25 radar bogor

Shelter Trans Pakuan Rusak tak Terawat, Dewan: Ini Harus Dievaluasi

Shelter-Transpakuan
Kondisi shelter Trans Pakuan di Jalan Soleh Iskandar yang rusak dan tak terawat. Hendi/Radar Bogor
Shelter-Transpakuan
Kondisi shelter Trans Pakuan di Jalan Soleh Iskandar yang rusak dan tak terawat. Hendi/Radar Bogor

BOGOR-RADAR BOGOR, Halte bus di Kota Bogor atau shelter Trans Pakuan Koridor (TPK) kondisinya kian memprihatinkan.

Anggaran yang menghabiskan hampir Rp1 miliar itu kini tak berfungsi sebagai tempat mengangkut penumpang Trans Pakuan.

Pantauan Radar Bogor, shelter TPK di depan Jalan Sholeh Iskandar tepatnya di depan Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor rusak dan tak terawat.

Banyak daun di lantai dan terlihat ada coretan di dinding dan kaca. Beberapa bagian shelter juga sudah keropos dan lantainya kotor, beberapa shelter bahkan mengeluarkan bau tak sedap.

Anggota Komisi III DPRD Kota Bogor Zaenul Mutaqin menyebut jika Pemkot Bogor gegabah dalam melakukan perencanaan, sehingga pembangunan shelter tak berfungsi dengan maksimal.

Politisi PPP itu meminta agar masalah tersebut menjadi bahan evaluasi Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor.

“Iya saya pernah menyampaikan kepada Dishub, kalau membangun shelter itu harus diperhitungkan, berfungsinya karena melihat Trans Pakuan sudah tak jalan, ini harus dievaluasi,” ujar Zaenul kepada Radar Bogor, Selasa (14/1/2020).

Saat ini, kata dia, bus Trans Pakuan hanya melayani trayek yang ke Belanova Sentul City, Kecamatan Babakanmadang, Kabupaten Bogor.

“Shelter ini fungsinya buat apa? jadi sangat mubazir dan buang-buang anggaran, apalagi pemkot berencana untuk menyediakan trem, lalu buat apa? Nasibnya shelter bagaimana, dan anggarannya tidak kecil,” cetusnya.

Sehingga ZM-sapaan Zaenul meminta agar setiap pembangunan yang bakal dilaksanakan Pemkot Bogor harus matang dan diperhitungkan.

Rencananya Komisi III DPRD Kota Bogor bakal mengecek langsung shelter-shelter yang kondisinya tak terawat.

“Apakah bisa dialihkan seperti apa, apakah nanti diubah jadi shelter terbuka untuk menunggu angkot dan berteduh, sementara Trans Pakuan sudah tidak bisa diharapkan,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Walikota Bogor, Dedie A Rachim menjelaskan, terkait shelter saat ini tengah dikaji untuk dapat difungsikan sebagai sarana promosi atau pemanfaatan sarana telekomunikasi seperti tower mini (macrocell atau small cells).

“Jangka menengahnya tetap difungsikan sebagai halte sambil melengkapinya dengan trayek bus sedang,” ucapnya.

Sedangkan Pemkot Bogor belum berencana untuk membongkar shelter yang sudah ada, tetapi mencoba untuk memaksimalkan fungsinya terlebih dahulu. “Jadi belum ada rencana bongkar,” tukasnya.

Untuk diketahui, Kota Bogor memiliki dua jenis shelter, yakni Shelter BTS dan non BTS. Shelter BTS saat ini berjumlah 45 unit, terdiri atas Koridor 1 sebanyak 15 unit, Koridor 2 sebanyak 14 unit, dan Koridor 4 atau jalur tengah sebanyak 15 unit, serta satu unit transfer point. Kemudian untuk shelter Non BTS hingga 2018 sebanyak 40 unit. (ded/c)