25 radar bogor

Kisah Korban Banjir Puncak: Sedang Makan Banjir Bandang Datang, Neni Pasrah

Neni Sulastri, korban banjir bandang Puncak, Bogor. Foto Arifal/Radar Bogor
Neni Sulastri, korban banjir bandang Puncak, Bogor. Foto Arifal/Radar Bogor

CISARUA-RADAR BOGOR, Selasa (19/1/2021) pagi pukul 09:00 WIB, Neni Sulastri baru saja selesai masak. Ia pun menyajikan masakannya dalam piring.

Ada oseng sayur dan telor. Dengan santai Nani memba piring berisi lauk pauk itu ke tengah rumah. Sejurus kemudian, warga Kampung Gunung Mas, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor ini memanggila anak-anaknya untuk makan.

Suap demi suap nasi Neni nikmati laik beserta sambal goangnya. Pun dengan anak-anaknya nampak lahap menyantap kudapan khas yang disajikan Neni pagi itu.

Suap demi suap dikunyah perlahan. Hingga pada suatu suapan, suasa gemuruh air datang. Bercampur dmegan teriakan suara orang. “Keluar, keluar cai cai,” ucap wanita berusia 37 tahun itu menirukan suara orang yang tengah berlarian.

Seketika itu juga Neni menoleh ke luar rumahnya. Melihat banyak warga berlarian. Tidak pikir panjang, Nani ajak anak-anaknya keluar untuk menyelamatkan diri.

Mereka berusaha berlari. Tak banyak yang ia bawa, hanya sedikit uang yang ada disaku. Pakaian hanya yang ia kenakan saja. Pakaian abu dengan hijab model langsung yang ia kenakan.

Masker juga belum sempat pakai. Pikiran Neni hanyalah menyelamatkan diri bersama dengan keluarganya. Iapun berlari. Tak henti pula bibirnya bergumam. Mengucap kalimat Toyibah. Istighfar. “Ya Allah, Astaghfirullah, ya Allah,” ceritanya.

Lama berlari, nafasnya tersengal. Ia pun akhirnya behenti sejenak. Sembari melihat kebelakang. “Airnya coklat. Banyak tanah dan lumpur. Ada batang pohon juga,” tutur Neni kepada radarbogor.id, Selasa (19/1/2021).

Tak lama iapun tiba di pengungsian. Disana ia dieberikan masker gratis oleh petugas. “Iya ini masker dikasih petugas tadi,” ujarnya.

Neni menceritakan, banjir bandang tidak hanya sekali terjadi. Hujan yang mengguyur kawasan Puncak, Kabupaten Bogor sejak Senin (18/1/2021) malam sempat membuat banjir bandang. Namun tidak sebesar banjir bandang Selasa pagi tadi. “Malam sempat banjir juga. Tapi yang paling besar pagi ini,” akunya.

Iapun mengaku cukup trauma. Namun Neni hanya bisa pasrah. Wanita yang berprofesi sebagai pemetik teh itu hanya bisa berdoa dan meminta pertolongan dari Allah semata. “Saya hanya bisa pasrah. Semoga tidak terjadi banjir bandang lagi,” tutupnya.(all)