Hari Pahlawan 2020 : Prada Samlawi, Pejuang Asal Rumpin yang Terlupakan

Makam Prada Samlawi di Kampung Gardu, Desa Kampung Sawah, Kecamatan Rumpin.

BESOK, Selasa (10/11/2020) Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Dihari Pahlawan kali ini radarbogor.id melakukan napak tilas salah satu pahlawan asal Rumpin, Kabupaten Bogor. Yakni, Prada Samlawi

Laporan :Muhamad Arif Al Fajar

Nama Prada Samlawi mungkin cukup asing di telinga masyarakat. Sebagian warga ada yang mengenal nama ini hanya sebatas nama jalan yang ada di Kabupaten Bogor.

Namun siapa sangka, pemilik nama yang diabadikan sebagai nama jalan di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor itu adalah sosok pejuang yang terlibat dalam mengusir penjajah dari tanah air Indonesia.

Prada Samlawi adalah putra asli Rumpin, Kabupaten Bogor yang semasa hidupnya terlibat dalam mengusir para penjajah Belanda di wilayah Bumi Tegar Beriman.

Jalan Prada Samlawi sendiri terbentang sepanjang dua kilometer. Dimulai dari ruas jalan utama Kecamatan Rumpin. Jalan ini melintasi dua desa.

Sosoknya pun cukup diperhitungkan hingga tidak disukai para penjajah. Kisah Prada Samlawi ini pun diceritakan melalui sebuah buku yang berjudul Prajurit asal Rumpin yang patriotik, Wafatnya Samlawi kala usir Belanda.

Makam Prada Samlawi di Kampung Gardu, Desa Kampung Sawah, Kecamatan Rumpin.

Buku ini merupakan hasil karya pemuda asal Rumpin, Mulya Diva yang terpinspirasi dari perjuangan beliau.

“Jadi ide mencari tahu sosok Prada Samlawi ini tercetus sejak Juli 2016 lalu. Berawal dari keingintahuan tentang dibalik nama Prada Samlawi yang diabadikan sebagai nama jalan di Kecamatan Rumpin,” kata pria yang karib disapa Ozos kepada radarbogor.id Senin (9/11/2020).

Dijelaskannya, dalam buku tersebut, sosok Prada Samlawi dikenal sebagai pribadi yang tak gentar dalam mengusir penjajah.

Keberaniannya cukup diingat terkhusus para rekan seperjuangan, dimana saat itu Prada Samlawi berada disatuan Seksi III, pimpinan Sersan Sairin.

Cerita ini, didapat dari teman Prada Samlawi bernama Sabra yang masih ada di Desa Banyu Asih, Kecamatan Cigudeg.

“Satu seksinya itu beranggotakan sekitar 40 personel. Di Ceritakan teman Prada Samlawi yang masih ada, bahwa Prada Samlawi berada di bawah komando Batalyon KH. Sholeh Iskandar, yang saat itu bernama tentara rakyat,” ucapnya.

Makam Prada Samlawi di Kampung Gardu, Desa Kampung Sawah, Kecamatan Rumpin.

Namun sayang, Prada Samlawi harus berpulang di usia yang sangat muda sekitar berumur 35 tahun. Beliau gugur saat terlibat dalam pertempuran di wilayah Kampung Sentuk, Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg pada 1948.

“Saya mendapatkan keterangan dari orang yang melihat langsung di Kampung Sentuk. Sehabis Salat Dzuhur, Prada Samlawi diseret dan ikat, baru dibakar, setelah itu dihujani peluru,” tuturnya.

Prada Samlawi bukan hanya seorang tentara yang taat pada atasannya. Tapi beliau selalu tekun beribadah, meski berada di wilayah yang pada saat itu sangat genting.

Abah Ugan, teman Prada Samlawi yang saat itu, melihat langsung saat detik-detik dieksekusi.

“Itu gerombolan bentukan Belanda, belaiu wafat di tengah kali, tapi Abah Ugan selamat karena dari sipil. Saya pribadi sangat kagum dengan almarhum, meski dalam kedaan perang, beliau masih menyempatkan untuk menghadap Allah,” bebernya.

Akan tetapi, sambung Ozos, Prada Samlawi di makamkan di Kampung Sentuk. Setelah perang refolusi fisik usai, pihak keluarga meminta agar Prada Samlawi di pindah ke tempat kelahirannya. Akhirnya para pimpinan sepakat untuk memindahkan makam itu ke Rumpin.

Makam Prada Samlawi di Kampung Gardu, Desa Kampung Sawah, Kecamatan Rumpin.

“Sekitar tahun 1949, makam Prada Samlawi dipindahkan ke Kampung Gardu, Desa Kampung Sawah. Untuk dikenang oleh masyarakat rumpin, namanya diabadikan pada ruas jalan utama. Hingga saat ini, kondisi makam tersebut, terkesan tidak terurus. Bahkan setiap tanggal 10 Agustus, saya suka membersihkan makamnya sekaligus pemasangan bendera,” beber Ozos.

Dalam buku tersebut, perjuangan Prada Samlawi mulai diketahui masyarakat banyak. Bahkan membuat warga mengetahui tentang sejarah pertempuran yang terjadi di wilayah Rumpin pada era tahun 1945-1949. Karena sebagian masyarakat rumpin, tidak mengetahui riwayat perjalanannya.

“Buku ini dibuat untuk mengenang kembali jasa-jasa para pejuang yang telah gigih memperjuangkan kemerdekaan, khususnya di Kecamatan Rumpin. Semoga dengan dibuatnya buku ini bisa diterima masyarakat Rumpin, khususnya bagi para pemuda pemudi,” tukasnya. (bersambung…)