25 radar bogor

Waspada, Jabodetabek Berpotensi Hujan Lebat Seminggu ke Depan. Berikut Analisa BMKG!

Ilustrasi cuaca ekstrem
Ilustrasi cuaca ekstrem
Ilustrasi cuaca ekstrim
Ilustrasi cuaca

JAKARTA-RADAR BOGOR, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan wilayah DKI Jakarta masih berpotensi hujan dengan intensitas lebat hingga Kamis (25/2/2021) mendatang. BMKG mengimbau, warga tetap waspada terhadap potensi banjir yang dapat terjadi.

“Prediksi kami, masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat hampir di seluruh wilayah DKI Jakarta, terutama di malam hari, yang dapat menerus hingga dini hari dan esok hari menjelang pagi,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya, Minggu (21/2/2021).

“Sementara Minggu (21//2021) intensitas hujan cenderung melemah menjadi intensitas rendah hingga 22 Februari, dan akan meningkat kembali menjadi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi pada tanggal 23 sampai dengan 24 Februari,” sambungnya.

Dwikorita menyampaikan, masih perlu peningkatan kewaspadaan potensi hujan lebat yang dapat berpotensi memicu banjir dan longsor di Wilayah DKI Jakarta pada Selasa (23/2) sampai Rabu (24/2).

BMKG juga sudah mengeluarkan peringatan dini pada 18-19 Februari 2021 yang menyebutkan, wilayah Jabodetabek diprediksi diguyur hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat dengan curah hujan antara 100-150 mm.

Berdasarkan data yang dihimpun BMKG, sambung Dwikorita, tercatat curah hujan tertinggi terjadi di Pasar Minggu mencapai 226 mm/hari, kemudian di Sunter Hulu 197 mm/hari, Lebak Bulus 154 mm/hari dan Halim 176 mm/hari.

“Umumnya kejadian hujan terjadi malam hingga dinihari dan berlanjut sampai pagi hari. Ini merupakan waktu-waktu yang kritis dan perlu diwaspadai,” ungkap Dwikorita.

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi Guswanto menjelaskan, kondisi cuaca ekstrem di wilayah Jabodetabek disebabkan sejumlah faktor yakni pada 18-19 Februari tarpantau adanya seruakan udara dari Asia yang cukup signifikan. Sehingga mengakibatakan peningkatan awan hujan di Indonesia bagian barat.

“Kemudian terpantau aktivitas gangguan atmosfer di zona equator (Rossby equatorial) mengakibatkan adanya perlambatan dan pertemuan angin dari arah utara membelok tepat melewati Jabodetabek, sehingga terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan,” beber Guswanto.

Menurutnya adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi, hal ini menyebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Jabodetabek.

Dia menyebut, terpantau adanya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi di sebagian besar Pulau Jawa dan berkontribusi juga dalam peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di barat Jawa termasuk Jabodetabek.

Dia menuturkan, curah hujan yang terjadi saat ini di DKI Jakarta sebenarnya masih lebih rendah dibandingkan curah hujan pada Januari 2020 yang juga menyebabkan banjir di wilayah Jabodetabek.

“Ada beberapa faktor penyebab banjir di DKI Jakarta yaitu hujan yang jatuh di sekitar Jabodetabek yang bermuara di Jakarta, kemudian hujan yang jatuh di Jakarta sendiri serta ada pasang laut. Selain itu daya dukung lingkungan juga sangat berpengaruh,” beber Guswanto.

Guswanto tak memungkiri, wilayah Jabodetabek masih memasuki puncak musim hujan yang diperkirakan akan berlangsung pada akhir Februari hingga awal Maret 2021.

BMKG juga memprediksikan, sepekan ke depan seluruh wilayah Indonesia masih terjadi potensi hujan dengan intensitas lebat disertai kilat petir dan angin kencang mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, hampir smeua wilayah di Pulau Kalimantan dan Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

“Kami mengimbau masyarakat untuk tetap tenang namun waspada dan berhati-hati terhadap dampak cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang dan gelombang tinggi,” tandasnya. (*)

Sumber : jawapos.com
Editor : Yosep