Cerita Kelam Perempuan Pelaku Mutilasi di Apartemen Kalibata City

Polda Metro Jaya gelar rekonstruksi kasus mutilasi di Apartemen Kalibata City, Jumat (18/9/2020)./Foto: Firdausi

JAKARTA-RADAR BOGOR, Makmuri (60), ayah Laeli Atik Supriyatin, salah satu pelaku mutilasi Apartemen Kalibata City, tak bisa menahan air matanya.

Itu terjadi saat ia menceritakan masa kecil anaknya yang kini diancam hukuman mati atas pembunuhan dan mutilasi terhadap Rinaldi Harley Wismanu.

Makmuri mengisahkan, semasa sekolah, Laeli tidak pernah sekalipun menuntut dibelikan apapun kepada orangtuanya. Laeli pun sangat menyadari kondisi orangtuanya yang bukan dari kalangan berada. “Mungkin kalau dari kecil saya ceritain, saya tidak kuat,” ujarnya dilansir Radar Tegal, Selasa (22/9/2020).

Makmuri juga menyebut anak keempat dari tujuh bersaudara itu merupakan sosok penurut dalam keluarga. “Itu nurutnya ya Allah, nurut betul-betul. Mungkin kalau zaman sekarang orang sekolah pakai tas, dia pakai tas kresek saat SD kelas 1,” ungkapnya.

“Coba Bayangin. Pakai tas keresek, nurut, nggak nangis, nggak apa,” sambungnya. Setelah sekolah, sambungnya, Laeli juga tidak pernah bergaul.

“Waktu SMA, kalau temannya datang mau minjem buku, terkadang teman lelaki, itu cuma dari pintu aja ngasihnya,” tutur Makmuri sembari meneteskan air matanya.

Selain selalu patuh kepada orangtua dan kakak-kakaknya, Laeli disebut Makmuri rajin dan selalu berprestasi selama di bangku sekolah.

Polda Metro Jaya gelar rekonstruksi kasus mutilasi di Apartemen Kalibata City, Jumat (18/9/2020)./Foto: Firdausi

Sejak bersekolah di SDN Kesuben, SMPN Lebaksiu hingga SMAN 3 Slawi, Laeli tak pernah absen menjadi yang berprestasi di sekolah dan kelasnya. “Di sekolah selalu dapat ranking. Paling tidak ranking tiga besar,” ujar dia.

Prestasinya yang menonjol di sekolah membuat Laeli diterima di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (UI) melalui jalur prestasi atau Bidikmisi.

“Anaknya memang rajin dan pintar. Waktu sudah kuliah, siang dia kuliah, malamnya mengajar private atau les buat tambah-tambah,” tutur Makmuri.

Makmuri mengungkap, Laeli juga sudah putus kontak dengan keluarganya sejak sekitar 1,5 tahun. “Sudah 1,5 tahun Laeli putus kontak dengan saya dan kakaknya. Bahkan, sudah dua tahun ini Laeli tidak pulang kampung,” bebernya.

Sejak putus kontak itu, keluarga sudah berupaya mencari keberadaan Laeli di Jakarta. Terakhir kali upaya pencarian itu dilakukan Makmuri pada Idul Adha lalu.

“Saya sudah berusaha nyari. Namanya orang tua, apa saja lah saya lakuin, yang penting anak saya bisa pulang,” ujarnya. “Tapi ternyata tidak bisa. Tidak ada alamatnya jadi susah,” ungkap dia.

Makmuri mengaku, kali pertama mengetahui Laeli jadi pelaku mutulasi setelah mendapat kabar dari kakak Laeli yang juga tinggal di Jakarta.

“Pertama dengar berita itu kaget. Saya tahunya waktu kakak-kakaknya pada telepon,” kata dia. “Mereka pada nangis semua, saya juga nangis terus kalau mikirin itu,” tandasnya.(ruh/pojoksatu)