25 radar bogor

Ingin Nostalgia dengan Kuliner Khas Swedia? Yuk ke Stockholm Syndrome

Stockholm Syndrome
Stockholm Syndrome kini hadir di Kota Bogor untuk memberikan nuansa khas Swedia.
Stockholm Syndrome
Stockholm Syndrome kini hadir di Kota Bogor untuk memberikan nuansa khas Swedia.

BOGOR – RADAR BOGOR, Warga Bogor yang ingin nostalgia dengan kuliner khas negara Swedia, atau pernah memiliki pengalaman berharga dengan Negara Viking itu, kini tak perlu jauh – jauh cari tiket pesawat.

Di Kota Bogor, Stockholm Syndrome hadir untuk memberikan nuansa khas Swedia. Tak hanya kuliner yang diadopsi dari Swedia, namun juga tren ngopi yang dibawa. Apalagi saat ini tren ngopi sedang hits di Kota Bogor.

Pertama soal kuliner, Stockholm Syndrome miliki Swedish Meat Ball. Yakni, baksonya khas orang Swedia. Dan hampir di setiap rumah makan di Swedia, pasti ada menu ini.

“D isini kita sesuaikan mulai dari dagingnya dan rempahnya. Di sini lebih kaya rempah, makanya kita buat lebih strong,” kata Imelda, Owner Stockholm Syndrome pada radarbogor.id, Minggu (3/1/2021).

Lalu soal kultur ngopi orang Swedia. Imelda bercerita, sebagai orang yang punya banyak pengalaman di Swedia mengaku bahwa masyatakat disana bisa lima kali dalam sehari dalam hal ngopi.

Suami Imelda juga merupakan warga Swedia. Benar saja dalam satu hari, dari pagi hingga malam hari ngopi jadi satu hal yang sering dilakukan.

“Nah kita ingin angkat coffe culture itu yang namanya di sana itu Fika. Artinya kalau bahasa Indonesia mungkin nongkrong, jadi ngopi sambil nongkrong,” bebernya.

Makanya, tak hanya kopi dan makanan berat, Stockholm Syndrome juga akan memanjakan lidah dengan camilan khas Swedia. Sebut saja seperti Cinammon Roll atau Swedish Pancakes.

Selesai soal kuliner khas, Imelda mengatakan bahwa pemilihan nama Stockholm Syndrome sendiri sempat menjadi kontroversi. Namun, makna yang diambil oleh Imelda dan suaminya ini adalah kejatuhcintaan.

“Kalau buat kita, kita menyediakan suatu tempat, kita sediakan makanan dan minumannya. Terus kita berharap orang merasa fallin in love juga sama Stockholm Syndrome,” terang Imelda.

Stockholm Syndrome baru hadir awal Februari 2019 lalu. Dengan market anak – anak muda Kota Bogor yang ingin ngopi, bersantai, dengan suasananya yang nyaman. Meski awalnya tak yakin dengan makanan khas Swedia, ternyata banyak feed back positif dari para pengunjung.

Bicara soal pandemi, masih cerita Imelda, di awal covid memang Stockholm Syndrome alami pukulan yang sangat keras. Hampir 90 persen, omzet drop. Apalagi setelah adanya pembatasan – pembatasan.

“Awal Juli kemarin baru kita buka lagi. Kita juga open PO (pre-order) dari media sosial. Di tahun 2021 ini, kita akan gencarkan lagi. Dan mudah – mudahan bisa membuka franchise lagi,” tukasnya. (dka)