25 radar bogor

Hasil Investigasi Penyebab Banjir Bandang Gunung Mas, BPBD Sebut Penanganan PTPN VIII tak Maksimal

Kondisi perkampungan Gunung Mas saat diterjang bencana banjir bandang, (19/1/2021). Foto Hendi/Radar Bogor
Kondisi perkampungan Gunung Mas saat diterjang bencana banjir bandang, (19/1/2021). Foto Hendi/Radar Bogor

CIBINONG-RADAR BOGOR, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor mengungkapkan hasil investigasi terkait bencana banjir bandang di Kabupaten Bogor yang menerjang Kampung Gunung Mas, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, pada Selasa (19/1/2021).

Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Dede Armansyah mengatakan, bencana banjir bandang di wilayah Gunung Mas tersebut dipastikan karena tersumbatnya saluran air yang menyebabkan air melimpah ke tebingan.

Menurutnya material banjir bandang berupa lumpur, batu dan pepohonan, terbawa arus melalui aliran Sungai Cisampay dan menerjamg sebagian rumah warga. Sungai Cisampai memiliki hulu di air terjun Curug Cisampay yang hilirnya adalah Sungai Ciliwung.

Kampung Gunung Mas sendiri merupakan perkampungan yang berada di dalam areal agro wisata Gunung Mas Puncak yang masih dalam kawasan PTPN VIII. “Saat itu memang hujan dengan itensitas yang tinggi, dan lebih dari lima jam sehingga menyebabkan tanah longsor,” kata Dede, Rabu (3/2/2021).

Menurut dia, sebelum terjadi bencana banjir bandang, tanda terjadinya longsoran sudah terjadi. Kondisi longsor itu terjadi di Gunung Leuitik sejak November 2020. Hanya saja, Dede menyebut jika longsoran awal tersebut tak dilakukan penanganan secara maksimal.

“Karena kawasan tersebut masuk wilayah PTPN VIII. Longsoran terjadi di dalam lingkunghanya. Iinformasi dari masyarakat longsoran itu hanya disingkirkan agar air bisa lewat, tetapi material longsoran utamanya masih menutupi jalur air,” paparnya.

Dede menjelaskan, material longsor yang dimaksud adalah pepohonan yang telah tumbang. “Material pepohonan yang masuk ke warga itu sangat besar,” katanya.

Kemudian, dirinya juga mengungkapkan jika beberapa wilayah Kabupaten Bogor masuk dalam kategori rawan longsor. Bahkan jika dihitung, jumlahnya mencapai ribuan titik.

“Spot-spot kecil memang sehingga jika dihitung bisa ribuan, akhirnya pendekatanya harus bedarasarkan kawasan, prinsipnya wilayah yang rawan adalah daerah yang berlereng,” ucapnya.

Terdapat 22 kecamatan di Kabupaten Bogor yang masuk dalam mitigasi bencana longsor, diantaranya Kecamatan Cariu, Tanjung Sari, Sukamakmur, Jonggol.

Kemudian, Kecamatan Cisarua, Ciawi, Megamendung, Cijeruk, Kecamatan Cigombong, Taman Sari. Serta Kecamatan Tenjolaya, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Sukajaya, dan Kecamatan Jasinga.

Saat ini upaya pencegahan terus dilakukan dengan memanfaatkan masyarakat sekitar untuk melakukan pemantauan. “Khususnya ketika durasi hujan lebih dari empat hingga lima jam, itu sudah masuk dalam kondisi sangat rawan,” katanya.

BPBD Kabupaten Bogor juga melaksanakan gerakan tanam vetiver atau tanaman akar wangi serta tanaman keras berupa jenis buah-buahan.

Menurutnya tanaman tersebut tentu dapat mencegah banjir bandang dan longsor. “Kami berharap tanaman itu dapat mencegah bencana alam,” ucapnya.

Gerakan gerakan tanam vetiver sudah dilakukan di wilayah yang bekas terjadi longsor seperti di Kecamatan Sukajaya tepatnay di Desa Pasirmadang, dan Cileuksa.

Selain itu, TNI juga sudah melaksanakan program tersebut, dan Pemkab Bogor mendapatkan bantuan 5.000 bibit tanaman keras. “Di Desa Urug, Malasari, Harjatjaya, Kiara Sari, sudah ditanam sebagai bentuk antisipasi,” tukasnya.(ded)