25 radar bogor

KPR BTN, Backlog Perumahan dan Pemulihan Ekonomi di Tengah Pandemi

Ilustrasi rumah sederhana yang banyak diminati konsumen. (Istimewa)
Ilustrasi rumah sederhana yang banyak diminati konsumen. (Istimewa)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Pandemi Covid-19 tak membuat sektor properti, khususnya perumahan menengah bawah limbung. Di tengah tekanan perekonomian sebagai dampak merebaknya virus mematikan yang berawal dari Wuhan Tiongkok ini, sektor properti masih mampu bergerak positif di tengah keterpurukan.

Data Bank Indonesia (BI) mencatat Survei Harga Properti Residensial (SHPR) mengindikasikan harga properti residensial tumbuh terbatas pada triwulan IV-2020. Hal ini tercermin dari kenaikan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan IV-2020 sebesar 1,43 persen(yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,51 persen (yoy).

“IHPR diperkirakan masih tumbuh terbatas pada triwulan I-2021 sebesar 1,17 persen (yoy),” ujar Erwin Haryono, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia dalam siaran persnya, Selasa (16/2).

Erwin mengungkapkan bahwa pertumbuhan volume penjualan properti residensial pada triwulan IV-2020 mencatatkan tren yang membaik, meskipun masih terkontraksi. Penjualan properti residensial masih mencatatkan peetumbuhan -20,59% (yoy) pada triwulan IV-2020, lebih baik dari kontraksi 30,93% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Terus membaiknya sektor properti memberi optimisme bagi pelaku usaha, juga pemerintah. Pasalnya, pandemi telah menyebabkan keterpurukan perekonomian yang berujung pada gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).

Sebagaimana diketahui, sektor properti memberi sumbangan yang cukup signifikan dalam pergerakan perekonomian. Setidaknya, ada 174 industri turunan terkait dengan sektor properti yang bisa tumbuh dengan terselamatkannya sektor padat modal dan padat tenaga kerja ini. Membaiknya bisnis properti punya pengaruh besar dalam mendukung langkah pemerintah mendorong pemulihan ekonomi nasional.

Data Kementerian PUPR mencatat, backlog perumahan mencapai 7,64 juta unit rumah per awal 2020 yang terdiri dari 6,48 juta unit rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) non fixed income, 1,72 juta unit rumah untuk MBR fixed income dan 0,56 juta unit rumah untuk non MBR.

Langkah menekan backlog bukan perkara mudah. Selain harus mampu memenuhi dari sisi suplai dengan menyediakan rumah, sisi demand juga harus bisa dipenuhi, khususnya untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Untuk memenuhi itu, pemerintah juga telah meluncurkan sejumlah program subsidi sehingga harga rumah bisa terjangkau dengan cicilan yang rendah.

Optimisme membaiknya sektor properti salah satunya diungkapkan Plt Dirut PT Bank Tabungan Negara Tbk, Nixon LP Napitupulu. Menyambut 2021, Dia mentargetkan BTN bisa mencatatkan pertumbuhan laba bersih pada kisaran 50% – 70% dibanding capaian laba bersih 2020 yang mencapai Rp 1,6 triliun. “Tahun ini, kita harapkan kredit dan DPK tumbuh pada kisaran 7-9 persen,” ujar Nixon.

Pandemi yang menghantam dunia,termasuk Indonesia tak menghambat BTN melakukan pembiayaan KPR (kredit pemilikan rumah). Laju KPR subsidi sepanjang 2020 tercatat Rp 120,72 triliun, atau tumbuh sebesar 8,63 persen dibanding tahun 2019. Sementara total KPR yang disalurkan BTN hingga akhir 2020 mencapai Rp 234,78 triliun.

Nixon optimistis penyaluran KPR berdampak sangat positif dalam mendorong ekonomi nasional. “Kami optimis BTN akan dapat memainkan perannya dengan baik sebagai salah satu lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional,” tegas Nixon.

Selama 71 tahun berdiri, BTN telah merealisasikan kredit lebih dari Rp 640 triliun dan mengalir lebih dari 5 juta masyarakat di Indonesia dari seluruh segmen. Langkah BTN dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional lewat penyaluran KPR terus meningkat setiap tahunnya, khususnya penyaluran KPR bersubsidi dan program sejuta rumah yang digagas Presiden Joko Widodo.

Sejak program tersebut diinisiasi pada tahun 2015, BTN telah merealisasikan Kredit Pemilikan Rumah atau KPR maupun dukungan pembiayaan konstruksi. Pada 2015 BTN mampu membiayai KPR sebanyak 474.099 unit dari target 431.000 unit, tahun 2016 mencapai 595.540 unit dari target 570.000 unit, kemudian pada 2017 realisasinya sebesar 666.806 unit dari target 666.000 unit.

Selanjutnya pada 2018, KPR yang digelontorkan mampu membiayai 757.093 unit rumah dari target 750.000 unit pada 2019 dan bertambah lagi menjadi 753.749 unit rumah yang dibiayai lewat KPR BTN. Dengan pencapaian tersebut, Bank BTN menjadi kontributor penting dalam Program Sejuta Rumah guna menekan backlog perumahan.

Capaian itu bisa diraih dengan menjalankan komitmen sebagai mitra utama dalam pembiayaan perumahan lewat sejumlah skema seperti Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, Subsidi Selisih Bunga maupun BP2BT.

Tak heran bila hingga kini, BTN menjadi penguasa pasar KPR subsidi (konvensional maupun syariah) secara kumulatif hingga tahun 2020 mencapai 85,3 persen. Sementara di segmen KPR secara nasional, Bank BTN menguasai pangsa pasar sebesar 40 persen.

“Sektor properti menjadi salah satu sektor yang dapat mempercepat pemulihan ekonomi yang saat ini sedang diupayakan Pemerintah. BTN yang berada dalam ekosistem properti terus berkomitmen mendorong seluruh stakeholder untuk memanfaatkan momentum kebangkitan ekonomi,“ pungkas Nixon. (ran)

Editor : Rany P Sinaga
Sumber : Jawapos