25 radar bogor

Ahli Sebut Mutasi Covid-19 Jenis D614G Banyak Ditemukan di Indonesia

Ilustrasi Covid-19 Varian JN.1
Ilustrasi

JAKARTA-RADAR BOGOR, Memasuki tahun kedua pandemi Covid-19, mutasi virus Korona banyak bermunculan. Terakhir, dunia sedang dibuat kewalahan dengan munculnya mutasi Covid-19 dari Inggris dan Afrika Selatan. Bagaimana dengan di Indonesia?

Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik RS Universitas Indonesia (RSUI) dr. Adriana Kusmaningrum, Sp.MK menjelaskan sejarah perjalanan awal virus Korona jenis baru saat pertama kali dilaporkan di Wuhan. Pada Januari 2020 barulah diketahui bagaimana wujud SARS-CoV-2 di bawah mikroskop elektron. Bentuknya seperti mahkota.

“Kalau kita belah strukturnya sangat sederhana, dan bukan merupakan virus yang baru saja diketahui. Tapi pada awalnya lebih banyak terjadi atau menginfeksi hewan. Selama ini Coronavirus yang terjadi pada manusia ada SARS, MERS, yang ditularkan dari hewan ke manusia,” katanya dalam konferensi pers virtual, Jumat (15/1).

Menurut dr. Arum, SARS-CoV-2 berasal dari jalur keturunan yang sama dengan virus penyebab SARS. Namun secara genetik jauh berbeda. Secara umum, Human Coronavirus dapat menyebabkan gejala ringan, hingga fatal.

“Gejalanya sangat luas, kalau SARS dan MERS itu jika penderita tertular, maka gejalanya terinfeksi berat. Nah, kalau Covid-19, gejalanya dari ringan, sedang, berat, bahkan tak bergejala,” kata dr. Arum.

Mutasi Covid-19

Menurut dr. Arum berdasarkan para peneliti selama 1 tahun terakhir, banyak sekali diperoleh varian dari SARS-CoV-2. Materi genetik yang ditemukan saat awal di Wuhan ternyata hanya 7 persen di dunia.

Lalu gelombang kedua terjadi di Australia dengan jenis mutasi S477N. “Sekarang dominasi D614G. Nah di Indonesia, paling banyak ditemukan jenis mutasi yang ini (D614G, Red),” ungkapnya.

Lalu mutasi dari Inggris yakni B117 menimbulkan outbreak lagi di Inggris. Dan juga mutasi lainnya yang terjadi di Afrika Selatan.

“Ada beberapa laporan di Inggris, awal sudah dilakukan pemeriksaan, tapi ternyata ada kasus-kasus baru muncul. Sehingga diperlukan lagi cakupan pemeriksaannya. Di Oktober-Januari kasus Covid-19 di Inggris begitu pesat,” jelasnya.

Lalu bagaimana cara mengetahui mutasi virus? Yaitu, kata dia, dengan melakukan pemeriksaan molekuler PCR, sequenzing. Maka ahli akan mengetahui susunan dari asam nukleat yang membentuk virus tersebut. Ini diperlukan pemeriksaan lanjutan.

“Padahal dengan pemeriksaan PCR itu sifatnya hanya kualitatif, apakah ditemukan materi genetiknya atau tidak. Dan di Indonesia, 66 persen jenis mutasi virus yang ditemukan adalah mutasi D614G,” katanya.

Apakah mutasi perlu dikhawatirkan? Menurut dr. Arum belum ada penelitian yang menunjukkan mutasi virus bisa membuat seseorang lebih parah jika terinfeksi. Namun mutasi virus di Inggris tersebut terbukti lebih cepat menular 50-74 persen. Sedangkan mutasi di Afrika Selatan bahkan 200-300 persen.

“Jadi walaupun tidak menyebabkan keparahan, namun bisa membuat kapasitas rumah sakit menjadi lebih penuh. Dan pasien-pasien berat bisa tak tertangani dan akibatnya bisa fatal,” tutupnya.