SURABAYA-RADAR BOGOR, Tidak sedikit pun tampak keraguan di wajah Rektor Universitas Airlangga (Unair) Mohammad Nasih saat menyampaikan kabar itu di Markas Besar TNI-AD (Mabesad) Sabtu (15/8/2020).
Sangat percaya diri. Di depan ratusan orang, termasuk awak media, dia berujar, ”Kalau ada isu di luaran, bikin obat kok kayak bikin tahu saja, itu tidak benar.”
Ya, setidaknya butuh waktu hampir setengah tahun hingga pihaknya berani mengumumkan temuan yang banyak dinantikan: obat Covid-19.
Sejak Maret, Unair meneliti obat itu. Bekerja sama dengan TNI-AD dan Badan Intelijen Negara (BIN). Hasilnya, di antara lima kombinasi obat, tiga sudah tuntas melalui uji klinis. Bahkan, mereka berani menyatakan telah menemukan obat Covid-19 pertama di dunia.
Nasih menjelaskan, peneliti yang terlibat dipastikan tidak sembarangan mengambil kesimpulan. Tiga kombinasi obat diuji klinis satu bulan penuh.
Jumlah pasien positif Covid-19 yang terlibat dalam uji klinis itu mencapai 754 orang. Melampaui jumlah minimal pasien uji klinis yang sudah diatur pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yakni 696 orang.
Seluruh pasien yang terlibat uji klinis tersebut adalah prajurit TNI-AD yang tengah menempuh pendidikan di Sekolah Calon Perwira (Secapa), Bandung, Jawa Barat.
Bulan lalu, lebih dari seribu siswa Secapa dinyatakan positif Covid-19. Itu menjadikan Secapa sebagai klaster baru penularan Covid-19 di Kota Kembang. Totalnya mencapai 1.308 orang.
Nasih pun mengapresiasi TNI-AD dan BIN yang memberikan akses kepada Unair untuk melaksanakan uji klinis terhadap ratusan pasien di Secapa.
”Ini akan menjadi obat Covid-19 pertama di dunia,” kata guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unair itu, disambut riuh tepuk tangan.
Tiga kombinasi obat yang diuji klinis Unair terdiri atas lopinavir/ritonavir dan azithromycin, lopinavir/ritonavir dan doxycycline, serta hydroxychloroquine dan azithromycin.
Menurut Nasih, obat-obat itu secara tunggal sudah dipakai peneliti di berbagai negara. ”Yang ternyata setelah kami kombinasikan daya penyembuhannya meningkat dengan sangat tajam dan baik,” bebernya.
Efektivitas obat Covid-19 yang ditemukan, kata dia, ada yang mencapai 98 persen. Angka itu membuat pihaknya semakin yakin bahwa kerja sama Unair dengan TNI-AD dan BIN tidak percuma.
”Tidak ada celah yang kemudian bisa menghalangi (obat) ini untuk berlanjut pada proses berikutnya,” tegasnya. Proses yang dimaksud Nasih adalah produksi secara masal.
Hasil uji klinis yang dilakukan menunjukkan bahwa obat Covid-19 itu siap dipakai kepada pasien yang tertular virus SARS-CoV-2. Baik yang masuk kategori ringan, sedang, maupun berat.
Namun, ada satu catatan: obat Covid-19 itu tidak cocok untuk pasien yang sudah ditangani menggunakan ventilator atau alat bantu pernapasan. Untuk diproduksi secara masal, Unair, TNI-AD, dan BIN tinggal menunggu izin produksi dan edar dari BPOM.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa juga berharap upaya Unair, TNI-AD, dan BIN mendapat dukungan. Dengan begitu, produksi masal obat tersebut bisa dilakukan.
Wakil ketua Komite Pelaksana Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional itu mengungkapkan, Menteri BUMN Erick Thohir sudah mengetahui keberadaan obat Covid-19 yang diumumkan kemarin. ”Dan, beliau mendukung proses produksinya,” ungkapnya.
Karena itu, dalam acara kemarin, turut hadir pimpinan PT Kimia Farma. Selain itu, lembaga farmasi milik TNI-AD dan Polri dipastikan terlibat.
Andika menyatakan, timnya terbuka bila ada pihak-pihak lain yang ingin membantu memproduksi obat tersebut. Termasuk perusahaan non-pelat merah atau swasta.
Dia yakin urusan izin produksi dan izin edar segera tuntas. Rabu (19/8/2020) pihaknya bakal bertemu ketua BPOM untuk membahasnya. Menurut dia, BPOM turut mengikuti tahap uji klinis di Secapa.
Salah satu bukti nyata, keberhasilan TNI-AD menyembuhkan seribu lebih pasien Covid-19 dalam tempo kurang lebih sebulan. Di antara total 1.308 pasien Covid di klaster Secapa, 754 pasien dinyatakan sembuh kemarin.
Purwanti, ketua tim uji klinis yang juga dokter perwakilan dari Unair, menyatakan, sejauh ini obat tersebut efektif menyembuhkan pasien Covid-19 dengan resep diminum dua kali sehari.
Meski hanya diuji klinis kepada pasien usia 18 tahun ke atas, dia percaya, dengan dosis tertentu obat itu bisa saja digunakan pasien usia 18 tahun ke bawah. Untuk itu, dia meyakinkan bahwa obat tersebut tinggal menunggu izin produksi dan edar saja.
Purwanti memastikan bahwa efek samping obat tersebut tidak berbahaya bagi pasien. Kekhawatiran efek samping pada organ seperti jantung, ginjal, dan liver pasien sudah diperiksa dan hasilnya tidak ada masalah. ”Jadi, relatif aman untuk dipakai,” imbuhnya.(jpg)