3 Skenario Pandemi Berakhir, Jangan Sampai Skenario Terakhir Terjadi

Jenazah terinfeksi Covid-19 yang tengah dimakamkan sesuai protokol penanganan jenazah di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Foto: Dicky Prastya/JPNN.com

RADAR BOGOR, Ada satu kesamaan mendasar antara pandemi virus corona saat ini dengan pandemi flu Spanyol yang terjadi pada 102 tahun silam: orang-orang bertanya, kapan wabah berakhir?

Seperti orang-orang tahun 1918, kita ingin segera kembali ke kenormalan seperti sebelum wabah terjadi.

Namun, akhir pandemi itu sendiri bisa mengandung dua pengertian, menurut firma konsultan manajemen McKinsey.

Pengertian yang pertama adalah titik akhir dalam sudut pandang epidemiologis, yakni ketika kekebalan kelompok (herd immunity) tercapai.

Dalam pengertian ini, titik akhir pandemi akan terjadi ketika proporsi masyarakat yang kebal terhadap COVID-19 cukup untuk mencegah penularan yang meluas dan berkelanjutan.

Pengertian kedua, akhir pandemi juga bisa berarti transisi ke bentuk kenormalan.

Jenazah terinfeksi Covid-19 yang tengah dimakamkan sesuai protokol penanganan jenazah di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Foto: Dicky Prastya/JPNN.com

Dalam pengertian yang kedua ini, akhir pandemi terjadi ketika semua aspek kehidupan sosial dan ekonomi dapat dilanjutkan tanpa takut akan kematian yang berkelanjutan, atau terkait konsekuensi kesehatan jangka panjang dari COVID-19.

Kedua pengertian itu saling berkaitan, meski hubungannya tidak linier. Maksudnya, kehidupan normal memang akan muncul ketika herd immunity tercapai.

Namun, di negara dengan respons kesehatan masyarakat yang kuat, keadaan normal bisa datang bahkan sebelum herd immunity tercipta.

Menurut estimasi McKinsey, setidaknya ada tiga skenario akhir pandemi dari sudut pandang epidemiologi.

Pertama skenario optimistis. Di skenario ini, McKinsey memperkirakan puncak pandemi corona akan terjadi di negara maju pada kuartal 1-2 tahun 2021, kurva terus melandai dan semakin kecil hingga 2023.

Skenario tersebut dimungkinkan terjadi dengan syarat distribusi vaksin dilakukan sesegera mungkin kepada publik.

Jenazah terinfeksi Covid-19 yang tengah dimakamkan sesuai protokol penanganan jenazah di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Foto: Dicky Prastya/JPNN.com

Yang kedua yakni skenario realistis. McKinsey mengungkap dalam skenario ini puncak pandemi diprediksi akan terjadi pada kuartal 3-4 2021, dengan syarat, vaksin harus sudah didistribusikan pada kuartal 1 tahun 2021.

Hal tersebut bisa menciptakan kondisi di mana kurva pandemi perlahan melandai hingga awal 2023.

“Berdasarkan pembacaan kami tentang keadaan variabel saat ini dan kemungkinan kemajuannya dalam beberapa bulan mendatang, kami memperkirakan bahwa waktu yang paling mungkin bagi Amerika Serikat untuk mencapai herd immunity adalah kuartal ketiga atau keempat tahun 2021,” kata McKinsey dalam laporan mereka melansir Kumparan.

Skenario ini didasari pada kemungkinan disetujuinya satu atau lebih vaksin corona di AS pada akhir 2020 atau awal 2021.

Setelah disetujui, vaksin perlu didistribusikan kepada publik dalam proporsi yang mencukupi agar bisa tercipta herd immunity, yang diperkirakan bakal memakan waktu hingga enam bulan.

Untuk mendistribusikan vaksin itu sendiri membutuhkan ketersediaan cepat ratusan juta dosis, rantai pasokan vaksin yang lancar, dan kesediaan masyarakat untuk divaksinasi selama paruh pertama tahun 2021.

Jenazah terinfeksi Covid-19 yang tengah dimakamkan sesuai protokol penanganan jenazah di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Foto: Dicky Prastya/JPNN.com

McKinsey mengklaim bahwa skenario realistis ini “adalah harapan yang wajar” yang didasari pernyataan publik dari produsen vaksin dan hasil survei sentimen konsumen tentang vaksin.

Puncak pandemi baru terjadi pada awal 2022, herd immunity baru tercipta selang beberapa saat setelah puncak pandemi.

Skenario terburuk ini bisa terjadi kalau kandidat awal vaksin yang ada saat ini terkendala masalah kemanjuran atau keamanan.

Yang paling buruk, McKinsey memperkirakan negara seperti AS masih akan memerangi COVID-19 hingga tahun 2023 dan seterusnya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kapan akhir pandemi corona dalam sudut pandang epidemiologi itu tiba.

Faktor yang paling utama, kata mereka, terletak pada kapan tibanya dan seberapa manjur vaksin COVID-19, serta bagaimana vaksin itu didistribusikan kepada publik.

Jenazah terinfeksi Covid-19 yang tengah dimakamkan sesuai protokol penanganan jenazah di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Foto: Dicky Prastya/JPNN.com

Selain itu, McKinsey juga menyebut beberapa faktor lain yang mempengaruhi kapan akhir pandemi corona, mulai dari tingkat kekebalan alami populasi dari paparan COVID-19, potensi imunitas silang dari paparan virus corona lain, potensi kekebalan parsial yang diberikan oleh imunisasi lain, serta perbedaan cara orang berbaur di masing-masing wilayah. (kum/ran)