BOGOR-RADAR BOGOR, Pandemi Covid-19 mendorong pemerintah memberlakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring. Namun, realitanya, tidak semua siswa mampu melakukan PJJ meskipun masih di daerah perkotaan.
Seperti yang dialami pelajar SMK PUI Jurusan Komputer Agung Prasetyo, dan Siswa Kelas IX SMP 10 Hari Laksono.
Anak pasangan Suyono dan Atikah warga Buni Asih, Kelurahan Cipaku, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor itu sudah lima bulan tak bisa mengikuti secara maksimal pembelajaran secara daring.
Kondisi itu terungkap saat Wali Kota Bogor, Bima Arya mengadakan inspeksi mendadak (Sidak) ke sejumlah sekolah di Wilayah Bogor Selatan Kota Bogor.
Bima yang mengunjungi SMP 10 meminta agar salah satu gurunya mengantarkan ke salah satu rumah siswa.
Saat itulah, Suyono mengaku jika keduanya merasa kesulitan dengan sistem PJJ karena handphone yang dimiliknya rusak.
“Bapak gak punya HP, jadi setiap harinya anak saya nyamperin temannya. Baru tugasnya bisa dikerjain,” ujar Suyono saat menerima kunjungan Bima Arya, Senin (24/8/2020).
Suyono mengaku jika handphone miliknya sudah tak bisa digunakan lantaran rusak, kondisi itu terjadi sejak pandemi Covid-19.
Setiap dua kali dalam sepekan, Suyono baru mengumpulkan tugas anaknya Hari Laksono yang tak jauh dari lokasi rumahnya itu. “Kalau sempat baru dianter kesekolah. Seminggu dua kali, kumpulinnya ke sekolah,” katanya.
Haripun terpaksa tak mengikuti ulangan yang diadakan secara daring lantaran keterbatasan tersebut. “Kalau dulu gabung sama teman, kalau ulangan gak bisa ikut paling ikut susulan,” timpal Hari.
Sementara itu, Bima Arya yang melihat kesulitan yang dialami Suyono langsung memberikan bantuan berupa uang tunai untuk membantu membeli handphone sekaligus memberikan kuota gratis.
“Hari ini, mencerminkan realitas yang ada sengaja saya tidak kasih tau sekolah bahkan Dinas Pendidikan tidak semua tahu. Ingin melihat secara nyata seperti apa,” kata Bima.
Melihat kondisi tersebut, Bima mengaku masih banyak siswa Kota Bogor yang kesulitan menerapkan PJJ karena berbagai keterbatasan.
“Memang begitu kondisinya, persoalanya bisa kita lihat semua yang pertama ada siswa yang sudah lima bulan gak ikut karena kelurganya tidak punya HP, keluarga susah tidak punya handphone. Kalau pun belajar harus jalan jauh ke rumah temannya,” papar Bima.
Kemudian ada yang memiliki handphone tapi kuotanya terbatas, sehingga pelajar tersebut tak dapat mengikuti pelajaran hingga satu sampai dua minggu lamanya, atau terkendala sinyal yang kurang baik.
“Kemudian di sekolah juga begitu, saya kira ini tidak berjalan maksimal semua karena semua daerah berbeda,” ucapnya.
“Ini di Kota Bogor loh, belum berbicara di daerah yang lebih jauh. Jadi menurut saya ini darurat pendidikan semua harus bergerak,” katanya.
Saat ini Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor tengah mengupayakan untuk merealisasikan WiFi gratis di 900 titik melalui APBd refocusing ke enam.
“Jadi Disdik akan lakukan pemetaan di wilayah langsung. Tapi kita akan ciptakan sistemnya dulu tempatnya dimana, harus outdoor kalau berkerumun kan sama aja,” ucap Bima.
Selain itu, Pemkot Bogor akan memobilosasi kepedulian warga untuk membantu penyediaan handphone melalui Jaga Asa yang awalnya diperuntukan untuk orang tua asuh.
“Kita akan konsentrasikan untuk sektor pendidikan. Kemudian untuk SD dan SMP ini untuk dibantu kita gandeng mitra, konsultan komunitas pendidikan untuk memadu guru-guru terkait konten. Itu langkah kita,” tukasnya. (ded)