25 radar bogor

Dukung Program Gratieks, Ekspor Leather Leaf Kian Menjanjikan

JAKARTA-RADAR BOGOR,Gairah bisnis florikultura kembali menggeliat saat ini. Selain Anggrek, Mawar dan Krisan, kini daun pakis pun banyak diminati pasar. Pakis berpotensi menjadi andalan baru untuk diekspor. Jenisnya pun bermacam-macam, ada Pakis Kelabang (Neprolepis Exaltata), Pakis Emas atau Monyet, Sikas Biru (Cairnsiana atau Glen Idle Blue) dan ‘Leather Leaf’.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) diketahui tengah menggenjot program Gratieks alias Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor. Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan saat ini terus fokus mendorong ekspor. Salah satunya di sektor florikultura seperti halnya pakis.

Peluang pasar tanaman pakis cukup luas, tidak hanya pasar lokal, daun yang berwarna hijau pekat dan mirip daun cemara ini mulai dilirik negara Sakura.

Erna Sapta Rini, Direktur PT. Sinar Equator saat dikonfirmasi mengungkapkan bahwa potensi bisnis ‘Leather Leaf’ sangat menjanjikan. “Saat ini, ‘Leather Leaf’ masih banyak peminatnya. Negara Jepang pun menerima ‘Leather Leaf’ dari Indonesia tanpa dibatasi kuota” kata dia.
Namun, semua usaha pasti akan ada surutnya, apalagi tanaman hias. Tanaman hias tergantung dari selera masing-masing. Jika sekarang sedang booming ‘Leather Leaf’, maka beberapa tahun mendatang selera kegemaran tanaman hias akan berubah lagi dan begitu seterusnya, jadi untuk berbisnis tanaman hias harus bisa mengikuti tren, jelasnya.

Harga jual ‘Leather Leaf’ cukup bagus yaitu mencapai Rp 500-700/tangkai. Untuk yang diekspor, harga yang ditawarkan Rp 2.000/stems. Harga tersebut berlaku untuk ukuran S, M, L, dan XL. Yang membedakan antara keempat ukuran tersebut adalah berdasarkan ukuran panjang, kata Erna.

Saat ini, PT. Sinar Equator telah rutin mengekspor ‘Leather Leaf’ ke Jepang dua kali sebulan, yaitu dengan menggunakan pesawat dan container. Sekali kirim kurang lebih sebanyak 120.000 stems atau 120 box. Dalam satu tahun kami telah mengekspor lebih dari 1,2 Juta stems ‘Leather Leaf’ dan 1,1 Juta Stems Ruscus, beber Erna. ‘Leather Leaf’ yang kami kirim ini berasal dari kebun milik sendiri dan sebagian dari petani di daerah Cipanas. ‘Leather Leaf’ yang dikirim ke Jepang harus kualitas super, bersih dan bebas dari OPT, tambahnya.

Ditemui di tempat terpisah, Prihasto Setyanto, Direktur Jenderal Hortikultura menyampaikan apresiasi atas adanya ekspor ‘Leather Leaf’ ke negara Sakura tersebut. Komoditas florikultura memberikan kontribusi ekspor yang cukup tinggi selain komoditas buah-buahan dan sayuran.

Dari catatan BPS, pada tahun 2018, volume ekspor komoditas florikultura tercatat sebesar 4.600 Ton senilai 150 Milyar rupiah. Ekspor florikultura khususnya ‘Leather Leaf’ ini akan terus kita dorong, kawasan-kawasan baru kita bangun dan kita perluas, ungkap pria yang biasa disebut Anton itu.

“Ditjen Hortikultura berkomitmen mendukung program pengembangan kawasan florikultura seluas 225.000 m2 dengan total anggaran sebesar Rp 35 miliar,” jelas Anton.

Anton berharap ekspor komoditas florikultura khususnya ‘Leather Leaf’ ini dapat tetap rutin dilaksanakan dengan volume yang lebih besar, dan tidak hanya dari daerah Kabupaten Cianjur saja, namun juga bisa dari daerah lainnya seperti Lembang, Sukabumi dan Semarang. Pasar Jepang tidak membatasi kuota, jadi ini adalah kesempatan emas buat menduniakan florikultura Indonesia, pungkasnya.(JWP)