25 radar bogor

11 Karyawan Telkom Bogor Positif, 72 Lainnya Reaktif

Ilustrasi Covid-19
Ilustrasi Covid-19

BOGOR-RADAR BOGOR, Sebelas karyawan PT Telkom yang berlokasi di Jalan Pajajaran, Kota Bogor terkonfirmasi positif Covid-19, Jumat (28/8). Sementara 72 orang lainnya dinyatakan reaktif.

Hasil tersebut diketahui setelah hasil rapid dan swab test yang dilakukan Telkom kepada seluruh karyawan di sana.

Telkom menyatakan melakukan tindakan lockdown Gedung Plaza Grapari Bogor tersebut selama tiga hari. Sejak hari ini hingga Minggu (30/8/2020) untuk semua gedung OPMC dan Grapari TelkomGroup.

Selama lockdown, pihak TelkomGroup Grapari Bogor juga menyebutkan akan melakukan sterilisasi. Sehingga tidak diperkenankan satu karyawan pun berada di dalam gedung. Kecuali petugas yang menjalani proses sterilisasi.

Saat ini, tim survailance masih melakukan tracing lebih lanjut terhadap para pasien. “Dari 11 orang itu hanya satu warga Kota Bogor, selebihnya sedang dicek oleh tim dari wilayah warga mana saja,” beber Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor Dedie A. Rachim.

Dia menjelaskan, mulanya ditemukan adanya satu kasus positif Covid-19 oleh perusahaan. Kemudian, dilanjutkan dengan rapid tes yang diikuti sebanyak 200 karyawan dan ditemukan 72 orang reaktif. Lalu dilakukan uji usap atau swab test.

“Hasilnya 11 orang positif Covid-19. Tes swab dilakukan internal perusahaan kemudian dilaporkan kepada satgas,” ucap Dedie.

Dengan adanya temuan tersebut, tim Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor telah mengimbau kepada PT Telkom perwakilan Bogor untuk menutup sementara aktivitas sampai 1 September 2020.

Selain itu, perusahaan juga diminta melakukan tracing terhadap mereka yang kontak erat. “Saya sudah ketemu kepala perwakilan Telkom wilayah Bogor untuk menutup sementara kantor Telkom sampai 1 September 2020. Kemudian dilakukan disinfeksi dan tracing,” imbuh Dedie.

Dia menduga terjadinya penularan dari klaster perkantoran terjadi karena sistem sirkulasi udara yang kurang baik serta durasi bekerja dalam satu ruangan yang cukup lama. “Ditambah, kurangnya penerapan protokol kesehatan yang ketat dari perusahaan,” pungkasnya. (ded)