Lunaknya Bandeng Presto Cap Rakit. Dipikul-pikul Dahulu, Dikemas Kemudian

Bandeng Presto Cap Rakit yang dapat dibeli di Bozz Foods.

BOGOR-RADAR BOGOR, Ibu Rumah Tangga (IRT) asal Bogor, Yayuk menjalankan usaha berjualan ikan tongkol dan bandeng.

Tak tanggung-tanggung, jualan itu dilakoninya dengan menjajakan secara pikulan.

Usaha pikulan itu tidak dilakoni Yayuk sendirian. Ia menggerakkan sekira 30 pedagang. Mereka disebar ke seluruh wilayah Bogor.

Tak hanya menyasar pusat perbelanjaan seperti pasar. Pedagang pikulan itu menawarkan ikan presto dari rumah ke rumah (door to door).

“Usaha itu sejak tahun 2011. Jadi, hitungannya sampai sekarang, saya menjual ikan presto sudah sembilan tahunan. Tapi, sekarang sudah tidak ada (yang memakai pikulan itu),” ungkapnya kepada Bozzcast (Radar Bogor Group), kemarin.

Yayuk mulai berbenah dengan usaha ikan prestonya itu. Ia mendapatkan tawaran untuk menjangkau pemasaran yang lebih luas dan modern dengan memanfaatkan kemasan.

Bandeng Presto Cap Rakit yang dapat dibeli di Bozz Foods.

Sistem packaging yang baik dianggap bisa membuat ikan presto produksi Yayuk mencapai kalangan yang lebih banyak.

“Saya pilih ikan bandeng untuk dikemas, karena kan tidak ada gatalnya. Beda kalau tongkol,” imbuhnya.

Ikan bandeng itulah yang diteruskannya hingga kini. Yayuk juga sudah punya langganan tersendiri untuk menyuplai kebutuhan ikan tersebut. Tak sulit baginya memproduksi hingga 200 kilogram bandeng presto per hari. Ia dibantu  beberapa karyawan yang dipekerjakannya di rumah. Lantas, dari mana label Cap Rakit berasal?

“(Label Cap Rakit itu) karena berakit-rakit ke hulu (peribahasa),” kelakarnya, mengutip sedikit peribahasa lama.

Peribahasa itu dianggap Yayuk merepresentasikan usahanya yang dimulai dari sistem pikulan. Ia bertransformasi menjadi pengemasan dengan sistem yang lebih modern. Tak heran, produknya itu menjadi pilihan paling praktis bagi rumah makan atau catering.

Kondisi ikan presto yang dikemas itu juga bisa bertahan hingga berbulan-bulan dalam kulkas atau pendingin. Sayangnya, aku Yayuk, ikan akan cepat membusuk jika tak disimpan dalam pendingin itu. Ia membeberkan, bandeng presto hanya bertahan maksimal dua hari di udara bebas.

Bandeng Presto Cap Rakit yang dapat dibeli di Bozz Foods.

Beruntung, Yayuk menekuni usaha bandeng presto itu dengan senang hati. Ia mengaku sama sekali tak merasakan duka menjalani usaha rumahan itu.

Meski pandemi juga berdampak terhadap bisnis kecilnya itu, ia tetap optimis. Setidaknya, ia masih bisa menghidupi keluarga kecil dan beberapa karyawannya yang tersisa.

“Tipsnya mungkin ya disiplin saja, jangan neko-neko, jangan campurkan macam-macam (ke produk), dan kalau usaha ya harus jujur. Tidak boleh nakal-nakal,” pungkasnya. (mam/c)