25 radar bogor

Mahasiswa IPB University Berperan Aktif Bangkitkan Potensi Desa

BOGOR-RADAR BOGOR, Mahasiswa IPB University dinilai sangat aktif dalam program pemberdayaan masyarakat. Diantaranya dalam Program Hibah Bina Desa (PHBD). Hal tersebut terungkap dalam Seminar Nasional dan Ekspo PHBD: Sewindu PHBD Untuk Negeri 2012-2019 di Hotel Millenium, Jakarta (11/12). Acara yang diselenggarakan oleh Direktorat Kemahasiswaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ini bertujuan untuk menggali kisah inspiratif keberhasilan PHBD sekaligus untuk evaluasi perbaikan ke depan.

Hal ini disampaikan Dr Ir Yanefri Bahtiar, MSi, salah satu tim Pokja Nasional PHBD dari IPB University yang juga merupakan peneliti dari Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM).

“Mahasiswa IPB University setiap tahunnya selalu mengajukan proposal PHBD ke Direktur Kemahasiswaan Kemendikbud dan hampir setiap tahun ada yang lolos sampai tahap pelaksanaan. Topiknya pun beragam  mulai dari pengembangan mix farming di desa, pengolahan pasca panen untuk peningkatan nilai produk, pengembangan desa wisata, budidaya pertanian dan juga pengembangan pendidikan remaja di pedesaan,” tambahnya.

Tahun ini ada dua Organisasi Mahasiswa (Ormawa) IPB University yang berhasil sampai tahap seleksi final dan mendapat pembiayaan program. Topiknya terkait pengembangan desa wisata Sukawening (Ormawa dari Fakultas Ekologi Manusia) dan pengembangan pakan lokal serta budidaya ikan Nila di desa Sukadamai (Aquabindes, salah satu Ormawa di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan).

Dr Yanefri menyampaikan bahwa PHBD telah berlangsung selama delapan tahun dan telah berhasil membangkitkan potensi masyarakat di 700 desa pada bidang ekonomi, kesehatan, lingkungan dan pendidikan. Program ini mendapat antusias tinggi dari masyarakat.

“Selain dari 700 desa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, PHBD juga telah melibatkan lebih dari 300 perguruan tinggi dalam tahap pelaksanaan, 7000 mahasiswa, ratusan kelompok masyarakat, aparat desa, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan juga pengusaha/swasta,” tambahnya.

Menurutnya, kegiatan PHBD dimotori oleh Ormawa, namun pelaku utamanya adalah masyarakat. Mahasiswa dilatih untuk melakukan komunikasi dan pendekatan yang baik dengan masyarakat untuk dapat menggali kebutuhan, masalah dan potensi masyarakat. Berdasar hal inilah dibangun gagasan pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya mereka mengajukan proposal ke Kemdikbud dan setiap tahunnya ada sekitar  80-an proposal yang lolos seleksi dari lebih 2000 proposal yang diajukan dari ratusan perguruan tinggi seluruh Indonesia.

Berdasarkan hasil kunjungan Tim Pokja PHBD Pusat ke Bogor, kolaborasi mahasiswa IPB University dengan masyarakat terbangun dengan cukup baik. Mahasiswa belajar dalam implementasi proses komunikasi dan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat juga menunjukkan sambutan yang antusias terhadap program dan merasakan kemanfaatan dalam berbagai aspek misalnya pengetahuan dan keterampilan produksi pakan ikan lokal, penyempurnaan teknik budidaya, potensi wisata desa, serta aspek kerjasama kelompok.

Dr Yannefri juga menyampaikan bahwa salah satu misi PHBD adalah membentuk karakter positif mahasiswa, membangun kepedulian mahasiswa terhadap persoalan masyarakat, menjadi bagian dari problem solver, membangun kemampuan komunikasi dan pendekatan dengan  masyarakat dan juga dipacu untuk bernegosiasi dengan stakeholder guna membangun jaringan pemberdayaan. Program ini telah mampu membangun karakter kepedulian mahasiswa terhadap masyarakat desa, dan melatih multi talenta mahasiswa dalam berbagai aspek. Seperti perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, komunikasi, negosiasi, manajemen, dan membangun jaringan.

Pemberdayaan masyarakat memerlukan proses dan waktu yang panjang, oleh karena itu keberlanjutan  program  sangatlah penting. Masa administratif pelaksanaan PHBD yang hanya enam bulan tidaklah cukup untuk proses pemberdayaan, maka penumbuhan semangat keberlanjutan dengan kolaborasi berbagai pihak menjadi sangat penting.

“Untuk itulah selama program PHBD, mahasiswa juga berlatih mempraktikkan kemampuan menjalin kerjasama antar masyarakat, aparat desa, SKPD dan pengusaha yang relevan. PHBD yang berhasil, tidak hanya dilihat dari kemampuan pelaksanaan selama program resmi administratif (enam bulan), tetapi lebih ditentukan oleh keberlanjutannya pasca program. Inilah yang dimaksud dengan Desa Binaan, yakni membangun komunikasi yang berlanjut antara perguruan tinggi dengan masyarakat desa,” tandasnya. (dh/Zul)