Warga Bogor Wajib Baca, Ini Titik dan Potensi Bencana Alam pada Masa Transisi

Ilustrasi: Bencana longsor di Desa Harkatjaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor awal 2020 lalu.

CISARUA-RADAR BOGOR, Bagi warga Kabupaten Bogor sudah harus mulai siap siaga. Sebentar lagi, memasuki masa transisi musim kemarau ke musim hujan. Dimana Bencana mengancam di depan mata. Untuk itu, BMKG memperingatkan akan potensi bencana alam di kabupaten Bogor pada masa transisi.

Kepala Stasiun Meteorologi Citeko, Bogor, Asep Firman Ilahi menuturkan, potensi bencana alam pada masa transisi di kabupaten Bogor meliputi banjir bandang serta tanah longsor.

Sebab, Kabupaten Bogor mempunyai topografi bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara, hingga dataran tinggi di bagian selatan.

Selain itu, sebagian besar kondisi morfologi Kabupaten Bogor berupa dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan penyusunnya didominasi oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari Andesit, Tufa dan Basalt.

Gabungan batuan tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif lulus air. Artinya, kemampuannya meresapkan air hujan tergolong besar.

“Jenis pelapukan batuan ini relatif rawan terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman curah hujan yang tinggi,” ujarnya kepada radarbogor.id, Jumat (25/9/2020).

Selanjutnya, Asep Firman Ilahi menerangkan, jenis tutupan tanah juga didominasi oleh material vulkanik lepas agak peka dan sangat peka terhadap erosi.

Antara lain Latosol, Aluvial, Regosol, Podsolik dan Andosol. “Makanya tak heran terdapat beberapa wilayah di Kabupaten Bogor yang rawan tanah longsor,” paparnya.

Ilustrasi: Bencana longsor di Desa Harkatjaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor awal 2020.

Sementara itu untuk Tatanan hidrologis, Asep Firman Ilahi menjelaskan, di wilayah Kabupaten Bogor terdapat delapan buah Daerah Aliran Sungai (DAS).

Pertama, DAS Cidurian, kedua, DAS Cimanceuri, ketiga DAS Cisadane. Lalu, keempat ada DAS Ciliwung. Kelima DAS Cileungsi dan keenam ada DAS Cikarang.

Kemudian yang ketujuh hingga ke delapan, Asep memaparkan ada DAS Cibeet dan DAS Ciberang. “Selain itu juga terdapat 32 jaringan irigasi pemerintah, 900 jaringan irigasi pedesaan, 95 situ dan 201 mata air,” tuturnya.

Sementara itu, Secara klimatologis, Asep Firman Ilahi menjelaskan, wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan rata-rata curah hujan tahunan 2.500 sampai 5.000 mm/tahun. “Kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur. Curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun,” tuturnya.

Sedangkan untuk Suhu rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah 20 derajat selsius hingga 30 derajat selsius. Dengan suhu rata-rata tahunan sebesar 25dl derajat selsius.

“Kelembaban udara rata-rata 70 persen dan kecepatan angin cukup rendah dengan rata–rata 1,2 m/detik serta tingkat evaporasi (penguapan) di daerah terbuka rata–rata sebesar 146,2 mm/bulan,” paparnya.

Adapun proses banjir bandang dan longsor di Kabupaten Bogor, terang Asep, ketika awan Cumulonimbus terbentuk, berjuta liter air dapat ditumpahkan ke bumi.
Fase pertumbuhan, matang hingga punah awan ini terjadi dalam durasi antara 1-2 jam. Curah hujan tinggi.

“Dapat turun dalam durasi singkat akan menyebabkan kemampuan tanah menyimpan air menjadi berkurang, sehingga air tanah dengan cepat dialirkan kembali. Ketika tanah menjadi jenuh dan hujan masih secara intensif diturunkan, maka akan menyebabkan tanah menjadi longsor,” jelasnya.

Setelah itu, ASP Firman Ilahi menjelaskan, material tanah, batu, pohon dan lain-lain akan dialirkan melalui sungai-sungai sehingga daerah landai di kaki gunung akan menjadi sasaran air bandang.

“Kabupaten Bogor bagian selatan yang mana merupakan wilayah padat pemukiman penduduk terbentang pada kaki-kaki pegunungan. Dari Peta Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah Kota dan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terdapat kecamatan-kecamatan dengan Tingkat Kerentanan Pergerakan Tanah Tinggi, Sedang dan Rendah,” paparnya.

Adapun Zona Kerentanan Pergerakan Tanah Tinggi diataranya Kecamatan Citeureup, Klapanunggal, Jonggol, Babakan Madang, Sukamakmur, Tanjungsari bagian tenggara, Cisarua, Cijeruk, Taman Sari, Tenjolaya, Leuwiliang bagian selatan, Nanggung, Sukajaya dan Jasinga bagian selatan. (all)