25 radar bogor

Waspada Bencana Hidrometeorologi Hingga Tsunami di Jawa Barat

Ilustrasi-Cuaca
Ilustrasi Cuaca
Ilustrasi-Cuaca
Ilustrasi Cuaca

BOGOR-RADAR BOGOR, Warga Bogor wajib ekstrawaspada. Cuaca ekstrem di wilayah Jawa Barat diprediksi masih terjadi hingga puncaknya, di Februari 2021. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyalakan alarm bahaya bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, bandang, puting beliung dan hujan es.

“Untuk Jawa Barat, karakter akan terjadi longsor pertama itu hujan lebat dalam tiga jam, minimal tiga jam. Jadi kalau misalnya warga itu saat itu hujan lebat lebih dari tiga jam, dia harus siap-siap kalau dia di wilayah rentan banjir atau longsor. Dia harus segera berpikir untuk evakuasi dirinya untuk keluar ke tempat aman,” ungkap Koordinator Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Bogor BMKG, Hadi Saputra, dalam konferensi pers Potensi Multi Bencana Hydrometeorologis dan Aktivitas Kegempaan dan Tsunami di Wilayah Jawa Barat, Minggu (24/1/2021).

Salah satu cara untuk mitigasi bencana ialah dengan melihat lamanya hujan lebat turun. Menurut Hadi, banjir di Jabar terjadi dengan rentang hujan 3-6 jam. Jika hujan selama itu di satu wilayah, maka dipastikan akan terjadi banjir.

“Jadi ini hampir di semua wilayah Jawa Barat, kalau hujan sampai sangat lebat minimal tiga jam, itu sudah bisa dipastikan terjadi banjir atau kalau di lereng-lereng itu bisa dipastikan itu bisa longsor. Jadi itu salah satu yang bisa jadi penanda secara umum, ya, untuk masyarakat yang bisa dipegang,” kata Hadi.

Dia mencontohkan bencana longsor yang terjadi di Sumedang dan banjir bandang di Cisarua. Keduanya disebabkan oleh hujan ekstrem hingga 100 mililiter. Ditambah lagi kondisi lahan di sana minim pepohonan.

“Kalau lanskap tutupan lahannya itu tidak ada pohon-pohon berat yang dapat menahan air maka bisa jadi longsor seperti di Sumedang. Karena itu bukit yang enggak ada pohon besarnya, begitu dapat hujan gede, dia langsung longsor. Seperti di Cisarua Puncak juga sama, pohon besarnya sudah sedikit, jadi dia esok harinya jadi banjir bandang,” kata Hadi.

Tidak hanya hujan, Hadi juga meminta masyarakat waspada dengan perubahan awan. Pasalnya, awan yang tebal di langit disertai petir bisa jadi tanda akan puting beliung.

“Kalau ada awan tebal yang menjulang tinggi dan ada suara petir yang sangat keras itu salah satu pertanda akan terjadi angin puting beliung atau hujan es,” kata Hadi.

Hadi menjelaskan, fenomena itu biasa terjadi saat pergantian musim. Dari musim kemarau ke musim hujan maupun sebaliknya. “Angin puting beliung atau petir itu kebanyakan terjadi di awal musim atau akhir musim. Itu terjadi di peralihan musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya dari musim hujan ke kemarau,” kata Hadi.

Masyarakat di sekitar Pantai Selatan Jawa Barat (Jabar) juga diminta waspada potensi bencana tsunami pada 2021 ini. Saat ini pergerakan lempengan terus terjadi bahkan tercatat ada 79 gempa bumi terjadi di seluruh wilayah Jawa Barat, sepanjang 1- 24 Januari 2020. Adapun ukuran gempa rata-rata kurang dari lima magnitudo.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu mengatakan, dari 79 gempa bumi di wilayah Jabar ada juga yang dirasakan hingga Provinsi Banten. Kejadian gempa juga banyak dirasakan oleh masyarakat di wilayah Sukabumi, Garut, dan Tasikmalaya.

Dia menjelaskan, dengan pergerakan tersebut tentu saja menjadi warning karena gempa tersebut bisa dahsyat sehingga berpotensi terjadinya tsunami di Pantai Selatan Jabar. Jadi pada tahun 2021 harus lebih waspada lagi.

“Khususnya bagi warga Pantai Selatan Jabar, agar meningkatkan kewaspadaan tapi tidak panik, karena informasi ini bukan untuk menakut nakuti tapi untuk lebih berhati-hati dan waspada,” bebernya.

Dalam masalah potensi adanya Tsunami besar di pantai seatan Jawa Barat, BMKG sudah berkoordinasi dengan Pangdam III Siliwangi dan jajarannya dan Gubernur Jabar Ridwan Kamil.

“Kita sudah koordinasi, baik dari Pangdam III Siliwangi dan jajarannya dengan bapak Gubernur Jabar untuk meningkatkan kewaspadaan terkait potensi tsunami di selatan Jabar,” ungkapnya.

Teguh Rahayu menambahkan, potensi diputuskan berdasarkan analisa dari peristiwa gempa di tahun 2005-2006 Jabar. Saat itu, gelombang pantai mencapai tujuh meter di Kabupaten Pangandaran dan pesisir pantai selatan Tasikmalaya, sehingga potensi tsunami ada di tahun 2021. “Masyarakat tetap harus melakukan mitigasi memang harus ditingkatkan kewaspadaannya untuk Jabar bagian selatan,” katanya.

Hal yang sama juga dikatakan Kepala Balai Besar BMKG Wilayah II, Hendro Nugroho, pesisir pantai selatan Jabar memiliki potensi tsunami yang tinggi karena berhadapan langsung dengan zona subduksi.

Zona tersebut juga dikenal dengan megathrust, jalur subduksi lempeng bumi yang sangat panjang, tetapi relatif dangkal. Mulai dari Pantai Pelabuhan Ratu, Pantai Selatan Cianjur, Pantai Selatan Garut, Pantai Selatan Tasikmalaya, hingga Pangandaran.

Lebih jauh ia menjelaskan ada enam sesar aktif di Jawa Barat yang membuat wilayah dilaluinya berpotensi terjadi gempa tinggi. Pertama sesar Cimandiri meliputi Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Cianjur, hingga Padalarang.

Kemudian Sesar Citarik meliputi Pelabuhan Ratu, Bogor dan Bekasi. Sesar Cipaminggis meliputi bagian timur Sukabumi dan wilayah Cianjur. Sesar Lembang, ini yang ditunggu pusat perhatian kita sesar lembang ini meliputi Cimahi, Lembang dan Kota Bandung,” kata Hendro.

Selanjutnya ada juga Sesar Gasela (Garut Selatan dan sekitarnya. Serta sesar Balibis meliputi Majalengka, Kuningan, Subang Selatan, dan Purwakarta.(ric)