25 radar bogor

Kemenko PMK Khawatir Peserta AN Isi Tes Asal-asalan

Siswa mengikuti ujian semester sekolah tatap muka di SMA 1 Kaur, Bengkulu, Kamis (3/12/2020). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) mengatakan pembelajaran tatap muka akan dilakukan pada Januari 2021. (SALMAN TOYIBI /JAWA POS)
Siswa mengikuti ujian semester sekolah tatap muka di SMA 1 Kaur, Bengkulu, Kamis (3/12/2020). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) mengatakan pembelajaran tatap muka akan dilakukan pada Januari 2021. (SALMAN TOYIBI /JAWA POS)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Pada Maret 2021 nanti, Asesmen Nasional (AN) akan dilaksanakan untuk menggantikan Ujian Nasional (UN) yang telah dihapuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Dalam pelaksanaannya, tentunya terdapat tantangan yang akan dihadapi.

Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono mengatakan, salah satu yang menjadi tantangan adalah memastikan para pelajar yang dijadikan sampel mengisi jawaban dengan serius.

“Tantangannya bagaimana memastikan anak-anak yang masuk dalam sampling tadi itu mengerjakan (soal) of the best (yang terbaik). Jangan sampai mereka asal, sehingga hasil dari asesmen nanti satu sekolahan itu dianggap main-main, hasilnya buruk,” terang dia dalam siaran YouTube Pendidikan VOX Point seperti yang dikutip, Senin (4/1).

“Karena AN ini tidak ada sanksinya bagi siswa, bahkan boleh mengatakan nggak mau jadi sampling, kalau diambil sampling bisa aja dikerjakan asal-asalan,” sambungnya.

Sebelumnya, AN ini juga harus dipahami oleh para siswa bahwa penyelenggaraannya tidak perlu persiapan khusus, seperti mengikuti bimbingan belajar (bimbel). Pasalnya, AN dilakukan untuk menilai kualitas pendidikan di satu sekolah dan wilayah, bukan per individu.

“Bukan berarti siswa harus ikut bimbel, sama sekali tidak. Saya kira kalau anak-anak ikut bimbel hanya untuk AN, memang tidak perlu,” ujarnya.

Ia juga mengaku kurang yakin akan pelaksanaan AN di masa pandemi. Menurutnya, penerapan ini terlalu dipaksakan.

“Saya khawatir ini kalau asesmen nasional dilakukan di masa pandemi ini, sudahlah pembelajarannya kurang optimal, sosialisasi mungkin masih kurang, jadi ini agak agak riskan,” tambahnya.

Agus pun turut mengingatkan kepada sekolah untuk tidak memilih peserta yang akan diuji. Sebab, hal itu tidak akan memberitahukan kualitas pendidikan di sekolah atau daerah tersebut.

“Tidak boleh juga sekolah hanya mengambil sampel anak-anak yang pintar pintar saja untuk AN, sehingga tidak mencerminkan potret sekolah itu sendiri,” tutup dia. (jawapos)