25 radar bogor

Singa Putih

Sangat pantas kalau kiai itu memberi jimat. Sosok lahiriah kiai ini seperti Sunan Kalijogo abad 21. Rambutnya gondrong. Penutup kepalanya udeng hitam. Sarungnya hijau diubel-ubel. Bajunya jaket lusuh, terbuat dari jean butut. Kumisnya njaprang dengan ujung agak melengkung.

Mata kiai ini sayu seperti tidak pernah tidur. Suaranya berat tidak meledak-ledak. Kalau saja hobi menyanyi pasti suara seperti itu akan terdengar merdu. Sandalnya tua dan tanpa merek. Sewaktu naik podium, sandal itu dilepas sebelum naik panggung.

Nama kiai ini: KH Syaifullah Arif Billah.  Umur: 52 tahun. Mobilnya banyak. Sekitar 20 buah. Ada Jaguar, BMW, Alphard, dan apa saja. Rumahnya tinggi, lima lantai. Lantai teratas untuk menyendiri, zikir, tafakur, semedi.

Pondok pesantren ini berlokasi di daerah Tretes, Prigen. Yakni di kaki timur Gunung Arjuno. Dari jalan raya harus masuk dulu gang kecil. Naik turun. Berkelok-kelok. Jalan itu menuju kampung khas pegunungan.

Nama pondok pesantren ini sudah lama saya dengar: Pondok Pesantren Singa Putih. Dzikir yang diamalkan di situ adalah tarekat Munfaridin. Tiap Jumat malam dilakukan istighotsah sampai larut malam. Dan tiap Jumat Pon (setiap 35 hari sekali) istighotsah-nya semalam suntuk.

Kuat?

Kiai itu sendiri sangat kuat. Para santri di situ menyebut sang kiai tidak pernah tidur. “Beliau haramkan tidur. Untuk beliau sendiri. Sepanjang tahun. Sepanjang hidup,” ujar M. Sholeh, wakil kiai di situ.