25 radar bogor

Hasil Investigasi Tewasnya Laskar FPI Akan Diberikan ke Presiden Jokowi

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Fadil Imran bersama Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik turun dari tangga usai dimintai keterangan di Menteng, Jakarta, Senin (14/12/2020). Selain Kapolda Metro Jaya, Komnas HAM juga menggali keterangan Direktur Utama PT Jasa Marga Subakti Syukur Imran terkait tewasnya enam orang Laskar FPI. Foto: Dery Ridwansah/ JawaPos.com
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Fadil Imran bersama Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik tusai dimintai keterangan di Menteng, Jakarta, Senin (14/12/2020). Foto: Dery Ridwansah/ JawaPos.com

JAKARTA-RADAR BOGOR, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyatakan akan menyerahkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait hasil investigasi tewasnya enam laskar Front Pembela Islam (FPI).

Sebab terjadi simpang siur informasi mengenai bentrokan antara Polri dan FPI di Tol Jakarta-Cikampek pada Senin (7/12/2020) pukul 00.30 WIB.

“Kami akan memberikan laporan kami kepada presiden,” kata Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara dikonfirmasi, Rabu (16/12/2020).

Komnas HAM sendiri telah memeriksa Direktur Utama Jasa Marga Syubakti Stukur dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran untuk melihat titik terang peristiwa tersebut.

Beka Ulung menyebut, pihaknya juga akan memeriksa kendaraan yang dipakai baik oleh Polri dan FPI untuk mendalami peristiwa yang sebenarnya terjadi.

“Kami minggu ini merencanakan untuk memeriksa kendaraan yang dipakai, baik yang dipakai petugas maupun oleh anggota FPI,” ujar Beka Ulung.

Beka mengaku, pihaknya akan menyelesaikan investigasi dalam tenggat waktu satu bulan. Dia memastikan hingga kini, belum ada kendala untuk mendalami peristiwa tersebut. “Sampai sejauh ini tidak ada kendala yang berarti,” beber Beka Ulung.

Sebelumnya, Direktur Utama Jasa Marga Subakti Syukur mengaku, CCTV di Tol Jakarta-Cikampek tidak merekam peristiwa bentrokan yang terjadi antara Polri dengan laskar khusus pengawal Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.

Menurutnya, saat peristiwa itu terjadi pada Senin (7/12/2020) dini hari, terdapat 23 CCTV yang mengalami gangguan.

“Kalau di luar yang 23 itu, sekian jam, sekian jam itu dari jam 4.50 atau jam 5 sampai 4 besoknya itu di 23 titik itu enggak kekirim data, enggak ada rekaman,” akui Syubakti, Senin (14/12/2020).

Namun dia membantah CCTV di Tol Jakarta-Cikampek mengalami kerusakan. Tetapi memang terdapat gangguan pengiriman data pada CCTV KM 48 sampai 72.

“Iya untuk 23 CCTV yang di KM 49-72 (tidak merekam), tapi di lainnya di gerbang jangan salah di sepanjang jalur itu kan ada lajur gerbang. Hanya yang di lajur-lajur aja tapi di gerbang-gerbang ada semua,” ucap Syubakti.

Sementara itu, Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran menyatakan, memastikan akan transparan memberikan informasi kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengenai peristiwa tewasnya enam laskar khusus pengawal Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab. Hal ini disampaikan Fadil usai menjalani pemeriksaan di Komnas HAM.

“Polda Metro Jaya, Polri akan sangat-sangat koorperatif ya dan terbuka dalam proses investigasi yang dilakukan oleh Komnas HAM ya, itu yang pertama,” ungkap Fadil.

“Yang kedua, Polda Metro Jaya akan transparan dan memberikan ruang kepada komnas HAM, agar hasil investigasi ini menjadi akuntabel di mata publik,” sambungnya.

Fadil memastikan, pihaknya akan memeberikan data berupa fakta yang terjadi di lapangan terkait bentroknya anggota Polri dengan laskar FPI.

Dia menegaskan, mendukung langkah Komnas HAM untuk melakukan investigasi terkait peristiwa tersebut. “Kami mau menyajikan fakta, kami tidak mau membangun narasi dan itu akan kami support kepada semuanya,” pungkas Fadil.

Untuk diketahui, terjadi bentrokan antara polisi dan laskar pengawal Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab di Tol Jakarta-Cikampek KM 50 pada Senin (7/12/2020) pukul 00.30 WIB. Dalam insiden itu, polisi menembak mati enam orang laskar FPI.

Kronologi peristiwa ini simpang siur. Menurut keterangan polisi, anggota Polri terpaksa menembak laskar FPI karena mendapat perlawanan dengan senjata api dan senjata tajam. Karena itu, polisi terpaksa melumpuhkan enam simpatisan FPI.

Sedangkan, menurut pihak FPI, keterangan polisi itu tidak benar. Tetapi para simpatisan FPI yang diserang polisi dan membantah terkait kepemilikan senjata api. (jpg)