Dua Kans Versus Kuda Hitam, Calon Sekdakot Mengerucut Tiga Nama

Bursa calon Sekdakot mengerucut ke tiga nama: dari kiri, Firdaus (Kepala DPMPTSP), Hanafi Kepala (Bappeda), dan Syarifah Sofiah Dwikorawati (Kepala BPKAD Kabupaten Bogor).

BOGOR-RADAR BOGOR, Pencalonan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor terus diwarnai kejutan. Setelah kehadiran calon impor dari Kabupaten Bogor, Syarifah Sofiah, calon yang digadang-gadang bakal juara yakni Denny Mulyadi, justru mundur dari arena.

Tadi malam, bursa calon Sekdakot mengerucut ke tiga nama: Firdaus (Kepala DPMPTSP), Hanafi Kepala (Bappeda), dan Syarifah Sofiah Dwikorawati (Kepala BPKAD Kabupaten Bogor).

Lantas, bagaimana kalangan ASN menanggapi dinamika ini? Kabar yang beredar di lingkungan Pemkot Bogor, sedari awal prediksi kuat mengarah pada Deny Mulyadi yang akan menggantikan Ade Sarip sebagai Sekdakot.

Namun, dengan hasil Tim Pansel yang mengumumkan Deny mengundurkan diri, pandangan kalangan birokrat pun berubah.

Dengan mundurnya Denny, kalangan ASN menyebut kandidat kuat lainnya adalah Hanafi yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

Hanafi dianggap paling lues dan tenang dalam menghadapi setiap masalah. Selain lulusan STPDN (kini IPDN), Hanafi juga dianggap matang dalam pengalaman menjalankan roda pemerintahan di Kota Bogor.

Bursa calon Sekdakot mengerucut ke tiga nama: dari kiri, Firdaus (Kepala DPMPTSP), Hanafi Kepala (Bappeda), dan Syarifah Sofiah Dwikorawati (Kepala BPKAD Kabupaten Bogor).

“Pak Hanafi juga mudah diterima di berbagai kalangan,” ujar pejabat di lingkungan pemkot yang enggan dikorankan.

Di sisi lain, Firdaus Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) juga memiliki kans yang cukup kuat. Dia diyakini mampu mengimbangi gerak cepat Wali Kota Bima Arya yang atraktif.

“Dalam berbagai kesempatan di luar pekerjaan, Pak Firdaus juga tampak akrab dengan para pimpinan SKPD,” ungkap sumber tersebut.

Sedangkan Syarifah Sofiah Dwikorawati yang kini menjabat Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bogor, cukup menjadi perhatian sejumlah pihak.

Banyak yang menilai Ipah bisa menjadi kuda hitam dalam bursa pencalonan ini. Indikasinya, kesuksesan Ipah –sapaan Syarifah Sofiah— menggarap program-program strategis di Kabupaten Bogor. Ipah juga disebut-sebut pemegang skor terbaik dalam seleksi.

Atas berbagai nilai plus itu, Ipah diyakini akan mudah membaca orientasi sang pemimpin serta sanggup merangkul para birokrat untuk bekerja dalam harmoni.

Bursa calon Sekdakot mengerucut ke tiga nama: dari kiri, Firdaus (Kepala DPMPTSP), Hanafi Kepala (Bappeda), dan Syarifah Sofiah Dwikorawati (Kepala BPKAD Kabupaten Bogor).

Di bagian lain, Ketua Pansel Sekdakot Bogor, Aba Subagja mengatakan tiga calon yang lolos adalah pemilik nilai terbaik dalam seleksi. Itu tertuang dalam surat nomor : 017/PANSEL.JPT.Sekda-BGR/2020 tentang daftar tiga orang peserta seleksi dengan nilai terbaik pada seleksi terbuka jabatan pimpinan tinggi pratama Sekdakot Bogor.

Dalam tahapan sebelumnya, enam peserta open biding mengikuti semua seleksi terbuka jabatan calon Sekdakot. Akan tetapi, jelang pengumuman salah seorang peserta mengundurkan diri yakni Deny Mulyadi sebagai Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD).

“Surat disampaikan ke sekretarat pada Kamis (17/9/2020) sore. Alasan yang bersangkutan adalah karena keluarga,” katanya.

Wali Kota Bogor, Bima Arya mengapresiasi Tim Pansel yang sudah bekerja keras dalam melakukan proses tahapan seleksi jabatan calon Sekdakot. “Saya ucapkan terimakasih, dan apresiasi dan berkenan menyampaikan langsung,” katanya.

Ada dua hal yang menjadi alasan agar Tim Pansel memaksimalkan proses open biding. Pertama sebagai bahan referensi yang maksimal, untuk dapat memutuskan sosok kandidat calon Sekdakot

. “Jadi semua aspek ditinjau maksimal. Tentu ada aspek rekam jejak dan chemistry yang jadi pertimbangan,” katanya. “Apa yang diuji pansel, saya memerlukan itu untuk pertimbangan,” tambah Bima.

Kedua, sebagai talent voting meski yang dipilih hanya satu peserta. Tapi Bima mengaku memikiki data base profile calon-calon pemimpin masa depan. “Mungkin saja nanti berpotensi jadi Sekda atau bahkan jadi walikota ke depan,” tukasnya.(ded/c)