25 radar bogor

Tenaga Kerja Konstruksi Tersertifikasi Tak Sampai 10 Persen

JAKARTA-RADAR BOGOR,Gencarnya pembangunan infrastruktur di berbagai daerah tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas aplikator alias tenaga kerja konstruksi. Akibatnya, berkualitas tidaknya bangunan hanya diukur dari mutu bahan. Padahal, peran sumber daya manusia (SDM) sebagai tenaga pembangun juga penting.

Jumlah aplikator yang berkualitas belum banyak. Apalagi, jika ukuran kualitas itu adalah sertifikat. Jumlah aplikator tersertifikasi di Indonesia masih sangat sedikit.

“Total, ada sekitar 750 ribu aplikator di seluruh penjuru tanah air. Tapi, yang sudah mendapatkan pelatihan belum sampai 10 persen. Yang sudah tersertifikasi hanya 5 persen,” ungkap Ketua Himpunan Aplikator Indonesia (HAPI) Mochamad Soleh, Minggu (26/1).

Dalam satu dasawarsa terakhir, perkembangan aplikator konstruksi di Indonesia sangat pesat. Menurut Soleh, pertumbuhannya mencapai 30 persen. Itu disebabkan pembangunan infrastruktur dalam negeri juga begitu pesat.

“Keberadaan tenaga kerja konstruksi sangat penting dalam realisasi proyek. Tapi, selama ini mereka cenderung dibiarkan tanpa ada pembelajaran atau pelatihan untuk meningkatkan kompetensi,” ucapnya.

Soleh menegaskan, jika kompetensi SDM konstruksi baik, kualitas bangunan juga akan baik. “Kualitas aplikator yang tidak bersertifikasi diragukan. Kasus robohnya bangunan bisa jadi ya karena SDM yang kurang memadai,” jelasnya.

Karena itu, HAPI merasa perlu membangun kesadaran masyarakat terhadap kualitas aplikator. Idealnya, seluruh aplikator memiliki sertifikat kecakapan dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Sayangnya, biaya sertifikasi dan pelatihan bagi aplikator itu sangat tinggi. Di sisi lain, law enforcement mengenai hal tersebut juga tidak didengungkan pemerintah. Buktinya, sampai sekarang pun para pengguna jasa aplikator belum menjadikan sertifikat sebagai syarat mutlak rekrutmen. Fenomena itu membuat aplikator enggan mengikuti pelatihan dan sertifikasi.

Namun, HAPI tetap berusaha meningkatkan kompetensi aplikator di dalam negeri. Untuk memperbanyak jumlah aplikator bersertifikat, HAPI menerapkan serangkaian program khusus tahun ini. Antara lain, pelatihan gratis bagi 3.000 aplikator Indonesia secara bertahap.

Soleh dan timnya juga akan menyediakan sertifikasi BNSP bersubsidi untuk 1.500 aplikator. “Tiap tahun kami menargetkan ada 1.000–1.500 tenaga kerja yang tersertifikasi. Caranya, agresif melakukan kerja sama dengan lembaga pendidikan dan para produsen bahan konstruksi,” tuturnya.(JWP)