS), Symptoms Checklist-90 (SCL-90), dan Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI).

Kuesioner disebar secara daring pada 28 April hingga 1 Juni tahun lalu melalui beberapa aplikasi media sosial. Selain itu, kuesioner juga disebarkan melalui perusahaan milik negara, akademisi universitas, dan mahasiswa, serta responden yang diminta untuk turut menyebarkan tautan kuesioner kepada orang lain.

Alhasil, didapatkan bahwa konsumsi alkohol di Indonesia mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh kondisi tempat tinggal. Pada responden yang berdomisili di provinsi yang menerapkan PSBB, didapatkan penurunan konsumsi alkohol. Sedangkan, perilaku merokok didapatkan lebih banyak mengalami penurunan dibandingkan peningkatan.

Hal ini dihubungkan dengan meningkatnya pemahaman warga terkait hubungan negatif antara merokok dan Covid-19 yang dapat memperburuk gejala. Akan tetapi, penurunan konsumsi rokok juga didapatkan berkorelasi dengan peningkatan jumlah gejala psikologis seperti kecemasan, sensitivitas interpersonal, dan perilaku psikotik yang mungkin didorong akibat penurunan konsumsi nikotin.

Sumber: JawaPos.Com
Editor: Alpin