25 radar bogor

Kata Pakar Soal PDIP Tanam Pohon dan Bersih-bersih Sungai Ciliwung

HUT-PDIP
Partai Demokrasi Indonesia (PDIP) menyambut peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-48 dengan melaksanakan kegiatan penanaman pohon dan bersih-bersih Sungai Ciliwung. (istimewa)
HUT-PDIP
Partai Demokrasi Indonesia (PDIP) menyambut peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-48 dengan melaksanakan kegiatan penanaman pohon dan bersih-bersih Sungai Ciliwung. (istimewa)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Sejumlah pakar mengapresiasi PDI Perjuangan (PDIP) yang mengangkat kegiatan bertema “Cinta Ciliwung Bersih” dalam perayaan HUT ke-48 pada 10 Januari 2021.

Dengan kegiatan itu, PDIP akan melaksanakan penanaman pohon di sekitar sungai di seluruh Indonesia juga akan dilakukan serentak. Pemusatan kegiatan adalah di Sungai Ciliwung.

Pengamat Lingkungan Universitas Indonesia ( UI) Tarsoen Waryono menilai ide yang diangkat PDIP sangat bagus dan menunjukkan visi berkelanjutan.

“Karena Ciliwung sebenarnya merupakan barometer pengelolaan Derah Aliran Sungai di Indonesia, karena melintas dari hulu di Bogor dan ibukota negara yakni Jakarta. Sehingga program pengelolaan Daerah Aliran Sungai oleh PDIP sangat baik dan saya mendukung” kata Waryono, Sabtu (9/1/2021).

Kendati demikian, ia tetap memberikan catatan, bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah dengan pemangku kepentingan masing-masing. Seperti Desa, Kelurahan, Kecamatan, Kota dan Kabupaten. Sehingga, menurut Waryono, karena ada yang mengelola secara resmi, maka perlu koordinasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

“DAS di bawah naungan pengelolaan KLHK ada Dirjennya, Direktur dan seterusnya. Di sisi lain pengelolaannya juga menjadi wewenang Gubernur dengan Korwil-korwilnya. Sehingga yang penting adalah koordinasi dan gotong royong dalam pengelolaan,” papar Waryono.

Senada dengan Waryono, Ahli lingkungan hidup Indonesia, Masnellyarti Hilman mangapresiasi ide yang diangkat PDIP itu. Sebab, sudah seharusnya semua pihak melihat faktor lingkungan yang akan berpengaruh kepada sektor lainnya.

“Untuk sungai akan berpengaruh pada penggunanya. Antara lain pertanian, perikanan. Lalu sumber air minum yang memerlukan kualitas air yang baik,  tidak tercemar. Guna meningkatkan kualitas air biayanya cukup tinggi. Dan bila ada zat pencemar yang tidak terolah melalui air minum atau melalui rantai makanan, akan mengkontaminasi manusia,” jelas perempuan yang akrab disapa Nelly ini.

Dilanjutkan Nelly, untuk membersihkan sungai memerlukan biaya besar. Ia lalu mencontohkan pembersihan sungai di Gowanus Canal di New York, Amerika Serikat, yang tercemar limbah industri dan sewerage.

Ada sebuah lumpur yang dinamai ‘black mayonnaise’, yang amat berbahaya sebab mengandung logam berat, benzene, dan minyak. Juga bakteri-bakteri patogen seperti typhus, kolera dan lainnya. Total, kata Nelly, pembersihan menghabiskan biaya USD 1,5 milyar (sekitar Rp 21 triliun) untuk pembersihan.

“Tentunya upaya pembersihan sungai akan mahal. Tapi bila tidak dilakukan maka air yang terkontaminasi saat ini akan terus meningkat dan dampak utama pada kesehatan manusia,” urai Nelly, yang merupakan mantan Deputi VII Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia (Kemeneg LH).

Untuk PDIP, Nelly berpesan, agar memberi perhatian dengan mendorong pemerintah melakukan pelaksanaan pembangunan pemulihan sungai-sungai di Indonesia dan mencegah terjadinya pencemaran dengan program pengawasan.

“Membangun infrastruktur ramah lingkungan sehingga 2030 target pencapaian SDGs goals tercapai. Karena sungai yang terjadi pendangkalan akibat lumpur dan sampah, penggundulan hutan menyebabkan pada musim hujan menimbulkan banjir dan longsor,” jelas Nelly. (jpg)